Oleh Suparlan *)
Betapa banyak amalan kecil menjadi besar karena niat dan betapa banyak pula amalan besar menjadi kecil pahalanya karena niat
(Abdullah bin Mubarak)Hendaknya kita mengukur ilmu bukan dari tumpukan buku yang kita habiskan. Bukan dari tumpukan naskah yang kita hasilkan. Bukan juga dari penatnya mulut dalam diskusi tak putus yang kita jalani.. Tapi dari amal yang keluar dari setiap desah napas kita
(Ibnu Qayyim Al Jauziah)Orang yang cerdas ialah orang yang takwa. Orang yang dungu ialah orang yang durhaka. Orang yang dusta ialah orang yang khianat. Orang yang benar ialah orang yang dipercaya
(Khalifah Abu Bakar RA)
Segala sesuatu yang akan kita lakukan memerlukan persiapan atau rencana yang matang. Dalam bahasa manajemen kita mengenall motto yang sungguh sangat indah, yaitu “Who don’t make a plan, he make a fail”. Siapa yang tidak membuat rencana, ia akan membuat kegagalan. Untuk tidak gagal dalam menggapai hikmah puasa Ramadhan, maka kita juga memerlukan persiapan atau perencanaan. Demikianlah juga yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Persiapan Ramadhan biasanya dilakukan Nabi Muhammad SAW sejak dua bulan sebelum Ramadhan. Itulah sebagian yang harus kita teladani dari beliau terkait dengan kewajiban untuk melaksanakan puasa Ramadhan. Beberapa persiapan yang biasanya dilakukan oleh kebanyakan kaum muslimin adalah mulai membiasakan puasa sunah, seperti puasa Senin dan Kamis. Kalau sudah dibiasakan puasa seperti itu, maka puasa Ramadhan insyaallah akan dapat kita laksanakan dengan lancar.
Terkait dengan persiapan untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan ini, diceritakan pada suatu hari Jum’at, sebelum memulai kutbah Jum’at, Nabi Muhammad SAW terdengar mengucapkan tiga kali amin. Selesai shalat Jum’at, sahabat Usman bin Affan menanyakan tentang ucaman tiga kali amin tersebut. “Wahai Rasulullah, mengapa Nabi mengucapkan amin pada awal kutbah Jum’at tadi?, tanya sahabat Usman kepada Nabi. Dengan senyum tersungging di bibir beliau, Nabi Muhammad kemudian menjelaskan.
“Wahai sahabatku, tadi Malaikat Jibril telah berdo’a kepada Allah SWT sebagai berikut:
“Ya Allah, janganlah menerima do’a siapa yang ketika memasuki bulan puasa Ramadhan dalam kondisi sebagai berikut: (1) anak yang masih durhaka terhadap orangtuanya, (2) suami dan istri yang masih tidak bertegur sama antara keduanya; (3), saudara yang tidak saling bersilaruahmi di antara mereka”.
“Ketiga do’a Malaikat Jibril kepada Allah tersebut saya amini tiga kali”, demikian sabda Rasulullah SAW kepada para sahabat beliau.
Jikalau kita perhatikan dengan sungguh-sungguh tentang tiga do’a Malaikat Jibril tersebut, maka kita dapat memahami bahwa sesungguhna bulan Ramadhan memang benar-benar menjadi bulan penuh rahmat untuk membangun akhlak manusia. Dengan kata lain, puasa Ramadhan memang memiliki nilai-nilai kemanudiaan yang sangat agung dalam kehidupan manusia.
Pertama, Ramadhan membangun hubungan ayah/ibu dan anak-anaknya. Anak yang sholeh dibangun melalui ibadah puasa Ramadhan. Bahkan, keluarga harmonis pada gilirannya juga harus dibangun melalui pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan. Allah berfirman kepada umat-Nya dalam Al Quran agar dapat melindungi keluarganya dari kobaran api neraka. Kasih sayang di antara anggota keluarga harus dibangun, sebagai dasar modal untuk menjalankan ibadah puasa Ramadhan. Nilai ibadah yang akan diperoleh melalui puasa Ramadhan hanyalah NOL BESAR, jika semua anggota keluarga tidak hidup dalam suasana yang harmonis.
Kedua, Ramadhan membangun komunikasi antara suami dan istri. Sebelum pelaksanaan ibadah puasa Ramadhan, antara suami dan istri pasti juga harus hidup dalam suasana yang harmonis. Masalah yang mungkin saja terjadi antara suami dan istri harus segera dapat diselesaikan secara tuntas ketika akan memasuki puasa Ramadhan. Kalau tidak, maka akibatnya doa-doa kita tidak akan dikabulkan oleh Allah SWT. Dengan kata lain, nilai puasa kita hanya NOL BESAR juga, jika antara suami dan istri tidak harmonis ketika memasuki bulan Ramadhan.Ketiga, Ramadhan membangun hubungan harmonis sesama saudara, baik saudara biologis maupun saudara sosiologis. Adik, kakak, saudara sepupu dalam keluarga batih (extended family) adalah sesaudara keturunan. Selain itu, juga termasuk kategori sebagai saudara adalah tetangga, hatta tetangga itu tidak dalam satu agama. Tentu saja, sesama muslim adalah sesaudara. Lebih dari itu, saudara juga kita kenal dengan saudara sebangsa dan setanah air. Jika memasuki bulan Ramadhan kita masih memiliki hubungan yang tidak harmonis dengan sesama saudara tersebut, maka nilai puasa Ramadhan yang akan kita peroleh sesungguhnya hanyalah NOL BESAR saja.
Sungguh, tiga do’a Malaikat Jibril yang diaminkan oleh Rasulullah tersebut adalah satu persiapan atau perencanaan yang maha penting yang harus kita amalkan sebelum masuk ke bulan suci Ramadhan. Mudah-mudahan kita dapat mengamalkan dengan sepenuh hati, agar kita dapat memperoleh makna yang optimal dari puasa yang kita laksanakan, yakni menjadi manusia yang taqwa. Amin.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Bandung, 31 Agustus 2008.