Oleh: Suparlan
Synergy berasal dari dua kata synchronization dan energy. Syncronization artinya penyelarasan atau penyatuan, dan energy artinya kekuatan. Dengan demikian sinergi artinya penyelarasan atau penyatuan dua kekuatan. Untuk apa diselaraskan? Untuk menghasilkan kekuatan yang lebih jos. Untuk menyelesaikan dan atau menghasilkan satu pekerjaan tertentu. Jika ada satu energi telah dapat melaksanakan pekerjaan dengan tuntas. Apatah lagi ada dua kekuatan yang bekerja sama atau berkolaborasi. Tentu saja hasilnya akan lebih luar biasa lagi atau akan jauh lebih optimal lagi. Itulah yang dimaksud perlunya dua energi yang berbeda. Itulah makna perlunya penyelarasan atau penyatuan dua energi, bahkan dua energi yang berbeda.
Pemerintah, di satu pihak, merupakan satu energinya tersendiri. Masyarakat, di pihak yang lainnya, merupakan satu energi yang tersendiri pula. Masing-masing mempunyai energi masing-masing. Jika kedua energi tersebut dapat bersatu dan bekerja sama, Demikian juga dengan masyarakat, dengan energinya sendiri. Dengan demikian, dengan satu energi saja sudah dapat menghasilkan kesuksesan yang cukup tinggi, maka dengan dua energi pastilah akan menghasilkan kesuksesan yang lebih optimal. Itulah makna sinergi atau synchronization of energy. Kerja sama antara antara dua kekuatan, dan kerja sama atau kolaborasi dan keselasaram antara dua kekuatan, yakni kekuatan Pemerintah dan kekuatan Masyarakat.
Proses apa pun, termasuk proses pendidikan tidak akan berjalan dengan lancar jika salah satu kekuatan itu tidak hadir. Ketidakhadiran Pemerintah di satu pihak, dan ketidakhadiran Masyarakat di pihak yang lain, akan menjadikan proses pendidikan tidak akan menghasilkan tujuan yang kita inginkan bersama secara optimal, bahkan boleh jadi tidak akan menghasilkan apa pun juga, apa lagi menghasilkan tujuan, apa lagi menghasilkan tujuan secara optimal.
Pemerintah dan masyarakan adalah dua kekuatan yang sama-sama maha dahsyat. Jika dua kekuatan tersebut dapat disinkronisasi secara maksimal, maka hasilnya akan menjadi angat luar biasa,
Siapa yang dapat bertepuk dengan sebelah tangan? Nonsense. Tidak ada. Itulah perumpamaan kedua belah tangan yang disebut Pemerintah dan Masyarakat. Pemerintah dan Masyarakat adalah kedua belah tangan yang harus saling bertepuk tangan. Tepuk tangan kedua belah tangan itulah yang akan meramaikan suasana. Tepuk tangan kedua belah tangan itulah ibarat sinergi antara kedua belah pihak, yakni Pemerintah dan Masyarakat.
Demikian gambaran kerja sama antara Sekolah dan Masyarakat yang tergabung dalam Komite Sekolah. Demikianlah suasana yang terjadi antara Pemerintah Kabupaten/Kota dengan Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota. Demikian pula suasana antara Pemerintah Provinsi dengan Dewan Pendidikan Provinsi. Demikian pula suasana antara Pemerintah Pusat (dalam hal ini Kementeiran Pendidikan dan Kebudayaan) dengan Dewan Pendidikan Nasional, jika nanti telah terbentuk.
Tanpa salah satu antara keduanya, maka pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan akan pupus di tengah jalan. Prosesnya tidak terjadi. Sebaliknya jika keduanya dapat menjalin kerja sama secara sinergis, maka insyaallah proses pengelolalan dan penyelenggaraan pendidikan akan berlangsung dengan optimal, dan akan menghasilkan pelayanan pendidikan secara optimal pula. Proses pelayanan pendidikan yang seperti apa?
1) Semua anak usia sekolah dapat terlayani proses pendidikannya, dengan APK dan APM yang optimal;
2) Proses dan hasil belajar peserta didik akan menunjukkan proses belajar yang jujur dengan tingkat integritas yang tinggi. Artinya, akan menghasilkan indeks integritas yang tinggi. Selain itu juga akan memperoleh hasil belajar (student achievement) dengan rerata yang tinggi pula.
3) Hasil antara (output) pendidikan yang cukup tinggi, yakni angka tamat belajar dan kelulusan yang tinggi. Dengan kata lain, angka putus sekolah yang rendah,
4) Hasi akhir (outcome) pendidikan yang tinggi seperti 3R (Reading, Writing, dan Arithmathic atau calistung yang tinggi), ketiga kompetensi lulusan yang tinggi meliputi pengetahuan (knowledge) sikap (affective), dan keterampilan (psycho motor) yang tinggi.
Demikianlah gambaran ilustrasi perlunya kerja sama sinergis antara Pemerintah dan Masyarakat untuk bersama-sama mencapai tujuan pendidikan. Insyaallah. Amin.
*) Laman: www.suparlan.com, www.masdik.com; Surel: me@suparlan.com.
Depok, 3 Juni 2015.
3 Komentar. Leave new
Ass. wr. wb., Saya masih belum kirim buku yang saya janjikan berjudul Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Saya masih di Yogya dan Surabaya. Belum ngantor. Komite Sekolah SDN Cibeusi mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi semuanya. Amin.
Salam,
Suparlan.
Ass. wr. wb., Saya masih belum kirim buku yang saya janjikan berjudul Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter. Saya masih di Yogya dan Surabaya. Belum ngantor. Komite Sekolah SDN Cibeusi mudah-mudahan dapat menjadi inspirasi bagi semuanya. Amin.
Salam,
Suparlan.
Bermula ingin memiliki nama khas — biar tampil beda, tentu –, lagi pula sebutan komite sekolah/madrasah adalah nama generik, demikian pula di Jawa Barat ketika itu (2002/2003) lebih sering disebut dewan sekolah (DS), maka sejak awal pendiriannya (misalnya pada kop surat dan stempel, 2002) komite sekolah SDN Cibeusi dan SDN Sadangsari (dua sekolah di lokasi dan bangunan yang sama) mengedepankan SINGKATAN DSCS (Dewan Sekolah Cibeusi dan Sadangsari).
Melalui jajak pendapat, perjalanan awal DSCS adalah menjembatani keinginan sekolah dan masyarakat untuk menggabungkan kembali dua sekolah tersebut kepada pemerintah (c.q. Dinas Pendidikan Kebudayaan Kabupaten Sumedang) menjadi satu sekolah, oleh karena ketika itu a.l. jumlah total siswa dua sekolah tersebut sangat sedikit hanya 219 siswa atau antara 15-20 orang per kelas.
Keinginan masyarakat melalui DSCS sekitar satu tahun kemudian terwujud (2003) di mana pemerintah menggabungkan kembali menjadi satu sekolah dengan nama SDN Cibeusi (seperti nama sebelum pemekaran).
Sungguh beruntung nama yang ditetapkan hasil penggabungan adalah Cibeusi (C), sehingga tidak merubah pada singkatan awal DSCS, hanya S yang semula singkatan Sadangsari menjadi Sumedang (DSCS = Dewan Sekolah Cibeusi Sumedang).
Oleh karena UU Sisdiknas 2003 tidak menyebutkan istilah dewan sekolah, melainkan komite sekolah di satu sisi, dan di sisi lain ingin tetap menonjolkan singkatan DSCS, maka meski telah memiliki Mars dan Himne Komite Sekolah dan beberapa lagu lainnya yang di dalamnya disebutkan singkatan DSCS, nama DSCS tetap tidak bergeming meski sangat jarang disebut-sebut kepanjangannya (Dewan Sekolah Cibeusi Sumedang).
Melalui perjalanan dan pemikiran yang cukup panjang (sekitar lima tahun! — 2007) terjawab sudah kepanjangan DSCS itu adalah DINAMIS, SINERGIS (belakangan seperti mengomentari tulisan Pak Parlan di atas), CERDAS (seperti amanat Pembukaan UUD 1945), SELARAS yang kemudian menjadi moto Komite Sekolah SDN Cibeusi (2007 – sekarang). Pas rasanya, seperti tertulis dalam lagu ke-10 tentang SDN Cibeusi (irama jenaka) berikut.
10. DSCS Nama tak Tergantikan
Lirik : Dadang Adnan Dahlan
Lagu : Supriatna
Arr. : Budi Yanto
Komite sekolah SD Cibeusi
Tercatat notaris DSCS
DS berarti Dewan Sekolah
C-nya Cibeusi, S-nya Sadangsari
Lalu Sadangsari tinggallah nama
DSCS pun berubah makna
DS dan C tetap makna semula
S diartikan Sumedang Tandang
Reff.
Kemudian Undang-Undang Sisdiknas
Tanpa istilah dewan sekolah
Namun DSCS tak tergantikan
Dinamis, Sinergis, Cerdas, Selaras
Dinamis, semangat, visioner
Sinergis, sejalan, sepanduan
Cerdas, trengginas, tanggap, bersikap
Selaras, sepadan, seirama
DSCS … DSCS … Oke! …
Jatinangor, 31 Mei 2007