ArtikelBudayaLingkungan Hidup

Trenggalek Nan Molek

1 Komentar

Oleh Suparlan *)

Jadilah seekor angsa. Kelihatan tenang berenang di permukaan air, namun kedua kakinya seakan kesetanan mendayung di bawah air
(Michael Caine, Aktor Inggris)

Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengekor
(Steve Jobs, pendiri Apple Computer)

Dengarkan keinginan rakyat, jadikan itu sebagai program kerja pemerintah, dan laksanakan dengan gagah berani
(Wen Jia Bao, Perdana Menteri China)

 Setidaknya pernah terlintas di benak penulis satu harapan besar agar Trenggalek menjadi lebih molek dibanding hari-hari kemarin. Adalah satu harapan yang sangat wajar. Harapan dari seorang anak desa. Juga dapat disebut sebuah impian dari seorang yang dilahirkan di sebuah desa terpencil, Desa Tawing, Kecamatan Munjungan. Kecamatan ini dahulu sering disebut Sumbreng, dengan teluknya yang indah, yakni teluk yang meliuk di pantai Selatan Pulau Jawa, dengan ombak besar yang bunyinya menggelegar.

Sejarah Panjang Kabupaten Trenggalek

Trenggalek bukanlah sebagai nomenklatur baru dalam dunia pemerintahan di republik ini. Trenggalek sama sekali bukan daerah kabupaten yang baru dimekarkan. Trenggalek telah memiliki sejarah panjang yang cukup dapat melahirkan satu kebanggaan yang tersendiri. Tentu! Kita tidak boleh terlalu lama menoleh ke belakang. Awas! Di depan terhampar ada hambatan dan tantangan. Di samping ada kekuatan dan kelemahan. Begitulah teori SWOT  yang sering digunakan untuk merencanakan masa depan, merumuskan kebijakan, dan juga merumuskan program dan kegiatan semua organisasi, termasuk organisasi pemerintahan yang namanya Kabupaten Trenggalek.

Sejarah awal Trenggalek dipercaya bermula dari prasasti Kamulan, yang menyebutkan bahwa Trenggalek lahir pada Hari Rabu Kliwon, tanggal 31 Agustus 1194 M. Dengan demikian, kabupaten ini telah berusia 813 tahun (www.trenggalek.com). Dalam panggung sejarah Republik Indonesia, keberadaan Kabupaten Trenggalek telah dikukuhkan oleh Presiden Sukarno melalui SK Presiden Republik Indonesia Serikat Nomor 20 Tahun 1950. Dua puluh enam bupati telah memerintah kabupaten yang sudah sudah berusia 813 tahun ini. Mulai dari Bapak Sumotruno sampai dengan Bapak H. Soeharto. Bupati yang terakhir ini mulai memerintah Kabupaten Trenggalek sejak tahun 2005. Bupati ini untuk pertama kalinya merupakan hasil pilihan rakyat melalui pilkada secara langsung.

Modal Pembangunan Trenggalek

Apa yang dapat kita petik dari sejarah panjang tersebut? Apakah modal dasar yang dapat digunakan untuk membangun Trenggalek? Pertama, modal spiritual, berupa kebanggaan, rasa percaya diri yang lebih tinggi, semangat dan tekad yang kuat untuk dapat membangun Trenggalek yang lebih molek. Banyak tradisi dan nilai-nilai sejarah yang harus digali lebih banyak lagi.

Pertama, perlu rekonstruksi sejarah Kabupaten Trenggalek untuk modal spiritual yang akan digunakan untuk membangun Trenggalek. Buku-buku sejarah lama perlu dilestarikan sebelum rakyat daerah ini melupakannya untuk selama-lamanya. Penulsian buku sejarah lama ini perlu dianggarkan dalam APBD, seperti Sejarah Minak Sopal, Prasasti Kampak, Prasasti Kamulan, Sejarah Dam Bagong, Inventarisasi Situs-situs Sejarah Lama, Sejarah Perjalanan Jenderal Sudirman, dan masih banyak lagi yang lain.

Kedua, perlu peningkatan sumber daya manusia. Anak-anak dari Trenggalek telah dikenal dengan anak-anak yang cerdas, tidak kalah dengan anak-anak yang berasal dari daerah lain. Boleh jadi hal ini akibat dari pola makan dengan ikan dan sayur-sayuran. Orangtua kita selalu meminta kepada anak-anaknya, “ayolah makan ikan dan sayur, agar menjadi cerdas”. Pemerintah Kabupaten Trenggalek harus mampu menyediakan anggaran minimal 20% untuk pendidikan. Berikanlah kesempatan kepada agar anak-anak yang terbaik dari daerah ini memperoleh beasiswa dari pemerintah kabupaten untuk mengikuti pendidikan di lembaga pendidikan terbaik di negeri ini, kemudian mewajibkan mereka untuk dapat kembali membangun tanah kelahirannya. Kalau Menak Sopal dipercaya telah mampu membangun Dam Bagong pada masanya, kenapa dalam era teknologi informasi ini tidak ada satu pun dam atau bendungan yang dapat dibangun di daerah ini.

Ketiga, perlu inventarisasi sumber daya alam yang cukup melimpah, seperti kekayaan laut pantai Selatan, baik Pantai Sumbreng dan Pantai Prigi yang indah dan kaya, kekayaan sumber daya pertanian dan perkebunan yang cukup potensial. Sebagai contoh, kawasan Kecamatan Munjungan dikenal sebagai daerah yang “munjung-munjung pangan”. Daerah ini pernah menjadi sumber pangan bagi penduduk dari daerah sekitarnya, seperti Panggul, Dongko, Kampak, dan Gandusari, bahkan penduduk dari kabupaten tetangga lainnya. Selain itu, Trenggalek harus kembali berjaya sebagai penghasil cengkeh yang terkenal. Setidaknya telah dikenal pada masa pemerintahan Bupati Sutran.

Keempat, perlu analisis berbagai masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Trenggalek. Bukan saja masalah yang terkait dengan sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDM), tetapi juga yang terkait dengan manajemen pemerintahanya.

Kelima, berdasarkan keempat modal dasar pembangunan tersebut, maka disusunkan satu rencana strategis pembangunan Kabupaten Trenggalek untuk sepuluh atau dua puluh lima tahun mendatang. Dalam rencana strategis tersebut dirumuskanlah berbagai kebijakan pembanunan Kabupaten Trenggalek, berbagai program dan kegiatan inovatif yang akan dilaksanakan oleh pemerintah dan seluruh rakyat Kabupaten Trenggalek.

Program dan Kegiatan Inovatif

Inovasi membedakan antara pemimpin dan pengekor. Demikian petuah Steve Jobs, pendiri Apple Computer kepada para pemimpin di negeri ini, termasuk pemimpin yang telah diberi amanat rakyat untuk memimpin Kabupaten Trenggalek. Pertanyaan besar yang perlu dijawab dalam tulisan ini adalah tentang program dan kegiatan yang inovatif yang harus dilahirkan. “Dengarkan keinginan rakyat, jadikan itu sebagai program kerja pemerintah, dan laksanakan dengan gagah berani”. Demikianlah pengalaman dari Wen Jia Bao, Perdana Menteri China, ketika mendapatkan amanat untuk memimpin Cina. Dengan demikian, dengarlah suara rakyat. Rumuskanlah program dan kegiatan inovatif itu sesuai dengan suara rakyat. Laksanakanlah program dan kegiatan inovatif itu dengan gagah berani, secara konsisten dan konsekuen. Dalam artikel sebelumnya, penulis telah menyampaikan pemikiran tentang dua sektor unggulan pembangunan, yakni pembangunan jalan dan pendidikan. Karena kedua sektor itu memiliki multiflier effect yang besar kepada sektor pembangunan lainnya. Program dan kegiatan inovatif dalam tulisan ini antara lain juga meliputi kedua sektor unggulan tersebut.

Program pertama, pembebasan biaya pendidikan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. Program ini memang terkesan masih untuk pilar pemerataan dan peningkatan akses. Namun dalam jangka panjang, program itu harus berorientasi pada pemberian layanan pendidikan yang bermutu.

Program kedua, pemberian beasiswa bagi siswa yang berprestasi luar biasa, baik dalam bidang akademis maupun nonakademis. Program ini bukan bersifat massal, tetapi program yang bersifat edukatif, bahwa untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan sumber daya manusia yang bermutu.

Program ketiga, peningkatan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar. PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, menyenangkan) dan CTL (contextual teaching and learning) harus diterapkan dalam proses belajar mengajar di dalam kelas.

Program keempat, pembangunan jalan tembus ke daerah-daerah yang masih terisolasi. Pelebaran jalan dari Kampak ke Munjungan, sebagai contoh, merupakan program inovatif yang sangat positif. Pemberdayaan masyarakat dengan pola pemberian subsidi stimulan perlu diperbanyak. Jangan memberikan subsidi yang justru akan mematikan prakarsa dan kreativitas masyarakat. Pola subsidi fifty-fifty dapat diterapkan dalam pemberdayaan masyarakat, artinya pemerintah daerah 50% dan warga masyarakat menyediakan swadaya 50%. Jika program subsidi stimulan ini dapat diterapkan oleh pemerintah, pastilah jalan di kampung-kampung akan mulus. Dengan demikian, geliat pertumbuhan ekonomi dan sosial di kampung itu dapat berkembang.

Program kelima, peningkatan industri kecil dan kerajinan rakyat. Program ini bisa berupa revitaliasasi dari kegiatan yang sudah ada sebelumnya, atau membangun program baru yang sebelumnya belum pernah ada. Kerajinan batik Trenggalek termasuk program yang perlu direvitalisasi. Kalau tidak, generasi muda Trenggalek tidak akan dapat melihat lagi kerajinan ini lagi ke depan. Kerajinan makanan khas Trenggalek termasuk yang masih ada, meski dalam kondisi yang kurang dapat berkembang. Kita perlu belajar dari pengalaman Sumatera Barat yang telah berhasil mengembangkan produk kerajinan makanan, seperti kripik balado dan sejenisnya. Produk-produk makanan tersebut telah dikemas dengan baik. Sementara produk makanan di Trenggalek masih dikemas dengan besek-besek yang tidak terlalu menarik.

Program keenam, penanaman tanaman produktif. Dahulu Trenggalek dikenal dengan program turinisasi atau penanaman pohon turi di sepanjang jalan-jalan di kota dan desa. Program cengkehisasi juga pernah digalakkan oleh Bupati Sutran. Oleh karena itu, Bapak Sutran sangat terkenal karena program tersebut. Gerakan penanaman satu juta tanaman harus dapat memotivasi masyarakat untuk ikut menanam tanaman produktif. Alangkah baiknya jika program ini diikuti dengan satu gerakan pembuatan biopori, yakni pembuatan lubang sedalam 80 cm dan diameter 10 cm. Langkah selanjutnya memasukkan sampah organik yang telah dipotong-potong kecil atau sampah organik yang sudah lapuk sebanyak dua hingga tiga kilogram, tergantung jenis sampah, ke dalam lubang tersebut (Ir. Kamir R. Brata, MS, ahli ilmu tanah di Institut Pertanian Bogor). Sebagai tokoh panutan, bupati harus dapat menyosialisasikan program ini kepada para camat, dan selanjutnya para camat dapat menyebarluaskan program yang sangat baik ini kepada para kepala desa atau perangkat RT dan RW di desa itu. Dalam perjalanan dari Maumere ke Ende di Provinsi NTT, penulis sempat mengagumi lebatnya pohon kemiri yang tumbuh di kiri kanan jalan yang berkelok-kelok seperti dari Kampak ke Munjungan. Jika di sebelah kiri kanan jalan dari Kampak – Munjugan ditanam pohon kemiri, atau pohon pucung yang menghasilkan kluwak, maka Trenggalek akan menjadi salah satu pemasok kluwak terbesar di Indonesia. Dengan demikian, nasi rawon, makanan khas Jawa Timur akan dapat meningkatkan pendapatan perkapita penduduk, dan sekaligus akan meningkatan PAD.

Program ketujuh, pembangunan pasar tani, pasar rakyat, atau pasar tradisional lainnya. Jika setiap kota sekarang ini telah lahir bak jamur di musim penghujan pasar swalayan, pasar serba ada, mal-mal, dan sejenisnya, maka sebaiknya pemerintah kabupaten lebih memperhatikan pada pengusaha kecil dan menengah untuk terlibat secara aktif dalam bidang bisnis. Jika Kota Kuala Lumpur sangat terkenal dengan Petaling Street-nya, Kota Yogyakarta terkenal karena Malioboro-nya, maka Kota Trenggalek perlu membangun berbagai jenis pasar tradisionalnya. Perlu kita ketahui bahwa pedagang yang berjualan di pasar tradisonal itu sama sekali tidak minta subsidi pemerintah. Tetapi mereka justru telah berani membuka lapangan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidunya. Mereka belajar untuk menjadi pedagang yang berhasil. Jika bangunan pasar tradisional belum dapat disediakan, maka mereka dapat memilih lokasi jalan yang dapat dibuka untuk kegiatan pasar. Dari sore hari sampai subuh, para pedagang dapat berjalan di kawasan ini, dengan catatan bahwa setelah subuh jalan itu harus sudah bersih dari barang dagangannya. Cara ini dapat menjadi upaya pemecahan untuk secara pelan tetapi pasti membersihkan para pedagang kaki lima. Dengan cara seperti itu aparat dan rakyatnya tidak akan pernah bertanding gulat. Pemerintah daerah pun dapat memperoleh retribusi dari program dan kegiatan pasar  tradisional ini. Hasil laut dan hasil bumi yang dihasilkan oleh para petani dan nelayan akan dijual di pasar ini. Penulis sering berbelanja di Petaling Street Kuala Lumpur, karena pernah selama lima tahun bekerja di negeri jiran ini. Penulis juga sering berbelanja di Malioboro, karena pernah bekerja selama dua tahun di Kota Yogyakarta.

Program kedelapan, pengembangan kawasan wisata terpadu. Kawasan wisata alam di Trenggalek memang masih obyek wisata yang menjanjikan, terutama wisata laut. Kawasan Gua Lawa masih menjadi salah satu kawasan wisata yang telah dikenal publik. Tetapi wisata hutannya memang masih memprihatinkan. Tahun kemarin terjadi banjir bandang di kawasan kota Trenggalek. Tahun ini banjir terjadi di Panggul. Tahun depan entah dimana lagi? Sudah tentu bencana itu merupakan hasil dari tangan-tangan manusia. Banyak bukit dan gunung yang memang gundul. Sebelah kiri dan kanan jalan menanjak-menurun dari Kampak – Munjungan, akan lebih indah jika dapat dihijaukan. Kalau ada investor yang mau membangun waduk di kawasan lembah antara dua gunung di daerah Kampak, tentu akan menjadikan kawasan ini sebagai kawasan wisata terpadu yang sangat indah. Pada awal tulisan ini, kalau pada zaman pemerintahan Minak Sopal telah berhasil membangun Dam Bagong, kenama di era sekarang ini pemerintahan Bupati H. Soeharto tidak mampu membangun satu pun dam di Kabupaten Trenggalek?

Program kesembilan, pelayanan terpadu masyarakat. Kabupaten Sragen, Provinsi Jateng sering disebut sebagai pelopor pengembangan sistem pelayanan masyarakat satu atap. Pembutan KTP, permohonan IMB, dan puluhan jenis layanan masyarakat di Kabupaten Sragen telah dapat dilayani secara lebih cepat dan bebas dari pungutan yang memberatkan masyarakat. Dengan sistem pelayanan satu atap, maka yang untung adalah rakyat dan sekaligus pemerintah daerah. Dengan penerapan sistem ini, PAD pun meningkat drastis. Jika program inovatif ini dapat diterapkan di Trenggalek, maka tidak mustahil Trenggalek akan menjadi daerah yang menjadi kebanggaan rakyatnya.

Wasana Kata

Sudah barang tentu masih banyak program dan kegiatan inovatif yang dapat dirumuskan dan dilaksanakan oleh pemerintah Kabupaten Trenggalek. Pemerintah dan wakil-wakil rakyat yang duduk di lembaga legislatif, serta para penegak hukum di Trenggalek harus saling bahu-membahu bersama rakyat untuk menjadikan Trenggalek nan molek. Bukan Trenggalek yang masih dikenal sebagai tempat yang jelek. Wallohu alam bishawab.

*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.

Depok, 1 Desember 2007

Tags: Lingkungan Hidup, Trenggalek

Related Articles

1 Komentar. Leave new

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Budaya, Pendidikan

Ayo Menyanyi

Oleh: Suparlan *) Saya jadi ingat guru saya di SR (Sekolah Rakyat), namanya Paniran. Sayang, saya belum sempat…