ArtikelDunia IslamPendidikan

Al-Quran Bukan Hanya Menjadi Bahan Bacaan, Tetapi Panduan Umat

301 views
Tidak ada komentar

Oleh: Suparlan *)

 Memasuki hari ke delapan belas Bulan Ramadhan, tanggal 16 Juli 2014, saya merasa menemukan guru yang luar biasa untuk belajar. Bukan hanya dalam bidang Agama Islam, tetapi juga dalam ilmu pengetahuan pada umumnya. Masjid Baitut Tholibin, rumah tempat mencari ilmu, demikian arti nama masjid ini. Inilah nama Masjid yang cukup megah ini di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Guru yang luar biasa. Ada tiga macam guru. Pertama guru biasa, guru yang baik, dan guru yang luar biasa. Guru yang luar biasa adalah guru yang memberikan inspirasi kepada umat dalam kehidupan.

Muhammad Sjafii Antonio

Sedikit tentang Muhammad Sjafii Antonio[1] adalah seorang muallaf. Muhammad Syafii Antonio lahir di Sukabumi, Jawa Barat, 12 Mei 1965. Nama aslinya Nio Cwan Chung. Oleh karena itu, Muhammad Syafii Antonio adalah penganut ajaran Konghucu. Ayahnya memang seorang pendeta Konghucu. Muhammad Syafii Antonio juga mengenal ajaran Islam melalui pergaulan di lingkungan rumah dan sekolah. Muhammad Syafii Antonio sering memperhatikan cara-cara ibadah orang-orang muslim. Kerena sering memperhatikannya, tanpa sadar Muhammad Syafii Antonio diam-diam juga melakukan shalat. Ayahnya membebaskan Muhammad Sjafii Antonio untuk memeluk agama apa saja, asalkan bukan Islam. Sikap ayah Muhammad Syafii Antonio ini karena pengaruh citra buruk terhadap pemeluk Islam. Ayah Muhammad Syafii Antonio sebenarnya melihat ajaran Islam itu bagus. Apalagi dilihat dari sisi Al Qur’an dan Hadits. Tapi, ayah Muhammad Syafii Antonio sangat heran pada pemeluknya yang tidak mencerminkan kesempurnaan ajaran agamanya. Oleh karena itu, ayahnya memeluk agama Kristen Protestan, dan berganti nama menjadi Pilot Sagaran Antonio. Kemudian Amtonio tertarik degan ajaran Islam. Ketertarikan terhadap Islam ini dipelajari dari berbagai sumber, dan oleh karena itu beliau masuk pondok, karena di pondoklah beliau dapat belajar secara nyata. Akhirnya beliau masuk ITB, IKIP, dan sekaligus IAIN, Setelah S1, beliau meneruskan pelajaran dalam bidang ekonomi Islam di Universitas Islam Antarabangsa (UIA) di Malaysia untuk megamil program S2 dan S3. Bahkan beliau meneruskan kuliah di Universitas Yourdan. Oleh karena itu semakin mantaplah pemahaman beliau tentang Islam dan Ekonomi Islam, bahkan tentang perbankan Sariah, sebagaimana karir yang digelutinya pada saat ini.

Indonesia kaya, penduduknya miskin

Beliau mulai kultum dengan menjelaskan tentang nikmat Allah bagi umat Islam Indonesia. Kita harus bersyukut negara kita adalah negara yang kaya raya dengan berbagai sumber kekayaan yang beraneka ragam. Di bumi negeri tercinta ini, terkandung kekayaan alam yang melimpah ruah. Hutan di Kalimanan dan Sumatera di sampingnya ada kelapa sawit. Di bawahnya ada kandungan batubara dan segala macam bahan tambang. Di bawahnya lagi terdapat gas dan minyak bumi. Kekayaan alam tersebut merupakan kekayaan alam yang dikenal sebagai unrenewable resources, yang dalam jangka waktu sepuluh atau dua puluh tahun lagi akan babis. Oleh karena itu, pembangunan sumber daya alam harus beraleh menjadi pembangunan SDM (sumber daya manusia alam). Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia. Indonesia merupakan negara rerbesar jumlah penduduknya kelima di dunia, setelah RRC, India, Amerika Serikat, Rusia, dan Indonesia.

Muhammad Saw. tokoh terpandang di dunia

Uswatun hasanah Nabi Muhammad Saw adalah pemimpin umat terbesar. Michel Hart, penulis Barat menulis buku tentang 100 orang tepandang di dunia. Muhammad menduduki peringkat pertama. Kehebatan pemimpin dan kitab sucinya belum menjamin kemajuan negara. Karena ternyata negara Indonesia termasuk negara sengan HDI (Human Development Index) yang rendah. Bahkan, negara-negara sekuler di dunia memiliki Index Kesalehan Sosial yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara berpenduduk Muslim, termasuk Indonesia. Kalau demikian, apanya yang salah? Apakah ketokohan Nabi Muhammad Saw yang salah, atau bahkan Kitab Sucinya? Tidak! Yang salah adalah manusianya sendiri.

Al-Quran masih menjadi bacaan, belum menjadi SOP

Lebih jelasnya, Muhammad Sjafii Antonio berpendapat karena Al-Quran masih hanya menjadi bacaan Umat Islam, belum difahami, apalagi diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Lanjutnya, Al-Quran belum dijadikan manual atau SOP (Standard Operating Procedures) dalam semua aspek kehidupan, termasuk dalam mengatur kehidupan ekonomi kita. Dunia perbankan dikuasi orang lain, sementara umat Islam jauh dari manual tersebut. Hudalinnas dapat diartikan petunjul bagi uman manusia. Hudallinas artinya manual dalam semua aspek kehidupan. Al-Quran harus dapat kita jadikan manual atau panduan dalam mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan sosial, ekonomi, dan budayanya.

Walhasil, masih berat pemimpin umat ini. Yang ada para ulama dan ahli agama yang menjadi kelompok sendiri yang tidak faham tentang SOP dalam penyelenggaraan negara. Sementara kelompok lain adalah teknisi, praktisi, dan ahli yang mengatur tentang penyelenggaraan negara yang tidak dibimbing oleh hudalinnas dari Al-Quran. Al-Quran harus menjadi acuan atau panduan dalam berbagai bidang, seperti Kesehatan menurut Al-Quran, Pendidikan menurut Al-Quran, Ekonomi menurut Al-Quran, dan banyak lagi manual-manual yang lain. Al-Quran bukan hanya menjadi bacaan, tetapi harus menjadi manual (SOP) dalam mengatur kehidupan.Wallahu alam bishawab.

*) Laman: www.suparlan.com. Surel: me@suparlan.com. Kritik terhadap tulisan ini akan saya simpan dalam guci emas untuk perbaikan dan penyempurnaan. Terima kasih.

Ditulis pertama, Depok tanggal 17 Juli 2015.

Direvisi, 6 Desember 2015.

 

[1] www.wikipedia.com

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Puisi

Kapan Kita Merdeka Lagi?

Oleh: Suyanto   Merdekanya negara dan bangsa yang pertama kali telah kita nikmati Merdekanya negara dan bangsa dari…