ArtikelBudayaPendidikan

Trenggalek, Terang Ing Galih

416 views
Tidak ada komentar

Oleh: Suparlan *)

Tanggal 13 September 2015 mendatang, saya memperoleh undangan untuk menghadiri reuni IKAT (Ikatan Keluarga Asal Trenggalek). Seperti dua tahun sebelumnya, pertemuan IKAT itu diadakan di TMII (Taman Mini Indonesia Indah). Senang juga rasanya menerima undangan tidak resmi itu. Seperti dihargai sebagai keluarga sendiri. Keluarga besar asal Trenggalek.

Meski belum tahu pasti untuk apa pertemuan itu diadakan. Alhamdulillah, saya merasa menjadi keluarga sendiri. Silaturahim, pastilah yang diharapkan. Saya merasakan ada hikmah dibalik tujuan formal yang diadakan. Secara pribadi saya merasakan sebaagai asa untuk membangun proyek kebahagiaan (the happiness project), seperti buku yang telah saya baca. Sebagai ulama (usia lanjut masih aktif) heee seperti saya, kegiatan yang membuat bahagia adalah seperti (1) MC (momong cucu), (2) pindah dari masjid ke masjid, (3) kontak what’s up dari sehabat ke sahabat, (4) olahraga ringan seperti badminton, senam Tera Indonesia, dan sebagainya, dan masih banyak lagi yang lain. Menjadi bahagia super mudah. Kata Ippho Santosa dalam bukunnya. Sebelum menulis tulisan singkat ini, saya baru saja membaca buku Success Protokol. Karya Ippho Santosa seoranng sahabat anak saya. Foto anak dan cucu saya terpampang pada halaman 114. Buku mega best seller ini saya sarankan Anda baca. Rugi yang tidak membaca buku tersebut. Buku itu telah laku terjual satu juta eksemplar. Buku itu dijual di Gramedia!

Ingat kampung halaman.

Salah satu faktor yang menarik untuk hadir dalam acara reuni IKAT adalah agat ingat kampung Ingat kampung halaman. Tentu saja ingat masa kecil sampai masa menjelang tua. Ingat kepada Ibu dan Bapak yang telah mendidikku sewaktu masih kecil. Sebagian informasi tentang kampung halaman saya telah ada dalam laman pribadiku www.suparlan.com. Sungguh dengan reuni tersebut saya ingin kangen-kangenan dengan kampung halaman, Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek. Waktu di SD saya memperoleh arti etimologis bahwa Trenggalek itu artinya terang nggone wong elek. Tetapi pengertian itu salah sama sekali. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak orang yang sukses dari Trenggalik. Salah satunya adalah Bapak Eko Sutrisno, Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN). Siapa lagi kalau bukan orang Trenggalek? Siapa yang tidak tahu. Seluruh BKD pastilah dikenal oleh tiga puluh empat provinsi di Indonesia. Siapa lagi? Namanya lupa-lupa ingat! Saya masih ingat via sms. Katanya tokoh ini kerjanya angon banteng! Pastilah pembaca faham maksudnya. Ternyata Trenggalek yang sebenarnya adalah TERANG ING GALIH.

Pilkada Bersama

Pada akhir bulan tahun 2015 ini Trenggalek juga akan melaksanakan Pilkada. Calonnya sudah ada dan siap untuk bertanding. Sebagai seorang diaspora yang tinggal di Kota Depok, saya ingin mengajak seluruh warga Trenggalek yang sudah memiliki hak pilih, agar memilih calon pemimpin sejati. Suara hati calon pemimpin tersebut sama dengan suara rakyat Trenggalek. Secara ideal, calon Bupati dan Wakil Bupati Trenggalek nanti memiliki inspirasi dari Bung Karno dan Bung Hatta ketika memimpin Indonesia tercinta. Idealnya, Bupati dan Wakil Bupati yang memimpin Trenggalek kelak memiliki 4 SiFAT Rasulullah uswatun hassanah Muhammad, yang memiliki empat karakter. Dengan mengutip tulisan saya sebelumnya yang berjudul Memilih Pemimpin, perkenkanlah saya mengutip tulisan sebelumnya., termasuk 4 SiFAT:
1. Siddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari perilaku korupsi;
2. Fathonah artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional;
3. Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi yang tinggi dan akuntabel;
4. Tabligh artinya menyammpaikan iformasi dengan benar, tidak pernah menyembunyikan apa yang harus disampaikan, dan komunikatif.

Secara alami, pemimpin terbentuk oleh kelompok orang yang berkehendak memilihnya. Jika ada lebih dari satu orang, seorang pasti akan dipilih untuk menjadi pemimpinnya. Apa lagi jika lebih banyak lagi. Tentu ada sejumlah karakter pemimpin yang akan dipilihnya. Jika empat SiFAT karakter menjadi karakter kunci bagi seorang Nabi, maka pemimpin apa pun akan memerlukan karakter tertentu. Berbagai sumber referensi dan informasi dari internet kita dapat belajar untuk menentukan karakter seorang pemimpin. Para ahli dapat kita mintai pendapatnya. Inilai ilmu kauniyah yang dapat kita korek di alam takambang ini, selain dari ayat-ayat kauliyah seperti empat SiFAT yang telah dikemukakan tersebut.

Sebagai Leader

Sebagai leader, seorang pemimpin harus memiliki empat karakter:
• Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan;
• Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge kepada rekan-rekannya;
• Advice, memberikan saran dan nasihat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada;
• Discipline, majadi teladan dalam disiplin dan menegakkannya dalam setiap aktivitas.

Sebagai kata pamungkas tulisan ini, jika pembaca berdiri di tepi pantai Selatan Kabupaten Trenggalek, pastilah Anda akan mendengar gelegar suara ombaknya. Pernah berhentikah gelombang itu? Tidak! Marilah ombak pantai Selatan kita jadikan penyemangat kehidupan kita. Saya ingin mengutip pesan kakek saya, Amat Salim, dalam tembang Pucung (Slendro) sebagai berikut:

Ngelmu iku,
Kalakone kanthi laku,
Lekase lawan kas,
Tegese kas nyantosani,
Setya budaya pangekese dur angkara.

Angkara gung,
Neng angga anggung gumulung,
Gegolonganira,
Triloka lekeri kongsi,
Yen den umbar ambabar dadi rubeda.

Laman: http://www.suparlan.com. Surel: me@suparlan.com.

Depok, 8 September 2015.

Tags: Trenggalek

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts