Oleh: Suparlan *)
Pekerjaan saya kini adalah menulis. Saya berjanji kepada diri sendiri untuk menulis sepanjang hayat. Apa pun akan saya tulis. Terutama tentang pendidikan. Menulis adalah proses transformasi ide atau gagasan yang tertuang dalam sebuah tulisan. Menulis adalah salah satu dari empat kompetensi dalam Bahasa. Kompetensi itu adalah: (1) mendengar (listening), (2) bercakap (speaking), (3) membaca (reading), dan menulis (writing).
Motivasi Menulis
Alhamdulillah, saya telah memperoleh motivasi dari kegiatan menulis dari sebuah lomba karya tulis Korpri tingkat nasional pada tahun 1982. Saya menjadi juara pertama, meski hanya guru SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Negeri Pamekasan, Madura. Bukan hadiahnya yang terpenting, tetapi pengalaman menulis inilah yang telah membawa saya dapat memiliki kebiasaan menulis sampai saat ini. Itulah sebabnya menulis mudah-mudahan menjadi budaya yang telah melekat dalam diri pribadi. Amin.
Saya menjadi ingat sekali kata-kata mutiara yang diukir oleh Bud Gardner oleh Satria Dharma. Bukunya bertajuk Twenty Years of Joy and Happiness yang terbit pada tahun 2012. Setiap tahun, Satria Dharma bertekad untuk menghasilkan satu buku dan dibagi-bagikan kepada semua kenalan dan tentu saja. Maklum, Satria Dharma adalah mantan Ketua Dewan Pendidikan Kota Balikpapan. Setelah lengser dari Ketua Dewan Pendidikan, beliau mendirikan beberapa STIKOM di beberapa kota. Sudah tentu Satria Dharma ada duit untuk hanya mencetak buku hasil karyanya dan membagi-bagikan kepada pembaca. Beliau menjadi ketua umum sebuah organisasi profesi guru. Pertemuan saya dengan beliau bersifat saling mengisi ibarat ada kemistri. Ada dua kesamaan. Pertama gila menulis. Kedua, gila surel alias e-mail. Entah kapan beliau mempunyai laman www.satriadharma.com. Sedang saya pulan laman www.suparlan.com.
Laman
Oleh karena iru, saya mengucapkan terima kasih kepada anak sulungku. Namanya Arif Hidayat. Lulusan Universiti Utara Malaysia (UUM), yang telah membuatkan sebuah mainan menarik untuk ayahnya, yakni laman tersebut. Siapa saja yang ingin memiliki mainan tersebut, silahkan menghubunginya. Insyaallah akan memiliki mainan yang sama dengan saya. Senang sekali saya memiliki mainan tersebut. Membalas banyak komentar dari pembaca adalah proyek kebahagiaan yang telah memberikan kebahagiaan. Ada yang menyanjung tinggi, dan ada pula yan sebaliknya. Yang diperlukan adalah kerja sama. We are not looking for a super one, but we are looking for a super team. Kita tidak memerlukan seorang yang super, tetapi kita memelukan satu tim yang super. Inilah sesungguhnya yang diperlukan oleh negeri tercinta Indonesia, dan bahkan dunia, agar kita tidak saling gontok-gontokan, saling betengkar dan bahkan saling berperang. Tawuran dan perang adalah budaya jahiliyah yang harus kita buang jauh-jauh. Paling tidak kita minimalisasi. Iulah hakikat Kutbah Arafah, rukun haji yang paling penting tinggi. Beberapa kali saya menulis dan mengirimkan via surel (surat elektronik) kepada pejabat. Jarang berbalas. Tetapi, tidak demikian untuk Mendikbud Anies Baswedan. Balasan terhadap tulisan saya sengaja saya simpan untuk kenangan. Bahkan kalau perlu saya jadikan sebagai testamen untuk buku yang suatu saat akan saya terbitkan. Inilah balasaan beliau dalam tiga kalimat pendek.
Sungguh sangat membahagiakan, khususnya bagi penulis tentu saja, karena betapa kecilnya sebuah karya, ternyata beliau telah memberikan penghargaan. Prestasi, betapa kecil sekali pun perlu dihargai dalam pendidikan. Itulah yang disebut sebagai reward system atau yang dikenal dengan reinfrocment atau penguatan. Itulah penghargaan yang telah diberikan oleh Pak Tino Sidin kepada para siswa ketika membawakan acara menggambar di televisi? Itulah contoh kongkritnya.
Menjadi pimpinan dalam sebuah organisasi apa pun harus dapat melihat ke bawah. Publik adalah masyarakat yang harus dilayanani. Sedang pejabat bukan minta untuk dilayani. Sementara itu, masyarakat mempunyai peran untuk memberikan masukan dan pertimbangan.
Setetes Tulisan, Segudang Penghargaan
Inilah testamen yang disampaikan oleh Mendikbud pada tanggal 12 April 2014. Inilah pikiran beliau yang telah dituangkan melalu laptop beliau. Terima kasih Mas Menteri, begitulah sebutan akrab beliau pada awal menjabad di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di kantor Jalan Panglima Sudirman, Senayan, Jakarta.
Inilah yang ingin saya tulis pagi ini. Alhadulillah, kemarin tanggal 27 Juli 2015 saya berkesempatan dapat berhalal-bihalal dengan Mendikbud Anie Baswedan. Meskipun tentu saja beliau tidak kenal saya, tetapi hati dan pikiran beliau telah menghunjam di hati yang sama. Terima kasih Pak Suparlan. Sebuah karya analitis yang menarik. Pernyataan inilah yang telah menyamakan hati dan pikiran tersebut.
Terima kasih Mas Menteri. Saya teringat lagi kata-kata sapaan yang sangat demokratis itu, saat beliau pertama kali dilantik menjadi Menteri Pendidikan oleh Presiden Jokowi.
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: [email protected].
Depok, 28 Juli 2015.