Artikel

Semua Tercipta Menjadi Lagu

251 views
1 Komentar

Oleh Suparlan *)

Demikianlah kalau sudah memiliki kompetensi. Pak Dadang Adnan Dahlan adalah mantan Ketua Komite Sekolah SD Negeri Cibeusi Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumbedang, Provinsi Jawa Barat. Kerja sama beliau dengan Kepala Sekolahnya, beliau adalah penerima anugerah rekor MURI karena telah berhasil menciptakan lagu terbanyak tentang sekolahnya. Tidak tanggung-tanggung. Pada tahun 2003, saat Komite Sekolah berhasil dibentuk pertama kalinya, Komite Sekolah SD Negeri Cibeusi telah memiliki 57 (lima puluh tujuh) lagu tentang SD Negeri Cibeusi, seperti lagu tentang WC sekolah yang bersih, dan sebagainya. Jumlah ini pun terus bertambah sesuai dengan perjalanan waktu. Pendek kata, judul-judul lagu yang diciptakan telah lahir bak pergantian waktu ke waktu.

Lagu Bak Air Mengalir

Seiring dengan perjalanan waktu, kegiatan menciptakan lagu oleh Pak Dadang Adnan Dahlan pun tidak lantas berhenti. Semua lagu ciptaannya tentang pendidikan dalam semua aspek atau komponennya, seperti siswa atau peserta didik, guru, sarana dan prasarana pendidikannya, lingkungan pendidikan, sampai dengan output dan outcomes pendidikan atau tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Pak Dadang Adnan Dahlan terus aktif menciptakan lagu-lagu berikutnya. Ketika ada seorang TKI yang tamat dari kuliahnya dengan cumlaude, maka diciptakan lagu tentang TKI. Ketika Pak Menteri Anies Baswedan menyampaikan pidato Hardiknas 2 Mei 2015, Pak Dadang Adnan Dahlan dengan cepat menciptakan lagu Hardiknas Kaji Tak Hendi Langkah Pendidikan. Setelah itu, lahir lagi lagu Sekolah Bagaikan Taman. Ketika Kementerian sedang menyelenggaraan OSN, yang Provisi Jateng menjadi juara umum sembilan kali, juga melahirkan lagu. Tidak berhenti di situ. Ketika di media masa dibaca seorang anak pemulung dari SMAN 1 Lamongan menjadi lahirlah lagu berjudul Anak Pemuling Inspirasi Bagi Negeri. Berhentikan sampai di sini? Tidak! Ketika saya menulis arikel tentang Budaya Literasi, lahirlah lagu Tiga Fondasi Membangun Peradaban, yang inspirasinya juga dari Pak Menteri dengan Sepuluh Menit Membaca. Kemudian, seorang pramuwisma menjadi lulusan cumlaude, lahirlah lagu tentang Darwati Untag Semarang. Empat lagu berikutnya adalah berjudul Optimis Tak Larut Dalam Sepi sebagai kenang-kenangan Slamet Suryantoro siswa tuna netra SMPN 2 Sewon Yogyakarta, berikutnya berjudul Guru Panutan Dambaan Siswa (Tiga Ciri Guru Ideal Menurut Mendikbud), Putri Buruh Tani Raih Bidik Misi (Devi Triasari dari Fakultan Hukum UNS Solo), serta SMK Bida, Indonesia Bisa yang inspirasinya dari kegiatan Lomba Kompetensi Siswa.

Ketika menulis lagu-lagu tersebut, sungguh saya sempat menarik nafas dalam-dalam (dalam Bahasa Jawa ngunjal ambegan) karena begitu banyaknya lagu yang terus mengalir ciptaan Pak Dadang Adnan Dahlan. Di sela-sela terciptanya lagu-lagu karya Pak Dadang Adnan, tentu saja saya mencoba terus menulis. Tulisan yang direspon Pak Dadang adalah Pilih Pintar atau Cerdas, Marhaban ya Ramadan. Lagu-lagu hasil karya Pak Adnan bak air mengalir seperti memotret kehidupan dari detik ke detik perjalanan waktu. Seluruh perjalanan waktu tercipta menjadi waktu. Selesai menulis artikel ini saya ingin menulis puisi. Sama dengan cucu pertama saya Fazla Athaya Prabudi yang secara tidak sengaja saya temukan puisinya bertajuk Ibu dimuat entah dimana. Saya belum tahu diunggah dimana. Karena saya memperolehnya bantuan dari www.google.com. Rupanya buah mangga jatuh tak jauh dari pohonnya.

Ketika Pak Adnan merespon artikel saya edisi pertama berjudul “Semuanya Tercipta Menjadi Lagu”, Pak Dadang Adnan beliau menjelaskan bahwa lagu-lagu beliau tentang SDN Cibeusi adalah juga berkat peran besar Pak Supriatna (alm. 21 Juni 2012 — Allahummaghfirlahu …). Beliau sangat cepat membuat notasi lagunya. Lirik lagu yang diciptakan oleh Pak Dadang begitu cepat dibuatkan notasinya. Pak Dadang begitu bersemangat menciptakan liriknya. Itulah sebanya pada tahun 2008 Pak Dadang yang dibantu oleh Pak Supriatna memperoleh Piagam Rekor Muri.

Lagu Bak Cerita Pelipur Lara

Bagi saya, lagu-lagu karya Pak Dadang Adnan Dahlan ibarat cerita pelipur hati yang sedang lara. Kata anak-anak sekarang, hati yang sedang galau, khususnya karena Dewan Pendidikan Nasional tidak jadi dibentuk. Panitia Pemilihan Calon Anggota Dewan Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat diterbitkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tidak berhasil memilih 197 orang calon untuk diusulkan 30 orang yang akan dipilih dan ditetapkan oleh Menteri sebagai pengurus Dewan Pendidikan Nasional masa bakti 2014 – 2019. Perlu diketahui, dari 197 orang calon anggota Dewan Pendidikan Nasional tersebut berasal dari 10 orang bergelar professor, sekian orang tamatan S3 dalam berbagai bidang. Sudah barang tentu, calon anggota DPN yang telah mendaftar sesuai dengan mekanisme yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan ketentuan dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Karena faktor itulah maka Dewan Pendidikan Provinsi, termasuk MPD (Majelis Pendidikan Daerah) Provinsi di Aceh, dan Dewan Kabupaten/Kota (Majelis Pendidikan Daerah Kabupaten/Kota, serta Komite Sekolah/Madrasah pun juga belum dapat berfungsi dan bertugas secara optimal. Banyak ketua Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah yang mengajukan pertanyaan oratoris “haruskah Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah sudah terbentuk sesuai dengan Undang-Undang dan PP, sementara Dewan Pendidikan Nasional-nya tidak dibentuk?” Pertanyaan oratoris inilah yang membuat lagu-lagu karya Pak Dadang Adnan Dahlan tersebut menjadi ibarat cerita pelipur lara.

Mestinya, lagu-lagu ciptaan Pak Dadang Adnan Dahlan di masa depan dapat menjadi lagu-lagu yang bernada gembira, seiring dengan peningkatan kinerja Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah. Sebagai konsultan individu, saya ingin mundur teratur setelah terbentuknya Dewan Pendidikan Nasional. Semua hal dapat tercipta menjadi lagu, baik yang https://suparlan.org/wp-admin/edit.phpmerdu maupun yang sendu. Semoga lagu-lagu tentang pendidikan ciptaan Pak Dadang Adnan Dahlan tercipta menjadi lagu yang merdu dan gembira. Termasuk tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah/Madrasah, khususnya Dewan Pendidikan Nasional. Insyaallah. Amin.

*)Laman: www.suparlan.com; www.masdik.com; Surel: me@suparlan.com.
Depok, 20 Juni 2015.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

1 Komentar. Leave new

  • dadang adnan dahlan
    Selasa, 30 Jun 2015 03:51:05

    Assalamu’alaikum,
    Ayah ibu saya keduanya guru (SD), begitu pula keluarga besar saya banyak yang berprofesi sebagai guru. Seperti yang dikatakan Pak Mendikbud Anies Baswedan dan tulisan Pak Parlan di atas, guru adalah bahagian hidup kita yang terus mengispirasi.
    Saya senang menulis a.l. karena peran besar Pak Hanapi (Alm) ketika beliau mengajar di SMA — yang begitu telaten memeriksa/mengoreksi setiap kesalahan penulisan “tugas mengarang” siswanya DENGAN TINTA MERAH. Semoga menjadi amal saleh yang tak kan pernah putus.

    GURU PANUTAN DAMBAAN SISWA *)
    Karya Dadang Adnan Dahlan

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa teladan rajin belajar
    Belajar mengajar menyenangkan
    Menyenangkan prestasi andalan

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa gemar kaji pertanyaan
    Pertanyaan jelajah pikiran
    Pikiran tenang gagasan datang

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa semangat baca pustaka
    Pustaka cakrawala dunia
    Dunia ilmu cipta kreasi

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa simpatik berbudi baik
    Baik hati ramah murah senyum
    Senyum salam sapa bahagia

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa empati rukun harmonis
    Harmonis optimis cerdas bijak
    Bijak bestari berintegritas

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa komitmen disiplin waktu
    Waktu selaras tegas humoris
    Humoris junjung tinggi profesi

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa tangguh unggul motivasi
    Motivasi inspirasi mimpi
    Mimpi harumkan ibu pertiwi

    Guru dambaan: Mendikbud Anies Baswedan simpulkan
    Pertama, berintegritas memberi keteladanan
    Kedua, belajar mengajar baik dan menyenangkan
    Ketiga, mampu membangun ragam mimpi siswa

    Jatinangor, 27 Juni 2015/10 Ramadhan 1436 H (Revisi)
    *) Kata pada akhir baris pertama menjadi awal baris kedua. Akhir baris ketiga menjadi awal baris keempat — kecuali pada bait terakhir.
    . Setiap baris terdiri dari sepuluh suku kata, kecuali bait terakhir.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Puisi

Syair Untuk Guru

Oleh: Dewan Pendidikan Kota Tebing Tinggi   Kalau hendak ke padang datar Jangan lupa bawa tembikar Kalau hendak…