Quality is everyone’s responsibility
(W. Edwards Deming)
Quality is never an accident; it is always the result of high intention, sincere effort, intelligent direction and skillful execution; it represents the wise choice of many alternatives
(William A. Foster)
Mudah-mudahan judul di atas salah. Tetapi itulah kesan yang saya dapatkan pa saat mendarat dengan Lion di Tanjung Pinjang pada tanggal 29 Mei 2013 lalu. Kedatangan saya pada saat itu adalah untuk kesekian kalinya dapat bertugas di Kota Tanjung Pinang. Kunjungan kali ini adalah untuk memenuhi undangan dari Dewan Pendidikan Provinsi Kepulauan Riau dalam acara rapat koordinasi program wajib belajar.
Kurang Hijau
Itulah kesan yang saya peroleh mulai saat mendarat dengan pesawat Lion Air di Bandara Raja Haji Fishabilillah yang jaraknya ternyata sangat dekat dengan Hotel Confort tempat saya menginap semalam. Kelihatan dari dalam pesawat satu kawasan Tanjung Pinang yang ternyata banya botak karena pembukaan lahan untuk pembangunan perumahan yang kurang diimbangi dengan pelaksanaan program penghijauan. Kesan itulah yang kemudian terekam dalam benak penulis yang kemudian terlahir dalam tulisan singkat ini.
Nama Mengandung Makna
Nama mengandung makna. Itulah sebabnya dalam nama Tanjung Pinang seharusnya melekat makna banyak pinang di dalam nama tersebut. Kok pinangnya tidak banyak? Itulah kesan dan bayangan yang muncul kemudian. Tentu ada bayangan beragam macam pinang di dalamnya. Konon buah pinang dan sirihnya telah lama dikunyah-kunyah bersama oleh para ibu-ibu tempo dulu. Dewasa ini, tanaman pinang merah konon dikenal menjadi tanaman hias yang disenangi banyak orang. Entah ada pinang apa lagi. Penulis berharap mudah-mudahan di suatu saat nanti setiap daerah memiliki keunikan sesuai dengan nama daerah tersebut. Jika suatu saat nanti Tanjung Pinang kemudian dikenal dengan kawasan yang hijau karena banyak pinangnya, maka sudah barang tentu akan memiliki arti tersendiri sebagai upaya untuk ikut melindungi bumi, yang konon pada saat ini telah mengalami perubahan iklim yang mungkin akan besar pengaruhnya terhadap kehidupan manusia.
Rapat Koordinasi Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Pak Djumadi-lah seorang tokoh yang telah mengawali proses kedatangan saya di Tanjung Pinang. Pak Djumadi pulalah yang kemudian telah menjemput dengan mobil pribadinya dan mengantarkan saya ke hotel yang besar dan megah tempat acara rapat koordinasi itu dilaksanakan. Alhamdulillah, saya akhirnya saya dapat bertemu kangen dengan para pengurus Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota se Provinsi Kepulauan Riau ini. Diskusi dan saling bertukar pikiran dengan masyarakat peduli pendidikan dari daerah kabupaten/kota yang berbatasan dengan negara jiran Malaysia.
Acara rapat koordinasi dibuka dengan menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya, menunjukkan integritas yang tinggi terhadap republik ini. Kemudian, acara dibuka dengan pengarahan dari Sekretaris Daerah Kota Tanjung Pinang — yang cerdas itu — tentang pentingnya upaya pemecahan masalah pendidikan, baik masalah akses pendidikan maupun masalah mutu pendidikan bagi seluruh anak bangsa, termasuk di dalamnya masalah pendidikan di daerah Provinsi Kepulauan Riau. Acara rapat koordinasi kemudian dibuka secara resmi dengan ucapan “bimillahirrahmanirahim”, dan sudah tentu tidak lupa dengan ciri khas budaya pantunnya.
Untuk urusan pantun ini, Pak Djumadi yang mengaku tak pandai berpantun, ternyata juga punya simpanan pantun sebagai beriktu. “Gunung Bintan lekuk di tengah ….., gunung daik bercabang tige. Hancur badan dikandung tanah ….. buai baik dikenang juge”.
Pelaksanaan Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar
Kegagalan dalam satu bidang tidaklah harus diikuti oleh kegagalan dalam bidang yang lain. Bahkan sebaliknya mungkin bidang yang lain justru menunjukkan keberhasilan sesuai dengan yang diharapkan. Itulah sebabnya, maka orang bijak telah melukiskan kalimat bijaknya sebagai berikut: “jika kegagalan ibarat hujan, dan keberhasilan ibarat matahari, kita memerlukan keduanya untuk melihat indahnya pelangi”. Para peserta rapat koordinasi ini perlu bersyukur karena pelaksanaan program wajib belajar secara nasional menunjukkan capaikan yang positif, termasuk tingkat provinsi di Kepulauan Riau pada khususnya.
Berkenaan dengan materi rapat koordinasi ini, saya mencoba menyampaikan beberapa butir ringkasannya antara lain sebagai berikut:
Pertama, Quality is everyone’s resonsibility. Kualitas merupakan tanggung jawab semua orang. Upaya untuk memecahkan masalah pendidikan, baik masalah askes maupun mutu pendidikan tidak dapat diserahkan kepada satu komponen pendidikan saja. Upaya pemecahan masalah tersebut menjadi tanggung jawab semua komponen pendidikan. Semua komponen pendidikan di daerah dan sekolah harus bekerja sama secara sinergis untuk dapat memecahkan masalah, baik akses maupun mutu pendidikan.
Kedua, untuk memecahkan masalah askes pendidikan, perhatian dan kepedulian perlu lebih diutamakan untuk anak-anak yang berasal dari keluarga kurang mampu. Itulah sebabnya Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan Nasional telah melakukan terobosan program, seperti program bantuan untuk siswa yang berasal dari keluarga yang kurang mampu tersebut (program BSM), program bantuan untuk daerah terpencil, terluar, dan daerah nelayan.
Ketiga, berdasarkan data hasil capaian pelaksanaan program wajar pendidikan dasar, pelaksanaan program wajib belajar telah menunjukkan keberhasilan yang positif untuk tingkat nasional. Capaian dan target capaian keberhasilan pelaksanaan program waib belajar tersebut dapat dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel: Capaian dan Target Capaian Pelaksanaan Program Wajib Belajar
No. |
Indikaktor Keberhasilan |
Tahun 2004 |
Capaian 2012 |
Target 2013 |
Target 2014 |
1 |
% APM SD/MI |
94,1 |
95,7 |
95,8 |
96,0 |
2 |
% APM SMP/MTs |
58,0 |
78,8 |
80,0 |
76,0 |
3 |
% APK SMA/SMK/MA |
49,0 |
78,7 |
82,0 |
85,0 |
4 |
% APK PT |
14,3 |
27,9 |
28,7 |
25,0 |
Sumber: Paparan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar, Kemdikbud, 2013.
Berdasarkan tabel tersebut, tampak bahwa keseluruhan indikator capaian keberhasilan, mulai dari APM SD/MI, APM SMP/MTs, APK SMA/SMK/MA, dan bahkan APK perguruan tinggi menunjukkan kenaikan yang signifikan jika dilihat dilihat data pada tahun awal pelaksanaan program wajar pada tahun 2004 sampai dengan capaian tahun 2012, capaikan tahun 2013, dan capaian harapan pada tahun 2014 mendatang. Capaian indikator keberhasilan APM SD/MI telah meningkat dari 94,1% menjadi 95.7% pada tahun 2012, dan 95,8% pada tahun 2013, dan diharapkan pada tahun 2014 meningkat lagi menjadi 96,0%.
Keempat, berkenaan dengan materi tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, dalam kesempatan ini perlu dingingatkan lagi bahwa eksistensi Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sesungguhnya telah memiliki payung hukum yang cukup kuat, mulai dalam UU Nomor 20 Taun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sampai dengan PP Nomor 66 Tahun 2010 sebagai perbaikan dari PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Namun demikian, payung hukum tersebut dalam kenyataannya belum membuat Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah memiliki gigi yang kuat pula. Dewan Pendidikan belum dilirik sebaimana mestinya oleh lembaga birokrasi yang ada di daerah. Demikian pula Komite Sekolah masih juga dikenal sebagai lembaga stempel di sekolah. Untuk itu, payung hukum tersebut memang masih perlu dijabarkan ke dalam payung hukum yang lebih operasional, yakni yang tertuang dalam Peratuan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Akhir Kata
Untuk menutup tulisan singkat ini perkenankanlah penulis mencoba merangkai pantun sebagai berikut. “Masih banyaklah sampah di jalan-jalan, tidaklah elok kita biarkan. Masih banyaklah materi yang belum disampaikan, bolehlah disampaikan di lain kesempatan”.
*) S2 University of Houton. E-mail: me@suparlan.com; website: www.suparlan.com
Bogor, 3 Juni 2013.