ArtikelPendidikan

Acha Cudah Beyani Cekolah

127 views
1 Komentar

Oleh Suparlan *)

Change is the law of life.
And those who look only to the past or present are certain to miss the future.
(John F. Kennedy)

A child miseducated is a child lost
(John F. Kennedy)

Judul di atas memang saya ambil dari kata-kata cucu saya yang masih belum sepenuhnya lancar bicara. Dia belum bisa mengucapkan huruf s dan r. Karena itu, ketika dia bicara Acha sudah berani sekolah, maka diucapkanlah kalimat pendek “Acha cudah beyani cekolah”. Kedengarannya memang lucu sekali. Itulah sebagian kecil dari dunia anak-anak yang sering justru dapat membuat kakek dan neneknya senang bukan kepalang.

Nama cucu pertama penulis laki-laki yang biasa dipanggil dengan Acha. Orang tuanya memberi nama lengkap Fazla Athaya, dan sering dipanggil Acha. Ya itulah dia cucu penulis. Penulis adalah kakeknya, yang sehari-hari dipanggil “kakung”. Istilah ini diambil dari Bahasa Jawa Eyang Kakung, yang artinya kakek laki-laki. Ini berbeda ketika cucu penulis memanggil neneknya dengan Eyang. Seharusnya Eyang Putri yang artinya Nenek.

Acha, cucuk penulis, baru berusia dua tahun lebih delapan bulan. Suatu ketika Acha minta ikut Eyangnya yang akan berangkat ke sekolah. Eyangnya — istri penulis — memang seorang guru sekolah dasar. Pagi-pagi sudah sibuk karena sang cucu minta ikut berangkat sekolah. Dia bilang “Acha cudah beyani cekolah”. Dibujuk apa pun sudah tidak mempan. Dilarang oleh ayah dan budanya pun juga tidak mempan. Akhirnya, sang Kakung terpaksa ikut ke sekolah, meski waktu harus sudah berangkat ke kantor. Kakeknya adalah seorang konsultan. Karena itu, setiap pagi juga ikut-ikut berangkat ke kantor seperti pegawai biasa. Ya, itulah kesibukan di pagi hari yang menjadi pemandangan setiap hari.

Lingkungan kondusif

Mengapa mau berangkat ke sekolah, padahal banyak anak-anak yang sebenarnya sudah harus masuk sekolah masih takut pergi ke sekolah? Terjadilah masalah ”school readiness” yang sering dialami oleh banyak anak-anak usia sekolah. Acha ternyata malah sebaliknya. Dia minta sendiri sekolah. ”Acha cudah beyani cekolah”, katanya merengek minta pergi bersama Eyangnya. Mengapa bisa begini? Tentu karena faktor lingkungan yang kondusif. Setiap pagi neneknya selalu pamit untuk berangkat ke sekolah. Kakeknya pun juga selalu pamit pergi ke kantor. Cium tangan dan cium kening selalu menjadi acara ritual di setiap pagi. Itulah sebabnya, pergi ke sekolah menjadi kegiatan yang dianggap menyenangkan oleh si Acha. Bahkan ketika secara kebetulan melihat banyak anak-anak sekolah yang sedang bermain-main di halaman sekolah, si Acha pun menjadi lebih tertarik lagi. Bahkan, ketika dia sedang bermain sepeda kecil, ada teman-teman sebayanya yang juga bermain sepeda, maka terasalah bahwa bermain dengan teman-teman sebaya menjadi salah satu kegiatan yang menyenangkan bagi Acha. Dia malah memanggil-manggil ”kakak-kakak” kepada anak-anak yang lebih tua umurnya itu. Lingkungan yang kondusif inilah yang menyebabkan ketertarikan Acha untuk pergi ke sekolah. Sekali lagi dia berteriak ”Acha cudah beyani cekolah”.

Pagi itu, ketika neneknya kebetulan tidak mengajar penuh, si Acha menarik-narik tangan neneknya untuk mengajak pergi ke dalam kelas untuk melihat anak-anak sedang belajar di dalam kelas. Guru kelas enam itu malah meminta si Acha masuk kelas. Guru kelas 6 itu kebetulah sudah mengenal Acha. Malah Acha ditanyai ”siapa presiden Amerika”. Dengan cekatan si Acha menjawab keras, ”Obama”. Spontan anak-anak kelas 6 berkomentar ”gila, dia tahu presiden Amerika”. Itulah Acha cucuku, yang selalu membuka komputer sendiri segera setelah bangun tidur bersama Kakungnya.

Pengenalan Dini

Tidak kenal tidak cinta”. Pepatah ini sangat tepat untuk membuat anak-anak senang pergi ke sekolah. Contohnya Acha. Ketika mengantar Eyangnya ke sekolah, dari mobil Acha ditunjukkan banyak anak-anak sekolah yang berseragam merah putih yang kelihatan ceria itu. Acha menyebutnya ”kakak-kakak” yang sedang bersekolah. Setelah beberapa kali melihat sekolah itu, Acha kelihatan senang dengan suasana sekolah yang banyak anak-anak sedang bermain. Pengenalan ini juga terkait dengan kebiasaan Acha yang memang sering mendengarkan lagu-lagu anak-anak di www.youtube.com. Bahkan dia sudah bisa membuka sendiri, mulai dari menghidupkan komputer, membuka Mozilla Firefox, menulis w dan kemudian memilih www.youtube.com sampai dengan mencari lagu-lagu anak-anak, burung kakak tua, aku anak Indonesia, satu dua tiga empat, dan sebagainya. Sair lagu satu dua tiga empat terdapat ”siapa rajin ke sekolah, cari ilmu sampai dapat”, yang dia sangat hafal mengucapkannya. Menurut penulis, pengenalan dini tentang konsep sekolah telah dapat diberikan melalui laagu-lagu anak-anak yang seperti itu.

Sosialisasi Teman Sebaya

Setiap kali Acha bertemu dengan teman sebaya, bahkan dengan anak-anak yang lebih tua darinya, Acha sudah mulai bersosialisasi dengan mereka. Acha akan memanggil ”kakak” setiap berjumpa dengan anak-anak sebaya. Ketika ada anak-anak yang beramai-ramai naik sepeda di depan rumah, Acha selalu memberikan respon ”kakak naik cepeda” kepada mereka. Lalu Acha mengeluarkan sepeda kecilnya untuk ikut keluar rumah untuk naik sepeda kecilnya itu. Dengan begitu terpaksa penulis mengikuti sepeda yang dipancal cepat. Lumayan penulis ikut olah raga jalan pagi. Mengingat usia anak-anak yang naik sepeda memang terpaut agak jauh, maka anak-anak itu tidak mau menemani cucuku. Mereka mengendarai sepedanya kuat-kuat dan melaju menjauhi cucuku. Tinggallah penulis yang mengikuti cucuku yang asik dengan sepeda roda tiganya.

Fazla Athaya Prabudi

Refleksi

Pada awal tulisan ini, saya mengutip kata-kata mutiara dari John F. Kennedy. Kedua kutipan itu menjelaskan tentang kepastian adanya perubahan dan pentingnya pendidikan dini bagi anak-anak dan cucu-cucu kita. Anak-anak yang tidak memperoleh pendidikan sama saja dengan anak-anak yang hilang. Audzubillah. Mudah-mudahan hal itu tidak terjadi di negeri yang kita cintai ini.

*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.

Depok, 28 April 2009.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

1 Komentar. Leave new

  • Evi muzaiyidah Bukhori
    Sabtu, 5 Mar 2016 06:59:59

    Assalamualaikum bapak saya mau tanya, arti nama fazla itu apa ya…. karena sudah sebulan ini saya mencari tahu arti nama tersebut…. terimakasih banyak bapak….. jasakallah ahsanal jaza’

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts