ArtikelBudayaPendidikan

Lima Pesan Presiden SBY kepada Presiden Baru

124 views
Tidak ada komentar

Presiden SBY sebentar lagi akan mengakhiri kekuasaannya. Tidak ada yang tidak berubah di dunia itu, kecuali kata perubahan itu sendiri. Setelah SBY memimpin negeri ini selama dua periode masa jabatan, sepuluh tahun, pada saatnya nanti, hasil pilpres tang 9 Juli 2014 nanti, akan secara demokratis akan menggantikan kepemimpinan SBY, sesuai dengan amanat rakyat negeri ini. SBY akan diganti oleh Presiden Baru, yang dihasilkan oleh proses pilpres dengan sistem demokrasi yang LUBER (langsung, umum, bebas dan rahasia).

Sistem ini boleh jadi memang belum menjadi sistem yang terbaik. Atau memang tidak ada sistem yang terbaik? Karena Allah Swt yang terbaik. Kita mengharapkan sistem yang mendekati yang terbaik. Ada kalangan yang berpendapat bahwa Pancasila tidak memberikan tuntunan seperti yang sekarang ini. Dalam salah satu silanya, Pancasila memang menyatakan “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”. Oleh karena itu, sistem ini perlu didiskusikan lebih mendalam lagi, yang diharapkan dapat melahirkan sistem yang lebih baik lagi. Namun demikian, untuk saat ini, negeri ini termasuk tiga negara terbesar yang telah menerapkan sistem demokrasi.

Sebagai presiden yang telah melaksanakan amanat rakyat dalam dua kali masa jabatan, sudah tentu banyak pengalaman yang telah diperolehnya selama memangku jabatan yang tertinggi di republik tercinta ini. Tentu banyak kelebihan dan kekurangannya. Tetapi pengalaman yang penting sangat perlu diketahui oleh penggantinya nanti, siapa pun yang akan memperoleh amanat rakyat yang akan dipimpinnya. Berdasarkan pengalaman yang telah diperoleh selama sepuluh tahun memimpin negeri ini, beliau secara tulus akan menitipkan pesan kepada presiden baru, penggantinya untuk lima tahun mendatang atau lebih. Pesan ini adalah pesan umum, bukan khusus untuk capres tertentu, walaupun ada capres yang telah memperoleh pesan-pesan khusus. Artinya, pesan ini adalah untuk siapa saja yang akan terpilih sebagai presiden, bukan untuk capres tertentu jika capres itu nanti akan terpilih.

Dalam hal ini, SBY menegaskan bahwa lima pesan ini “betul-betul berangkat dari yang saya rasakan”. Lima pesan yang disampaikan oleh SBY kepada presiden baru adalah sebagai berikut:

Pesan pertama, Presiden Baru harus senantiasa SABAR, TEGAR, DAN KUAT dalam menghadapi kondisi NKRI yang telah memasuki era kebebasan dan demokratis dengan masyarakat yang semakin kritis. Lebih dari itu, NKRI adalah lima negara yang terbesar, baik dari segi wilayahnya maupun jumlah penduduknya. Kita harus ingat bahwa cita-cita kita adalah membangun NKRI menjadi negara yang besar, maju, aman, dan sejahtera. Empat tujuan negara dalam Pembukaan UUD 1945 harus selalu menjadi rujukan utama pembangunan nasional NKRI. Oleh karena itu, PB tidak boleh reaktif, tetapi justru harus kreatif.

Pesan kedua, Presiden Baru senantiasa harus terus bekerja keras dan berikhtiar sekuat tenaga untuk mencapai tujuan negara, sebagaimana yang diamanatkan dalam Pembukaan UUD 1945. PB harus melihat bahwa masalah dan persoalan harus dipandang sebagai bagian dari proses pemerintahan yang harus diselesaikan dengan melakukan perubahan yang diharapkan. SBY mengingatkan bahwa dalam perjalanan pemerintahannya nanti, kritik akan menjadi bagian terpenting yang tidak dapat dipisahkan dengan perjalanan pemerintahan tersebut. Terkait dengan pesan kedua dari SBY ini, pesan Laksamana Laut Amerika, William Halsey berikut ini harus dapat kita renungkan. “Segala masalah akan menjadi lebih kecil jika Anda tidak menghindarinya, tetapi menghadapinya. Untuk itu, kritik positif, bukan distruktif, harus memperoleh perhatian dan bahkan memperoleh penghargaan yang akan digunakan untuk meluruskan jalan perjuangan dalam membangun NKRI.

Pesan ketiga, sebagai negara yang besar dengan jumlah penduduk kelima terbesar di dunia, masyarakat tentu akan memiliki banyak sekali kepentingan. Untuk ini, Presiden Baru harus dapat mengutamakan kepentingan rakyat dibandingkan dengan kepentingan lain, seperti kepentingan partai koalisi, kepentingan partai sendiri, kepentingan kelompok, dan kepentingan keluarga serta diri sendiri. Dalam hal ini, SBY menambahkan bahwa banyak kepentingan yang harus diakomodasikan, namun pesan Pesiden harus tetap segar bugar unuk dapat memimpin dengan lebih banyak mengutamakan kepentingan rakyat. Mengapa demikian? Karena rakyatlah yang telah memberikan amanatnya kepada Presiden Baru yang telah terpilih.

Pesan keempat, tambah SBY, rakyat berharap agar Presiden Baru nanti agar memimpin dengan prinsip keadilan dan kasih sayang kepada semua rakyat secara adil dan bijaksana. Termasuk kepada rakyat yang secara kebetulan tidak memilih dirinya. Pemimpin tidak boleh merasa dendam kepada rakyat yang tidak memilihnya. Sekali lagi, mandat yang diberikan dari rakyat kepada Presiden Baru bukanlah sebagian rakyat yang telah memilih dirinya saja, melainkan keseluruhan rakyat Indonesia.

Pesan kelima, kata SBY, Indonesia saat ini sudah menjadi negara ketiga terbesar yang telah melaksanakan sistem demokrasi. Kembali kepada pesan pertama, SBY mengingatkan bahwa demokrasi di negeri ini masih dalam tahap konsolidasi, pematangan, bahkan masih harus dicari rujukannya dari dasar negara Pancasila. Namun demikian, demokrasi dan kebebasan itu harus tetap dihormati. Kita menghormati nilai demokrasi, dengan demokrasi yang belum matang benar ini, karena kadang rule of law tidak atau belum berjalan dengan baik. Jika proses dan kondisi politiknya tidak stabil, maka proses dan kondisi ekonomi pun akan sulit dibangun dengan baik. Politik harus stabil, ekonomi bisa tumbuh, dan tetap hormati nilai demokrasi. Demokrasi adalah pilihan kita, setidaknya untuk saat ini. Sistem ini masih dalam proses perkembangan dan pematangan, khususnya berkaitan dengan sila ke empat Pancasila.

Hari ini, tanggal 9 Juli 2014, Indonesia menyelenggarakan hajad besar melaksanaan Pilpres untuk Presiden lima tahun mendatang. Rakyat akan memilih satu dari dua calon putra terbaik bangsa saat ini. Marilah kita memilihnya secara cerdas, baik cerdas intelekktual maupun cerdas spiritualnya, dalam arti memilih dengan hati nurani kita masing-masing. Mudah-mudahan tangan Allah memberikan petunjuk-Nya. Rakyat yang akan menentukan siapa Presiden baru mendatang, dan rakyat pulalah yang akan menanggung konsekuensinya. Kita berhadap pilpres tahun 2014 ini berjalan lancar dan sukses. Amin. Yang pasti kita berharap, janganlah kita takut untuk terus berjalan meskipun lambat. Tetapi janganlah sampai berhenti, meski hanya sedetik pun. Karena berhenti berarti mati. Kita semua mempunyai cita-cita menjadi negara yang besar, aman, adil, makmur dan sejahtera. Amin, ya robbal alamin.

Sumber: Muhammad Ali, http://indonesia-baru.liputan6.com/

Depok, 9 Juli 2014.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Buku

Pendidikan Multikultural

Alhamdulillahirrabbil ‘alamin, pada tanggal 27 November 2012 ini, penulisan buku Pendidikan Multikultural telah selesai naskahnya. Buku ini menjelaskan…