Menjaga lingkungan sesungguhnya seperti menjaga kehidupan kita sendiri, karena lingkunganlah yang membuat kita nyaman dan bahagia
(Ully Sigar Rusadhy)Ilmu itu dapat dikatakan baik apabila dapat diamalkan dan berguna bagi kesejahteraan masyarakat
(John Dewey)
Ketika musim kemarau tiba, kita kembali akan diingatkan dengan berbagai masalah. Masyarakat pada umumnya, masyarakat di daerah pedesaan pada khususnya, seakan selalu harus menghadapi masalah tanpa akhir, seperti kekeringan, gagal panen, kekurangan air bersih, kebakaran hutan, dan sebagainya. Bahkan Ketika musim penghujan tiba, kembali masyarakat mengalami berbagai jenis masalah yang tak kalah hebatnya, seperti banjir bandang, tanah longsor, jalan terputus, lagi-lagi sawah tergenang banjir, waduk-waduk mulai kering, dan sebagainya.
Sebagian besar masyarakat menilai bahwa semua masalah itu merupakan warisan dari nenek moyang atau leluhur yang harus diterima tanpa bisa mengubahnya.
Di antara kedua musim itu, ada musim pancaroba yang tidak jarang juga menyisakan bencana alam, seperti berbagi jenis angin kencang yang terjadi di daerah tertentu, seperti angin puting beliung yang bisa mengangkat rumah, angin bahorok di Sumatera Utara yang dapat merusakkan perkebunan tembakau, dan sebagainya.
Mungkin, bencana alam memang tidak dapat dihilangkan sama sekali. Di negara maju sekali pun memang tidak bisa lepas sama sekali beberapa bencana tersebut. Apalagi dengan negara-negara yang sedang berkembang. Namun demikian, setidaknya dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut dapat dikurangi sampai pada titik yang paling aman. Bukan malah diperparah. Bukankah Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika warga kaum itu tidak mau berusaha untuk mengubahnya. Dengan demikian, niat dan tekad yang kuat, serta usaha yang sungguh-sungguh untuk dapat mengurangi terjadinya bencana merupakan jalan yang harus ditempuh. Sekaligus berupaya mengurangi dampak yang ditimbulkannya. Bukan malah sebaliknya memperbesar dampak yang ditimbulkan oleh bencana itu.
Biopori
Mungkin pembaca telah mengetahui tentang apa yang dikenal dengan lubang resapan biopori. Lubang resapan biopori adalah lubang silindris dengan lebar 10 cm dengan kedalaman 100 cm dengan tujuan untuk meningkatkan daya resap air pada tanah, yang dalam jangka panjang dan dengan skala yang luas diharapkan juga dapat mencegah terjadinya banjir, dan manfaat lain untuk untuk perlindungan lingkungan hidup. Inilah metode yang dicetuskan oleh Ir. Kamir R Brata, M.Sc, seorang peneliti terkenal dari Institut Pertanian Bogor (http://id.wikipedia.org).
Biropori merupakan teknologi sederhana pembuatan lubang serapan di tanah, yang diisi dengan sampah organik. Untuk tahap sosialisasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah membuat beberapa lubang biopori di beberapa tempat, misalnya di sekeliling lapangan upacara di depan gedung utama kementerian, dan di tempat-tempat lainnya. Di tepi lubang itu diberi tanda tiang bambu berbendera dengan tulisan BIOPORI. Lubang biopori itu memang sempat menarik perhatian dari beberapa orang yang lewat, termasuk penulis. Namun sebagian besar orang yang lewat di dekatnya memang kurang peduli dengan teknologi sederhana itu.
Manfaat
Sesuai dengan namanya, manfaat utama lubang biopori ini adalah untuk meningkatkan daya resap air pada tanah. Dengan biopori ini, pada musim penghujan, sebagian besar air hujan diharapkan dapat meresap ke dalam tanah, dan disimpan di dalamnya, sehingga mengurangi air yang ada di permukaan tanah. Dengan demikian, jika biopori ini telah banyak dibuat di berbagai tempat, dalam jangka panjang air hujan itu akan banyak tersimpan di dalam tanah. Dengan demikian, dalam jangka panjang biopori diharapkan akan meningkatkan simpanan air tanah di satu pihak, dan dapat mengurangi terjadinya bahaya banjir di pihak yang lain. Selain itu, dengan biopori dapat bermanfaat untuk meningkatkan kesuburan tanah, sehingga bekas lubang biopori dapat ditanami dengan tanaman produktif.
Tentu saja pembuatan lubang biopori ini harus didukung dengan kebiasaan-kebiasaan lain yang positif dalam masyarakat, misalnya kebiasaan membuang sampah pada tempatnya, memilah dan memisahkan sampah-sampah dari rumah tangga itu menjadi sampah organik dan sampah anorganik. Sementara itu, sampah organik dimasukkan ke dalam lubang sampah organik (LSO). Sedang sampah anorganik, seperti plastik dapat diproses untuk produk yang bermanfaat lainnya.
Refleksi
Tidak ada masalah tanpa pemecahan. Itulah salah satu keyakinan yang harus kita miliki. Keyakinan itu lebih diperkuat lagi dengan salah satu ayat yang menyebutkan bahwa “setelah ada kesulitan, akan ada kemudahan”. Ayat ini lebih memberikan keyakinan bahwa masalah lingkungan hidup, antara lain masalah pemanasan bumi, insyaallah akan dapat diatasi, misalnya dengan satu gerakan membuat lubang biopori di lingkungan kita masing-masing. Amin.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com. S2 University of Houston, Texas, USA; dosen Universitas Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Depok, Agustus 2012.