ArtikelDunia IslamPendidikan

Iqra, Budaya Literasi, dan Kecerdasan Ganda

152 views
Tidak ada komentar

Oleh: Suparlan *) 

Sangat menarik taushiyah Prof. Dr. Nazaruddin Umar, M.A., yang disampaikan dalam acara tasyakuran tanggal 16 Juli 2014 di kediaman Mantan Presiden BJ. Habibie[1]. Bukan hanya gaya taushiyah yang sangat lembut, tetapi juga karena materi yang sangat penting, yakni iqra’ jendela ilmu. Dari taushiyah inilah saya mencoba mengaitkan antara iqra’, budaya literasi, dan kecerdasan ganda.

Iqra’ jendela ilmu

Pastilah ada hikmahnya jika Malaikat sampai mengatakan iqra’ sampai tiga kali kepada Nabi Muhammad Rasulullah Saw. Iqra’, iqra’, iqra’ dan baru kemudian diteruskan secara lengkap Iqra bismi rab bikal lazee khalaq.” Pemilihan kata iqra’ tentu memiliki makna yang jauh berbeda dengan kata kataba, atau qaraah. Apalagi dengan kata qara’at yang artinya membaca dalam arti just reading. Apalagi dengan kata uclu’ yang maknanya membaca syair. Pada saat itu, orang Arab memang memiliki kebiasaan membaca syair. Sementara itu, makna iqra adalah membaca dalam arti yang saintifik. Dari makna inilah maka iqra’ menjadi jendela ilmu dengan empat kategori makna: (1) iqra’ pertama berarti how to read; (2) iqra’ kedua berarti how to learn, (3) iqra’ ketiga berarti how to understand, dan yang terakhir iqra’ berarti how to meditate, atau dalam arti how to implement atau menerapkannya. Itulah sebabnya saya meyakini adanya tiga prinsip ilmu, yakni ilmu itu harus dipelajari, kedua ilmu itu harus dilaksanakan atau diterapkan atau diamalkan, dan terakhir ilmu itu harus disampaikan kepada orang lain (tabligh).

Ilmu itu harus dipelajari, dilaksanakan, dan harus ditablighkan

Sekali lagi, dari makna tersebut, iqra’ memiliki fungsi sebagai jendela ilmu, yang digunakan untuk mengikat ilmu, sebagai yang digambarkan oleh Sayyidina Ali Ra, bahwa ibarat ilmu itu adalah binatang buruan yang ada di hutan lebat, maka memperoleh ilmu itu dapat dilakukan dengan cara mengikatnya. Mencari ilmu diibaratkan berburu binatang. Mencari ilmu diibaratkan dengan mengikatnya. Oleh karena itu, mempelajari ilmu itu dapat dilakukan dengan cara menuliskannya. Insya Allah.

Budaya Literasi

Budaya literasi tidak dapat dipisahkan dengan budaya ilmu. Calistung (baca tulis, dan berhitung, dan menggambar) merupakan kemampuan dasar untuk memperoleh ilmu. Orang Barat menyebut Three R’s atau reading, writing, dan arithmetic.  Tanpa budaya literasi suatu bangsa mustahil akan memiliki budaya ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa memiliki budaya ilmu pengetahuan dan teknologi mustahil pula akan memiliki kebudayaan dan peradaban yang tinggi. Zaman keemasan Islam telah melahirkan kebudayaan dan peradaban Islam. Aljabar, kimia, dan kedokteran, dan filsafat Islam sampai abad XXI dan abad ke depan. Itulah sebabnya orang-orang Barat sebenarnya mengakui keunggulan Islam, termasuk Barack Obama[2], yang menyatakan pandangannya tentang Islam sebagai berikut. Pertama, the future must not belong to those who slander the Prophet of Islam (masa depan tidak harus milik orang-orang yang memfitnah Nabi bagi umat Islam). Kedua, the sweetest sound I know is the Muslim call to prayer (suara paling manis yang saya tahu adalah panggilan Muslim untuk berdo’a). Ketiga, we will convey our deep appreciation for the Islamic faith, which has done so much over the centuries to shape the world – including in my own country (kami menyampaikan penghargaan yang mendalam bagi iman Islam, yang telah melakukan begitu banyak selama berabad-abad untuk membentuk dunia–termasuk di negara saya sendiri). Keempat, as student of history, I also know civilization debt to Islam. Sebagai mahasiswa sejarah, saya juga tahu utang peradaban terhadap Islam. Kelima, Islam has a proud tradition of tolerance (Islam memiliki tradisi toleransi yang patut dibanggakan. Keenam, Islam has always been part of America. Islam selalu menjadi bagian dari Amerika. Ketujuh, we will encourage more Americans to study in Muslim communities (kami akan mendorong lebih banyak warga Amerika untuk belajar di tengah masyarakat Muslim. Kedelapan, these rituals remind us of the principles that we hold in common, and Islam’s role in advancing justice, progress, tolerance, and the dignity of all human beings (tradisi ini mengingatkan kita pada prinsip-prinsip yang kita yakini bersama, dan peran Islam dalam memajukan keadilan, kemajuan, toleransi, dan martabat semua umat manusia). Kesembilan, America and Islam are not exclusive and need not be in competition. Instead, they overlap, and share common principles of justice and progress, tolerance and the dignity of all human beings. Amerika dan Islam tidak eksklusif dan tidak perlu bersaing. Justru keduanya bertemu dan berbagi prinsip umum keadilan dan kemajuan, toleransi dan martabat semua umat manusia. Kesepuluh, I made clear that America is not – and never will be – at war with Islam (Saya telah menjelaskan bahwa Amerika tidak sedang — dan tidak akan pernah —berperang dengan Islam. (saya telah menjelaskan bahwa Amerika tidak sedang — dan tidak akan pernah —berperang dengan Islam).

Terakhir, iqra’ terkait dengan konsep mencerdaskan kehidupan bangsa dalam Pembukaan UUD 1945. Kecerdasan ganda tertuang dalam buku Howard Gardner bertajuk Frame of Mind: Multiple Intelligence, yang meliputi SLIM n BIL: (1) spatial atau visual atau gambar, (2) language atau verbal, (3) interpersonal atau komunikasi, (4) music atau seni music, (5) naturalis (cinta alam), (6) bodily kinesthetic gerak badan atau olah raga, (7) intrapersonal atau evaluasi diri, dan (8) logical mathematic (logis matematik). Setiap manusia dianugerahi kecerdasan yang berbeda-beda. Tidak ada kecerdasan yang sama. Setiap anak tumbuh ibarat bunga yang beraneka ragam. Inilah sunatullah yang lain dari Allah Swt. Allah Swt. memang menciptakan umatnya berbeda-beda agar manusia dapat bekerja sama. Melalui iqra’ kita tidak memerlukan manusia superman. Tetapi kita memerlukan manusia yang dapat membangun kerja sama. We are not looking for a superman, but we are looking for a super team. Kita tidak memerlukan seorang superman yang dapat melakukan serba sendiri. Sebaiknya, kita memerlukan sahabat yang dapat membangun kerja sama yang super.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com; Kritik terhadap tulisan ini akan saya simpan dalam guci emas untuk perbaikan dan penyempurnaan tulisan singkat ini.

Depok, 7 Desember 2015.

[1] Nazaruddin Umar, Kediaman Habibie, 16 Juli 2014.

[2] www.suparlan.com.

 

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts