Ketika buku yang bertajuk “Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran: Curriculum and Learning Material Development” baru saja terbit pada tahun 2011, beberapa orang teman dosen yang kebetulan memperoleh hadiah buku tersebut, secara spontan menanyakan “mana Pendidikan Multikulturalnya?”. Pertanyaan tersebut sebenarnya diajukan secara bergurau, karena mata kuliah Pendidikan Multikultural memang bukan sebagai mata kuliah tersendiri, tetapi lebih sebagai mata kuliah dengan pendekatan integrated curriculum.
Terus terang pertanyaan dari beberapa teman dosen inilah yang kemudian telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menulis buku Pendidikan Multikultural ini. Bersyukur karena pada saat itu penulis pernah menulis beberapa tulisan lepas tentang pendidikan multikultural dan ada beberapa di antaranya bahkan pernah dimuat dalam media surat kabar. Oleh karena itu, beberapa tulisan lepas itu kemudian menjadi salah satu sumber bahan yang kemudian dikembangkan menjadi buku ini.
Menulis seakan memang telah menjadi semacam hobi yang menyehatkan secara rohani. Oleh karena itu, bagi penulis, kegiatan menulis buku ini terus terang penulis lakukan dengan “fun”. Bukan saja karena tidak ada target waktu kapan harus penulis selesaikan, tetapi karena proses penulisannya dapat dilakukan secara bebas selepas salat subuh, setelah kegiatan jalan kaki dua-tiga kali mengelilingi mengelilingi kompleks perumahan tempat tinggal penulis.
Alhamdulillah penulisan buku Pendidikan Multikultural ini akhirnya dapat penulis selesaikan lebih cepat dari rencana awal. Lebih dari itu, rencana judul berikutnya pun sudah dalam proses penulisan, yakni Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang ternyata literatur ini memang sangat diperlukan oleh mahasiswa yang sedang menyelesaikan research paper untuk mengakhiri kuliahnya.
Selain itu, ada faktor ekstern yang ikut mendorong penulisan buku ini. Pertama, penulis sedikit iri dengan Malaysia, yang meskipun sebagai negara yang tidak terlalu banyak faktor kemajemukannya, kelompok penulis di Malaysia telah menulis satu buku bertajuk “Membina Bangsa Malaysia”. Negara kita, Indonesia tercinta, memiliki kemajemukan yang jauh lebih beragam dibandingkan dengan Malaysia. Oleh karena itu, upaya pembinaan bangsa dan negara Indonesia harus lebih digalakkan secara berkelanjutan. Upaya preventif harus lebih ditekankan agar potensi disintegrasi bangsa tidak menjadi masalah yang lebih besar, di samping juga upaya kuratif secara konsiten untuk memecahkan masalah kronis yang setiap saat muncul, seperti bentrok antarkelompok, tawuran antarwarga, tawuran antarkampung, tawuran antarsuku, dan bahkan di kalangan generasi muda terjadi tawuran antarpelajar, dan bahkan tawuran antarmahasiswa yang telah menewaskan beberapa pelakunya. Audzubillah. Mengapa bangsa yang agung dan luhur ini masih tidak bisa hidup berkasih sayang antara sesama anak bangsanya.
Pembaca buku ini mungkin ada yang bertanya-tanya tentang untuk apa memuat beberapa lagu lama pada beberapa bab dalam buku ini. Pertama, pemuatan lagu lama itu dimaksudkan sebagai media yang dapat digunakan agar proses pembelajaran dapat berlangsung “menyenangkan”. Dosen dan mahasiswa dapat menyanyikan lagu lama tersebut agar materi pelajaran yang diterimanya dapat difahami dengan baik. Pendekatan PAKEM (pembelajran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) atau yang dikenal juga dengan JAL (joyful active learning) dicoba untuk dapat diterapkan dalam proses pengajaran dan pembelajaran. Selain itu, banyak di antara kita yang sudah lupa terhadap lagu-lagu lama tersebut. Padahal, lagu-lagu lama tersebut sangatlah menyentuh perasaan jika dinyanyikan. Wallahu ‘alam bishawab.
Sebagai seorang warga negara yang bergerak dalam bidang pendidikan, penulis ingin memberikan karya sederhana ini bagi para mahasiswa, dan semua pegiat pendidikan. Buku Pendidikan Multikultural ini diharapkan dapat menjadi setetes embun yang bermafaat bagi upaya membangun kehidupan bersama yang aman, damai, dan sejahtera. Mudah-mudahan penulisan buku ini dapat menjadi ilmu yang bermanfaat bagi sesama sebagai bekal kehidupan di dunia dan akhirat. Amin, ya robbal ‘alamin.
Depok, 27 November 2012
Penulis,
5 Komentar. Leave new
Apakah dibuku ini membahas tentang tawuran pak? Trmksh sblmnya 🙂
Mestinya ya Bu atau Mbak Meidayanti. Tuhan sendiri telah menciptakan semua ciptaannya berbeda-beda, bermacam-macam, dengan tujuan agar saling dapat bekerja sama atau berkolaborasi, bukan untuk saling tawuran, atau saling bermusuhan. Begitu. Bangsa ini meyakini kebenaran motto Bhinneka Tunggal Ika yang artinya “berbeda itu, satu itu”. Trims.
buku pendidikan multikultural ini di jual tidak pak??
Maaf masih dalam proses penerbitan. Maaf sekali lagi. Anda guru PPKn atau dosen mata kuliah apa? Salam.
Pastinya buku itu mengharapkan aga tidak ada tawuran. Jadi harus hidup rukum dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika seperti dalam lambang negara kita. Amerika Serikat memiliki semboyan Unity in Deversity artinya Bersatu dalam Perbedaan. Semboyan itu telah ada sejak zaman Majapahit, yakni Bhinneka Tunggal Ika yang tidak lain artinya sama. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Bahasa Sangsekerta. Bhinneka berasal dari kata “Bhinna” artinya “pecah” dan “Ika” artinya itu. Tuggal artinya satu dan Ika artinya Itu. Jadi secara keseluruhan Bhinneka Tunggal Ika artinya “pecah itu, satu itu”. Jadi yang artinya satu adalah tunggal, bukan ika, karena ika artinya itu. Dalam Bahasa Sansekerta “Ika” dalam Bahasa Jawa artinya “Iku”. Ini yang banyak disalahartikan.
Oh ya, kembali ke buku itu, sekarang masih sedang proses penerbitan. Mudah-mudahan segera terbit.