Oleh Suparlan *)
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ditrah, kedua orangtuanyalah yang menjadikannya Nasrani, Yahudi, atau Majusi
(HR Bukhari)Adalah suatu malapetaka jika ateisme yang pincang itu telah mencapai kemajuan pesat, sedangkah hidayah yang lurus tertinggal jauh di belakang hanya karena para pengembannya bermalas-malas dan lalai
(Muhammad Ghazali)Aku telah mengharamkan kezaliman bagi Zat-Ku, karena itu janganlah kalian saling berbuat zalim
(Muhammad Ghazali)Buku adalah gudang ilmu pengetahuan, dan bertanya adalah kuncinya.
(Muhammad Ghazali)
Salah satu prasyarat yang mesti ada dalam setiap hidayah, yakni adanya sebuah usaha, yang sudah barang tentu dilandasi dengan adanya niat yang kuat. Memang Allah Maha Kuasa untuk memberikan hidayah kepada siapa saja. Namun Allah Maha Tahu untuk memberikan hidayan kepada siapa yang pantas untuk menerima.
Allah memang maha tahu untuk menentukan bahwa seseorang itu memang telah memiliki usaha untuk mengubah dirinya. Karena Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, kecuali kaum itu mau mengubahnya. Prasyarat utama dan pertama sudah barang tentu adalah ketentuan dari Allah jua.
Adalah satu proses yang kemudian menyebabkan terjadinya pencerahan di dalam hati dan fikir seorang mahasiswa Fakultas Komunikasi, Universitas Padjajaran Bandung, yang bernama Margarita Librariana. Sebagai mahasiswa ia memang suka membaca. Pada saat itu salah satu yang dibaca adalah doktrin ketuhanan suatu agama, sebagaimana juga dibaca oleh dosen seniornya. Konon, diktat itu telah menghidupkan logikanya setelah puluhan tahun mengalami mati suri. Bahkan sampai akhirnya pernah ia menyatakan diri sebagai atheis. Praktis selama setahun mahasiswi, mantan manajer public relation sebuah dari sebuah perusahaan elekronik papan atas asal Korea Selatan ini, tidak beragama apa pun. Setelah membaca diktat itu, pikirannya hidup kembali. Keimanannya merasa bergoyang, seperti dialami oleh dosen senior yang semula seagama dengannya. Ia mengalami proses pencerahan batin, melalui proses pertentangan batin yang sangat dalam.
Alhamdulillah, ternyata Islam telah memberikannya hidayah, melalui proses pencarian panjang yang telah dilakukan melalui media buku yang dibacanya. Setiap pergi ke toko buku, untuk keperluan penulisan skripsi yang akan disusunnya, jari-jari tangannnya seperti dituntun untuk menuju buku-buku agama untuk memenuhi rasa keinginan tahuannya dan untuk mengobati dahaga rohaninya selama ini.
Akhirnya, Islam telah menjadi kunci jawaban terhadap semua pertanyaannya selama ini. Konsep ketuhanan dalam Islam dinilai sebagai konsep yang paling rasional. Allah itu satu. Tidak beranak dan tidak diperanakkan. Surat Al-Ikhlas telah menjadi pintu hidayah yang telah berhasil dapat mecerahkan hati dan pikirannya. Untuk menuju pintu hidayah inipun akan melalui rintangan yang tidak ringan. Salah satu rintangan itu adalah dari orangtuanya sendiri, terutama dari bapak dan mamanya. Padahal sang mama adalah sosok yang sangat dihormati dan dipatuhinya selama ini. Hingga pada suatu hari, ia memberanikan diri untuk menyatakan keinginannya untuk menjadi muslim. Dan dalam sebuah forum pengajian, ia menyatakan dirinya untuk memeluk Islam. Ucapan shahadat dilakukanakan di Masjid Agung Bandung, dipandu oleh Ustadz Bahrul Hayat, ulama Bandung yang kemudian mengubah nama Margarita Librariana menjadi Ita Luthfia. Nama yang begitu indah, dengan makna yang indah pula, yakni lembut dan kasih sayang. Hidayah Allah yang telah diterimanya merupakan karunia Allah yang diberikan dengan penuh kelembutan dan kasih sayang. Segera setelah pembacaan syahadat tersebut, Ita Luthfia, nama barunya, segera menyampaikan kepada orangtuanya, terutama kepada mama yang sangat ia sayangi. Tentu saja, orangtuanya merasa sangat terkejut. Namun, lama kelamaan, semua dapat menerima. Hal itu dapat berlangsung dengan lancar karena Ita Luthfia mengikuti petunjuk dari Ustadz yang membimbingnya, agar Ita Luthfia jangan sekali-kali menunjukkan perubahan dalam hal menjaga silaturahmi dengan keluarga, kendati kini Ita Lutfia telah berkerudung dan melaksanakan ibadah sebagai muslimat yang taat.
Ita Luthfia lahir sebagai wanita kelahiran Bandung pada tanggal 12 Oktober 1969, dan alhamdulillah telah memiliki buah cintanya dengan suaminya La Tofi, suaminya. Hidayah yang telah direngkuhnya telah menuntun wanita muslimah ini untuk mendidik Nisa, anak buah cintanya dengan La Tofi, secara Islami. Bagi Ita, anaknya telah banyak memberikan pelajaran tentang makna bersabar, tawakkal, dan berakhlakul karimah. Untuk itulah maka Ita akan mencoba untuk mengajarkan dan menerapkan teori berbagi dalam Islam kepada anaknya tersayang. ”Sebuah kebahagiaan bagi saya bisa bisa berbagi dan memberi. Dan inilah yang saya coba tanamkan kepada kepada Nisa”, kata Ita dengan penuh semangat (Dialog Jumat, 22 Juni 2007).
Ita memang telah lama malang melintang dalam bidang kehumasan atau mengenai public relatin. La Tofi Enterprise adalah nama kantor perusahaan dimana Ita bersama suaminya membesarkan amal usahanya dalam bidang publishing, konsultan PR, event organizer, dan audiovisual work. Setelah menjadi muslimah, Ita berharap kiprah perusahaannya lebih mendapatkan berkah dari Allah, dan akan tetap menerapkan teori berbagi dalam Islam dalam kehidupan.
Refleksi
Islam justru menjadi berkah, bukan menjadi masalah. Islam adalah hidayah dengan pintu-pintu yang beraneka ragam bentuk dan usaha, dan sekaligus pintu-pintu dengan melalui berbagai media. Hidayah ternyata dapat saja melalui dunia ilmu pengetahuan, dan cara berfikir yang rasional. Dan medianya adalah berbagai ragam media buku atau bahan pustaka yang telah menuntun manusia untuk memperoleh wawasan dan pemahaman. Buku adalah gudang ilmu pengetahuan, dan bertanya adalah kuncinya.
Ita Luthfia menemukan hidayah Islam melalui sebuah pintu usaha yang amat keras untuk menyelesaikan kuliahnya, dan menggunakan media membaca buku untuk mendapatkan hidayah itu. Semua itu bisa terjadi hanya karena kehendak-Nya dan kerja keras umat-nya. Amin.
Bahan Pustaka:
- Dialog Jumat Republika, 22 Juni 2007.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Depok, 24 Juli 2007