ArtikelPendidikan

Anies Baswedan dan Komponen Utama Pendidikan

510 views
Tidak ada komentar

***
Guru, digugu dan ditiru
(Pepatah petitih Indonesia)
Good education needs good teachers
(Baskara Rao)
***

Pada tanggal 27 Oktober 2014 menteri Kabinet Kerja telah dilantik oleh Presiden Joko Widodo. Dalam acara pelantikan ini, Anis Baswedan, yang tidak lain adalah cucu A.R. Baswedan, tokoh pejuang kemerdekaan Indonesia, telah menerima amanah menjadi menteri dengan nomenklatur kementerian baru, yakni Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah. Nomenklatur ini berasal dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dipecah menjadi dua kementerian, yakni Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah, serta Kementerian Ristek dan Pendidikan Tinggi.

Tanggal 28 Oktober 2014 merupakan hari pertama masuk kantor Kementerian Kebudayaan, Pendidikan Dasar dan Menengah di Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta. Hari pertama ini merupakan mementum penting bagi Anies, karena bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Sebagaimana pernah diceritakan, pastinya Anies akan merasakan kenangan yang mendalam saat bendera Sang Merah Putih dinaikkan di tiang bendera. Anies Baswedan membayangkan bahwa bendera Sang Merah Putih itu dapat melambai-lambai di angkasa dengan besarnya berkat kerja keras dan jerih payah hasil perjuangan para pendiri NKRI, termasuk di antaranya adalah kakeknya Anies Baswedan.

Pentingnya Pendidikan

Dari tiga jenjang pendidikan dalam sistem pendidikan nasional, pendidikan dasar dan menengah merupakan dua jenjang pendidikan yang amat mendasar. Pendidikan Dasar adalah jalur pendidikan yang terdiri atas satuan pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sementara jenjang Pendidikan Menengah terdiri atas satuan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sebagai sosok yang memiliki perhatian besar dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan, tidak boleh tidak beliau harus memiliki keyakinan mendalam tentang pentingnya pendidikan yang akan menentukan arah negara dan bangsa di masa depan. Tentu saja, beliau memiliki keyakinan yang kuat bahwa “Education is the most powerful weapon which you can use to change the world.”, sebagaimana yang dinyatakan oleh pemimpin kulit hitam Nelson Mandela. Negara dan bangsa Indonesia ke depan harus dibangun melalui pendidikan.

Mengaca Kepada Kaisar Hirohito

Kemajuan bangsa-bangsa lain di dunia dapat ditelusuri dari pembangunan pendidikannya. Jepang yang nota bene mengalami starting point perjuangan yang relatif sama dibandingkan dengan Indonesia, dapat dijadikan bahan perbandingan. Pada tahun 1945, bersamaan dengan saat proklamasi kemerdekaan RI, tentara sekutu telah berhasil menjatuhkan bom nuklirnya di kota Nagasaki dan Hiroshima. Dengan demikian, terasa hancurlah masa depan negeri Sakura ini. Pada saat itu, Kaisar Hirohito meninjau dua kota yang hancur luluh rata dengan tanah itu. Sang Kaisar menanyakan kepada rakyatnya “berapa guru yang masih tersisa”. Terasa gemetar hati kita mendengarkan pertanyaan Sang Kaisar. Beliau sama sekali tidak menanyakan berapa tentara yang masih tersisa. Pertanyaan Sang Kaisar menunjukkan betapa pentingnya guru dan pendidikan untuk membangun kembali Jepang. Perhatian Kaisar Hirohito terhadap guru dan pendidikan telah memberikan pelajaran dan keyakinan kepada Anies Baswedan. Itulah sebabnya ketika wartawan mencecar pertanyaan tentang Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional sehari sebelum acara pelantikan, Anies Baswedan tidak secara gagabah menjawab kedua pertanyaan yang amat krusial tersebut. Seperti dalam kutbah Idul Adha di Lembaga Pendidikan Al Ishar, Anies Baswedan benar-benar menghayati makna diskusi Nabi Ibrahim As dengan Ismail As ketika akan melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih anaknya tersayang. “Bagaimanakah pendapatmu wahai anakku tentang perintah Allah untuk menyembelihmu?” Ismail pun menjawabnya dengan santun “Tiada perintah yang harus diikuti kecuali perintah dari Allah Swt, wahai ayahanda”. Hal yang sama ketika para wartawan mencecar pertanyaan tentang Kurikulum 2013 dan Ujian Nasional.

Bagi Anies Baswedan, perubahan kurikulum merupakan keniscayaan. Kurikulum harus senantiasa berubah mengikuti perkembangan dan kebutuhan zaman. Untuk menjawab pertanyaan wartawan ini, beliau dengan tegas memberikan jawaban bahwa “secara prinsip Kurikulum 2013 itu dikembangkan sesuai dengan perkembangan zaman”. Dengan kata lain, Kurikulum 2013 itu harus dikembangkan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Namun yang lebih penting, pendidikan tidak hanya ditentukan oleh kurikulumnya. Ada komponen pendidikan yang lain dalam sistem pendidikan nasional. Komponen apa itu? Apa pun kurikulum dan gedung sekolahnya, sarana dan prasarana pendidikannya, yang terpenting adalah, pertama gurunya, dan kemudian juga kepala sekolahnya, kepemimpinan kepala sekolahnya.

Terkait dengan komponen pendidikan tersebut, CCES (California Center for Effective School) dari hasil penelitiannya menegaskan bahwa efektivitas pengelolaan pendidikan sekolah ditentukan tujuh pilar sekolah efektif sebagai berikut.

Pertama, a clear and focused mission. Di dalam Sekolah Efektif, semua warga sekolah, mulai kepala sekolah dan para pendidik, sampai dengan staf administrasi, bahkan sampai dengan “pak bon” yang ada di sekolah itu harus dapat saling bekerja sama dan memiliki komitmen bersama untuk memahami tujuan pembelajaran, prioritas tujuan pendidikan yang akan dicapai secara demokratis, transparan, dan akuntabel.

Kedua, high expectations for success. Dalam Sekolah Efektif, kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha memiliki harapan yang tinggi dan bahkan keyakinan bahwa semua siswanya akan dapat memiliki penguasaan terhadap pengetahuan dan kecakapan esensial. Untuk mencapai harapan tersebut, kepala sekolah, guru, dan staf tata usaha itu memiliki kemampuan untuk membantu semua siswa.

Ketiga, instructional leadership. Dalam Sekolah Efektif, kepala sekolah adalah pemimpin instruksional yang harus mendelegasikan tanggung jawab secara bersama kepada guru dan seluruh stafnya. Kepala sekolah adalah sang pemimpin yang harus menjadi suri tauladan bagi semua warga yang dipimpinnya.

Keempat, frequent monitoring of student progress. Di dalam Sekolah Efektif, kemajuan akademis peserta didik diukur secara teratur. Prosedur penilaian tertentu digunakan dan hasil penilaian tersebut digunakan untuk meningkatkan kinerja individual peserta didik dan sekaligus untuk meningkatkan program pembelajaran di sekolah.

Kelima, opportunity to learn and student time on task. Dalam Sekolah Efektif, para guru harus mengalokasikan sejumlah besar waktu mengajar di dalam kelas tentang kecakapan-kecakapan esensial peserta didik.

Keenam, safe and orderly environment. Dalam Sekolah Efektif, ada satu keteraturan proses, atmosfir yang teratur yang bebas dari ancaman dan kekerasan fisikal. Suasana sekolah harus kondusif untuk proses belajar dan mengajar. Sekolah harus ramah anak untuk meningkatkan hasil belajar siswa.

Ketujuh, home/school relations. Dalam Sekolah Efektif, orangtua siswa memahami dan mendukung misi sekolah dan diberikan kesempatan untuk memainkan peran penting untuk membantu sekolah dalam mencapai visi dan misi tersebut.

Aktivitas Bidang Pendidikan

Sejak menjadi siswa sampai dengan mencapai karir sebagai rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan memang selaku aktif dalam berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan, mulai dari Ketua OSIS se-Indonesia, ketua Senat Mahasiswa, membentuk Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), mengikuti program pertukaran pelajar, menjadi mahasiswa University of Maryland, College Park pada tahun 1997. Anies Baswedan juga dianugerahi William P. Cole III Fellow di universitasnya, dan lulus pada bulan Desember 1998.

Pria kelahiran Kuningan, Jawa Barat 7 Mei 1969 adalah cucu pejuang kemerdekaan Abdurrahman Baswedan. Ia menginisiasi gerakan Indonesia Mengajar dan menjadi rektor termuda yang pernah dilantik oleh sebuah perguruan tinggi di Indonesia pada 2007 pada usia 38 Tahun. Berdasarkan catatan media, pria 45 tahun ini pernah menjadi Peliti Pusat Antar-Universitas Studi Ekonomi UGM, Manajer Riset IPC, Inc, Chicago, Direktur Riset Indonesian Institute Center, Kemitraan Untuk Reformasi Tata Kelola Pemerintahan, Direktur Riset Indonesian Institute Center, Rektor Universitas Paramadina, Ketua Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar. Setelah bertahun-tahun bergelut dalam gerakan sosial, Anies Baswedan terpanggil untuk memasuki dunia politik. Ia diundang untuk terlibat mengurus negeri dengan mengikuti konvensi Demokrat pada 27 Agustus 2013. Anies menerima undangan tersebut dengan ikhtiar untuk ikut melunasi janji kemerdekaan.

Turun Tangan

Perhatian Anies Baswedan terhadap pendidikan dapat ditelusuri sudah memiliki arah yang benar. Dengan mengharapkan peran serta semua pihak melalui gerakan “turun tangan”, mudah-mudahan Anies dapat membawa pendidikan untuk membangun bangsa dan negara menjadi lebih maju, aman, dan sejahtera, serta sejajar dengan kemajuan negara-negara lain. Anies Baswedan percaya bahwa upaya peningkatan mutu pendidikan tidak hanya perlu urun angan, apa lagi hanya dengan lepas tangan atau berpangku tangan. Yang diperlukan adalah semua pihak harus “turun tangan” dalam arti bekerja, bekerja, dan bekerja untuk pendidikan.

*) Laman: www.suparlan.com; Email: me@suparlan.com
Depok, 28 Okober 2014

Tags: Anies Baswedan

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts