Oleh: Suparlan *)
Bandung memang luar biasa. Makanya ada halo-halo Bandung. KAA yang bertama juga di Bandung. Dan jangan lupa Universitas Pendidikan juga di kota Bandung. IKIP-IKIP yang lain tidak menggunakan nama pendidikan, kecuali Bandung. Museum Pendidikan pun akhirnya yang pertama juga di lahir di Kota Bandung. Akhirnya, Peace Education Center juga digagas oleh SBY harus dibangun di Kota Bandung. Demikianlah, Allah SWT telah mengaturnya. Sama sekali tidak keliru, karena di Bandung pulalah gagasan membangun perdamaian dunia oleh Presiden I Ir. Sukarno dengan KAA I yang juga telah dilaksanakan di Kota Bandung. Itulah beberapa kehebatan Bandung. Oleh karena itu, ketika SBY berbahasa Sunda, yang nota bene orang Jawa, maka mahasiswa UPI langsung bersorak kegirangan. Itulah cara yang ampuh untuk menyatukan Indonesia. Strategi tersebut hendaknya dapat ditumbuh-kembangkan oleh para pemimpina dari semua kalangan dan semua level di Indonesia. Bukan terjadi secara kebetulan, karena semua itu dalam scenario Allah SWT, jika dalam dua-tiga hari lagi kita akan memperingati hari kemerdekaan ke 71 tahun Indonesia. Pada hari yang bersejarah tersebut, strategi “menyatukan Indonesia” tersebut pastilah harus menjadi tugas para pemimpin di negeri ini, tetapi harus secara bergotong royong dan bersama-sama didukung oleh semua rakyat, bangsa, dan negara kita tercinta Indonesia.
Kepedulian terhadap pendidikan
Insya Allah SBY dan Jokowi memang benar-benar memiliki kepedulian terhadap pendidikan. Menurut pemahaman saya, kepedulian itu mempunyai empat tingkatan. Dari kepedulian yang paling rendah sampai yang paling tinggi. Yang paling rendah adalah sikap yang EGP (emangnya gue pikirin). Sikap ini harus kita singkirkan jauh-jauh dalam dunia pendidikan. Kepedulian kedua, yang agak tinggi, adalah “mampu tapi tak mau, karena tidak memiliki akhlak mulia.” Kita yakin SBY dan Jokowi sama sekali bukan orang yang hanya memiliki kepedulian hanya pada level ini. Kepedulian pada level yang lebih tinggi lagi adalah “mau tapi tak mampu, karena tidak memiliki ilmu.” SBY dan Jokowi pun kita yakin bukan orang yang memiliki kepedulian pada lebel ini. Kepedulian pada level yang tertinggi adalah yang kita sebut “amanah”yakni kepedulian pada level tertinggi, yakni yang memiliki kemampuan dan sekaligus memiliki kemauan. Kepedulian SBY dan Jokowi diharapkan menduduki peringkat tertinggi ini.
Mudah-mudahan SBY dan Jokowi juga sependapat konsep yang benar sebagaimana diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara bahwa “pengajaran dan pendidikan adalah sarana penyebarluasan benih hidup merdeka di kalangan rakyat.” Di samping itu, kita berharap mudah-mudahan SBY dan Jokowi juga selaras dengan pandangan John Dewey yang percaya bahwa “pendidikan adalah bukan persiapan untuk hidup, tapi pendidikan adalah hidup itu sendiri.” Di samping itu juga, mudah-mudahan SBY dan Jokowi juga sependapat dengan Ho Chi Minh yang berpendapat bahwa “No teacher, no education; no education, no social-economic development.” Bahkan lebih dari itu, mudah-mudahan SBY dan Jokowi berpandangan yang sejalan dengan pikiran Kaisar Hirohito yang menanyakan “ada berapa guru yang masih tersisa” kepada beberapa orang prajurit yang melihat-lihat hancurnya kota Nagasaki dan Hiroshima yang luluh lantak oleh bom Amerika Serikat, konsep-konsep yang dijelaskan oleh para ahli pendidikan. Kehadiran Kaisar Hirohito di kawasan tersebut adalah untuk meninjau apa saja yang harua dibangun. Beliau justru menanyakan tentang jumlah jumlah gurunya. Dengan semikian, Kaisar Hirohito memiliki komitmen yang tinggi terhadap dunia pendidikan.
Kepedulian mendorong upaya peningkatan mutu pendidikan
Hasil penilaian PISA (Programme for International Student Assessment) telah melejitkan posisi Vietnam menduduki peringat ke-12 dalam assessment terhadap siswa usia 15 tahun. Peringat ini mengungguli beberapa negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Thailand, dan termasuk Indonesia. Satu keberhasilan yang luar biasa yang telah dicapai oleh Vietnam. Sebagaimana kita ketahui, negara Vietnam baru merdeka pada tanggal 2 September 1945, hanya berbeda sebulan dibandingkan dengan kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 yang akan memperingati usia kemerdekaan ke-71 tahun.
Mengapa keberhasilan Vietam tersebut demikian hebat? Tentulah hal ini harur menjadi bahan pelajaran yang tersendiri bagi Indonesia. Apa yang menjadi faktor yang mendorong keberhasilan Vietnam dalam bidang pendidikan? Menurut analisis dari para pengamat pendidikan, faktor penyebabnya adalah kepedulian para pemimpin terhadap dunia pendidikan. Dalam hal ini, Republika.co.id, Bandung, menjelaskan bahwa kepedulian dan kecintaan Presiden Joko Widodo pada dunia pendidikan sangat tinggi, kata presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat memberikan materi kuliah umum perdana mahasiswa Universitas Pendidikan Bandung Angkatan 2015. Hal yang sama juga kepedulian SBY terhadap dunia pendidikan. SBY mengaku “Saya amat mencintai dunia pendidikan, 10 tahun ketika saya memimpin Indonesia saya berupaya sekuat tenaga untuk memajukan dunia pendidikan kita. Dan saya percaya Presiden Jokowi punya kepedulian dan kecintaan tinggi terhadap dunia pendidikan,” kata SBY di Gedung Gymnasium UPI Kota Bandung (2/9/2015).
Pada awal penyampaian materi kuliah umum dengan judul ‘Membangun dan Memelihara Kedamaian di Era Perubahan’, SBY menyampaikan tentang mengapa Bangsa Indonesia harus mencintai dan memajukan dunia pendidikan. “Kita semua ingin pada akhir abad 21, Indonesia jadi negara maju di dalam semua bidang, termasuk pendidikan,” katanya.
SBY menuturkan untuk memajukan dunia pendidikan tersebut maka masyarakat atau sumber daya manusianya harus maju. “Untuk maju kita harus mencetak manusia unggul, berkarakter dan berdaya saing tinggi dan untuk mewujudkan itu peran lembaga pendidikan termasuk guru, dosen dan guru besar amantlah penting, oleh karena itu saya kira tepat jika kita semua,” kata SBY. Sementara itu, pada akhir pemaparannya SBY menantang Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) untuk menjadi pemimpin dalam pendidikan kedamaian yang ditandai dengan dibangunnya “peace education center” (pusat pendidikan perdamaian). “Tantangan bagi Rektor UPI dan para guru besar untuk membangun peace education center sehingga kalau dunia bertanya, apa betul di Indonesia ada peace education center, akan dijawab, ada, di Bandung, di Universitas Pendidikan Indonesia,” kata SBY.
Akhirul kalam, kita tetap berdoa mudah-mudahan kepedulian para pemimpin negeri ini tidak menurun, dan bahkan kepedulian seluruh anak bangsa negeri ini haruslah tetap bersemangat untuk meningkatkan mutu pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana telah diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. Amin. (Sumber: Antara).
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com
Depok, 15 Agustus 2015.