***
Pemerintah akan memasukkan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui penguatan kurikulum, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi, sebagai bagian dari penguatan sistem pendidikan nasional
(Muhammad Nuh, Menteri Pendidikan Nasional, Koran Jakarta).
School effectiveness research has long pointed to the importance of school-wide behavior policies in creating the academically oriented, high-achieving school
(Reynolds, 1992)
It can often be fruitful to involve students in the making of rules in order to encourage a sense of ownership and shared responsibility over them and to involved (especially older) students in policing rules and procedures as well
(Reynolds, 1992)
Saya mengajak kita semua untuk turun tangan. Libatkan diri kita untuk mempersiapkan masa depan republik. Untuk kita, untuk masa depan anak-anak kita dan untuk melunasi janji kemerdekaan: mencerdaskan kehidupan bangsa
(Anis Baswedan)
Budaya bushido memiliki ciri kerja keras, disiplin tinggi, dan pantang menyerah
(Toshiko Kinoshita, Guru Besar Universitas Waseda, Jepang)
Pendidikan karakter yang diterapkan di sekolah menekankan pada aspek kejujuran, kerja keras, menghargai perbedaan, kerja sama, toleransi, dan disiplin
(Fasli Jalal, Wakil Menteri Pendidikan Nasional)
Kualitas sebuah bangsa ditentukan oleh berapa banyak buku yang ditulis dan dibaca oleh bangsa itu. Produk tertinggi dari sebuah kebudayaan adalah: Buku!
(Yudhistira Massardi, penulis Trilogi Arjuna Mencari Cinta, 1977)
Kesulitan penerapan pola pendidikan karakter karena belum adanya contoh yang nyata dari para pengajarnya
(Muchlas Samani)
***
Pengantar
Berdasarkan buku panduan penerapan pendidikan karakter di sekolah yang disusun dan diterbitkan oleh Pusat Kurikulum dan Perbukuan (Puskurbuk), Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan Nasional, pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dilaksanakan dalam empat ranah sebagai berikut:
1. Pengajaran dan Pembelajaran;
2. Pengembangan Budaya Sekolah (School Culture) dan Pusat Kegiatan Belajar;
3. Ko-kurikuler dan Ekstra-kurikuler;
4. Kegiatan Keseharian di Rumah dan di Masyarakat.
Melalui keempat ranah tersebut, sekolah dapat melaksanakan pendidikan karakter dengan mengembangkan beberapa kegiatan inovatif dan kreatif. Kegiatan-kegiatan ini direncanakan oleh semua pemangku kepentingan pendidikan (stakeholders), dan disusun dalam Rencana Kerja Tahunan Sekolah (Renja) dan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS), sehingga semua pemangku kepentingan di sekolah dapat memahami kegiatan-kegiatan tersebut dan merasa memiliki tanggung jawab untuk melaksanakannya. Untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan tersebut, semua pemangku kepentingan memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan improvisasi berdasarkan pengetahupengalaman, dan mengembangkannya sebagai kegiatan inovatif untuk melaksanakan pendidikan karakter di sekolah. Upaya sadar yang kemudian direncanakan secara matang oleh sekolah ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab kepala sekolah, melainkan menjadi tanggung jawab bersama semua pemangku kepentingan di sekolah, termasuk orang tua siswa yang tergabung dalam Komite Sekolah.
Salah satu kesulitan dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah antara lain karena belum adanya contoh-contoh yang dapat dicoba atau diterapkan dalam kegiatan nyata oleh sekolah. Itulah sebabnya, dalam bab ini akan dijelaskan tentang kegiatan-kegiatan sebagai praktik terbaik (the best practice) yang pernah digagas dan diterapkan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Contoh-contoh kegiatan tersebut diklasifikasikan berdasar-kan empat ranah penerapan pendidikan karakter menurut Puskurbuk (Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Diknas, Kementerian Pendidikan Nasional sebagai berikut:
Tabel: Ranah Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Kegiatannya
No. |
Ranah Penerapan |
Kegiatan |
1. |
Pengajaran dan Pembelajaran |
1. Membuka pelajaran dengan appersepsi tentang pendidikan karakter; 2. Memajang hasil karya siswa; 3. Memberikan reward dan award terhadap prestasi siswa; 4. Mata pelajaran muatan lokal; 5. Pendidikan karakter melalui mata pelajaran PPKn; 6. Pendidikan karakter melalui mata pelajaran Sastra; |
2. |
Pengembangan Budaya Sekolah (School Culture) |
7. Festival hari pertama sekolah (the first day festival); 8. Festival akhir tahun pelajaran; 9. Menyusun tata tertib sekolah/kelas (School/ Classroom Rules); 10. Upacara Bendera; 11. Kantin Kejujuran; 12. Hari Keluarga; 13. Bersalaman Sebelum Masuk Kelas; 14. Membentuk Kelompok Paduan Suara; 15. Taman Sekolah; |
3. |
Ko-Kurikuler dan Ekstra Kurikuler |
16. Kebun sekolah; 17. Kegiatan Pramuka; 18. Kegiatan Palang Merah Remaja (PMR); 19. Kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS); 20. Kegiatan Dokter Kecil; 21. Kelompok Cinta Alam; 22. Kelompok Seni Kriya; 23. Kelompok Membaca dan Menulis |
4. |
Kegiatan Keseharian di Rumah dan Masyarakat |
24. Pelatihan Etiket Makan; 25. Anak TK mendaki ke Puncak Mahameru; 26. Menyanyikan lagu kebangsaan sebelum acara pertandingan sepak bola; 27. Gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM); 28. Program Jum’at atau Ahad Sehat; 29. Budaya Antri Masuk Bus Sekolah di Malaysia; 30. Memupuk Kerjasama, tetapi Pantang Menyontek; 31. Memupuk Kebiasaan ”On Time” atau Tepat Waktu; |
Sumber: dikembangkan dari Pusat Kurikulum, Balitbang Diknas, dan pengalaman pribadi.
Berdasarkan informasi dari Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Bapak Fasli Jalal, contoh pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah juga belum begitu banyak. Baru ada sekitar 139 contoh saja. Oleh karena itu, dalam buku ini akan diusahakan untuk dapat mencoba mengungkapkan praktik-praktik terbaik (the best practices) dalam pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah, yang diklasifikasikan berdasarkan 4 (empat) ranah dalam pelaksanaan pendidikan karakter.
Tulisan ini memang bukan resensi dari buku bertajuk Praktik-Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang baru saja diterbitkan penerbit Hikayat Publishing Yogyakarta. Tetapi, tulisan ini bagian dari Kata Pengantar buku Praktik-Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter yang telah diterbitkan oleh Penerbit Hikayat Yogyakarta pada tahun 2012. Buku ini telah memiliki ISBN. Diharapkan pemuatan tulisan ini dapat memberikan informasi yang diperlukan oleh para pembaca. Selamat membaca. Sampai jumpa pada penerbitan buku berikutnya. Amin.
Jakakrta, 9 Mei 2013.
Penulis.
9 Komentar. Leave new
Terima kasih
Asslmkm. pak Parlan sy baru diamanati menjd waka pendikar , mohon sumber-sember bacaan dan program kerja yg bs sy rujuk trimakasih pak wass
Selamat. Baca tulisan sy tentang Pilar-Pilar Sekolah Efektif. Menurut CCES (California Center for Effective School), salah satu pilar sekolah afektif adalah strong leadership. Demikian, standar kompetensi kepala sekolah juga perlu Anda fahami dan laksanakan. Selamat.
terima kasih atas informasi nya.
Terima kasih, Anda telah berbagi informasi di antara kita. Informasi adalah ilmu termahal yang dapat saling kita berikan. Salam.
ya. memang seharusnya begitulah, aplikasi dalam kehidupan dari banyak orang yang diteladani menjadi sangat penting. Syukron ya Ustadz
Assalamu alaikum Pak Hisham. Kapan ya kita terakhir ketemu? Saya pernah jumpa Pak Tawil di Jember ketika saya sedang tugas. Senang rasanya ikut berbagi kesuksesan putra-putri teman-teman, seperti Pak Tawil yang besanan dengan Pak Husaifi. Pak Hisham gimana? Ingin dengar ceritanya. Selamat berpuasa Ramadhan. Syukron ya Ustadz.
saya ingin mendapatkan buku ini saya cari di gramedia medan tdk ada,,,kemana lagi saya bisa cari y…
Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Gama Media Yogakarta. Oleh karena itu silahkan berkomunikasi dengan gama.media@eudoramail.com. Maaf dan makasih.
Salam.