Good education requires good teahers
(Digumarti Baskara Rao, 2003,Teachers in a Changing World, hal. 28)
Sehari sebelum acara peringatan Hari Pendidikan Nasional, saya mencoba untuk mencari naskah sambutan tertulis Mendikbud di www.kemdimbud.go.id.com, dan ternyata sudah ada. Alhamdulillah. Inilah kelebihan teknologi informasi dalam dunia yang semakin sempit ini. Kita dapat mengakses informasi dengan pertolongan Paman Google dengan mudahnya. Maaf saya sering menggunakan sebutan itu untuk menunjukkan kehebatan Google.com dalam menyampaikan informasi secara super cepat dan akurat. Thanks a lot, uncle!
Saya telah membaca sambutan Mendikbud tersebut dengan teliti dan hati-hati untuk melihat pesan-pesan apa yang telah beliau sampaikan dalam pidato sambutan tertulis dalam acara peringatan Hari Pendidikan Nasional tesebut. Sudah barang tentu pesan-pesan tentang kebijakan dan program Kemdikbud dalam lima tahun yang lalu dan pesan-pesan untuk dunia pendidikan ke depan.
Dari sambutan tertulis Mendikbud tersebut, dapat dicermati substansinya tentang beberapa hal sebagai berikut:
Pertama, ucapan terima kasih, permohonan maaf
Pada ketiga alinea terakhir naskah pidato Mendikbub berisi tentang kedua hal tersebut, yakni ucapan terima kasih dan permohonan maaf. Bisa ditebak, karena tahun ini merupakan tahun terakhir dalam menjalankan tugas beliau sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Tahun terakhir yang ternyata penuh dengan tanda tanya tentang Kurikulum 2013, yang baru dapat diterapkan dalam dua tahun penerapan dari tiga tahun penuntasan dalam penerapan Kurikulum 2013. Satu tahun ke depan sudah tidak lagi menjadi tanggung jawab beliau. Kecuali beliau mendapatkan amanah memimpin Kementerian ini kembali lima tahun mendatang. Oleh karena iitu, ucapan terima kasih ini sudah barang tentu ditujukan kepada seluruh komponen yang telah bekerja keras dalam mendukung pelaksanaan Kurikulum 2013, dan juga kepada penggiat yang akan menerima estafet penuntasan dalam penerapan Kurikulum 2013, setahun mendatang.
Permohonan maaf ditujukan kepada siapa saya yang selama semua pemangku kepentingan atas segalam kekuarangan, kelemahan, dan kehilfan yang selama ini telah terjadi, terutama dalam kejadian dan beberapa peristiwa pelaksanaan UN yang kurang dapat berjalan lancari, peristiwa JIS yang kurang dapat diselesaikan dengan baik, dan but not least, pelaksanaan Kurikulum yang masih menyisakan beberapa permasalahan, seperti masalah cetak buku dsb.
Kedua, penyebutan program pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, minus PAUD
Boleh dikatakan bahwa beberapa kebijakan dan program pada jenjang pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi telah disebutkan semua, mulai dari masalah akses untuk mendapatkan layanan pendidkan, sampai dengan yang terkait dengan kualitas pendidikan. Namun dalam kaitannya dengan akses PAUD sama sekali tidak disinggung, apalagi diulas. Pendidikan PAUD, yang konon sudah mengarah kepada kebijakan dan program wajib belajar PAUD. Pada baliho di depan Kantor Kemdikbud pun sudah lama dipajang tekad Ibu Negara Ani SBY agar di satu desa minimal ada satu PAUD. Keberadaan PAUD di desa-desa mempunyai landasan saintifik yang sangat kuat, yakni PAUD sebagai jenjang pendidikan yang “The Golden Ages” atau jenjang pendidikan dalam usia keemasan. Kecerdasan anak telah berkembang secara optmal pada usia anak bawah lima tahun (balita). Sebagaimana kita ketahui, APK jenjang PAUD barulah mencapai sekitas 30. Ini berarti masih banyak sekali anak usia balita yang belum memperoleh layanan pendidikan.
Ketiga, penghargaan kepada Bapak Ki Hajar Dewantoro sebagai Bapak Pendidikan Nasional tidak tertulis dalam sambutan pidato Mendikbud.
Selain itu, membangun manusia ungguh dan memangun peradaban yang unggul harus di dasarkan kepada Pancasila sebagai landasan filsafat bangsa, dengan tujuan negara untuk “mencerdaskan kehidupan bangsa”, sebagai salah satu tujuan NKRI didirikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Pendidikan dan peradaban Indonesia yang unggul sebagai tema peringatan Hardiknas haruslah dibingkai oleh Pancasila sebagai dasar negara, dan “mencerdaskan kehidupan bangsa” sebagai tujuan akhir (the main aims pendidikan dalam sistem pendidikan nasional), yang dalam Resntra Depdiknas 2004 – 2009 disebutkan sebagai manusia yang cerdas secara komprehensif. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional tersebut, Tut Wuri Handayani, yang telah menjadi motto Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan harus menjadi wahana (jalan) yang harus dilalui.
Keempat, momentum untuk meningkatkan kapasitas dan profesionalitas guru
Butir ini sangat melegakan saya, sebagai mantan guru SPG yang telah dibubarkan pada tahun 1990. Mendikbud menengaskan beberapa hal penting. Pertama, penerapan Kurikulum 2013 harus menjadi keniscayaan, karena setiap sepuluh tahunan, kurikulum memangharus sudah waktunya untuk dikembangkan. Kedua, selain kurikulum harus disempurnakan, pendidik dan tenaga kependidikan harus ditingkatkan kompetensinya secara berkelanjutan. Digumarti Baskara Rao menyatakan bahwa “The professionalization of teaching activity is the best long-term strategy to improvee the outcomes of education” (Digumarti Baskara Rao, 2003, Teachers in a Changing World, hal. 2). Bagaimana pun baiknya kurikulum, semua itu amat tergantung kepada gurunya. Sama dengan dunia pengadilan, bagaimana pun undang-undnag dan peraturan dibuat, semua tergantung pada hakimnya yang baik.
Prasyarat organisasi untuk meningkatkan kompetensi dan profesionalitas guru pun sudah dipersiapkan dengan matang, yakni adalah lembaga P4TK semua mata pelajaran, dan LPMP di setiap provinsi di Indonesia. Kedua lembaga tersebut memang dirancang sebagai upaya untuk peningkatan kompetensi guru pada khususnya, dan untuk penjaminan mutu pendidikan pada umumnya. Melalui dua lembaga tersebut yang tersebar di daerah dan semua provinsi di daerah, maka upaya peningkatan kompetensi guru dapat berlangsung serempak.
Refleksi
Saya menjadi teringat kepada pandangan Anis Baswedan ketika diwawancarai Mata Najwa tadi malam bersama dengan nara sumber Sultan HB IX, Mahfud MD, Ridwan Kamil, dan Chairul Tanjung semalam. Beliau mengatakan “Sebagai orang Indonesia, kita bisa dilahirkan di dumi mana saja (di Jawa, Sumatera, dan lain-lain), tetapi harus memiliki tujuan yang sama, yakn dii langit cita-cita”). Cita-cita tujuan pendidikan telah digariskan oleh para pendiri NKRI, yakni tertuang dalam Pembukaaan UUD 1945, yakni “mencerdaskan kehidupan bangsa”. Untuk mencapainya, Ki Hajar Dewantoro telah mewariskan filsafat pendidikan “Ing Ngarso Sung Tuloodho, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani” . Selamat Hari Pendidikan Nasional, 2 Mei2014.
Depok, 2Mei 2014.
1 Komentar. Leave new
Aq mau