***
Educational reform is at the forefront. There is a cmmon goal” to make exellence in the schools a reality. But how do we achieve that goals? That is where views deverge.
(John D. McNeil, Curriculum A Comprehensive Introduction)
Tipe kecerdasan itu tidak hanya satu, setiap orang memiliki gaya belajar yang unik, sama halnya dengan sidik jari. Sekolah yang efektif harus dapat mengenali dan melayaninya (Dryden Gordon dan Jennete Voh, Revolusi Cara Belajar, hal. 23 – 29)
When you speak, your words echo only across the room or down the hall. But when you write, your words echo down the ages
(Bud Gardner)
***
Ketika penulis sedang asik menggunting-gunting koran Kompas tanggal 29 Novembebr 2013 untuk kliping pendidikan, penulis sungguh agak terkejut, dan sedikit kurang percaya. Untuk apa kliping-klipin ini? Untuk contoh bagi mahasiswa ketika mencari sumber bahan menulis research paper. Penulis ingin memberikan contoh kepada mahasiswa bahwa untuk menulis skripsi mahasiswa harus mengumpulkan sumbernya. Dengan menyebutkan sumbernya, barang yang haram karena plagiat akan dengan mudah menjadi halal untuk para mahasiswa agar tidak menuru-niru perilaku korup di negeri ini. Sumber bahan untuk menulis skripsi dapat dengan mudah diperoleh, antara lain berasal dari bahan cetakan seperti buku, koran, majalah, dan sejenisnya, selain bahan elektronik seperti dari media dari dunia maya.
Kenapa agak terkejut? Dalam rubrik fitur pendidikan tanggal 29 November 2013 itu, ternyata koran Kompas telah memuat tulisan singkat tentang “menilik arti kurikulum” dan “kurikulum Indonesia Era 1947 – 1964. Betapa terkejutnya penulis, karena ketika mengajar di Universitas Tama Jagakarsa pada jam 08.00 dalam mata kuliah Pengembang-an Kurikulum dan Materi Pembelajaran, baru saja penulis memberikan tugas kepada mahasiswa untuk mempelajari buku teks yang saya tunjukkan, agar mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kurikulum, baik dari segi etimologis, definisi dari orang-orang ahli, maupun dari segi perundang-undangan (UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Selain itu, mahasiswa diminta untuk menjelaskan tentang 10 (sepuluh) kurikulum yang pernah berlaku di tanah air. Oh …., betapa akan mudahnya mahasiswa dalam mengerjakan tugas tersebut, manakala mereka berkesempatan dapat membaca Kompas tanggal itu! Inilah ceritanya ketika penulis terinspirasi untuk menulis judul ini.
Pengertian Umum Kurikulum
Prof. Dr. Engkoswara, guru besar Universitas Pendidikan Indonesia Bandung telah membuat 4 (empat) rumus pengertian kurikulum, lengkap dengan visualisasinya. Pertama, kurikulum adalah jarak yang harus ditempuh oleh pelari. Kedua, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran. Keiga, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiata-kegiatan yang harus dilakukan oleh peserta didik. Keempat, kurikulum adalah sejumlah mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan, serta segala sesuati yang akan berpengaruh dalam upaya pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Rumus ini memudahkan kita untuk memahami pengertian kurikulum. Rumus ini sama sekali tidak melenceng dari definisi yang telah dikemukakan para ahli, misalnya Hilda Taba menjelaskan dengan amat singkat bahwa “curriculum is a plan of learning”. Demikian juga bila dibandingkan dengan pengertian kurikulum dalam Pasal 1 butir 19 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”.
Kurikulum Menggambarkan Dinamika Pembangunan Pendidikan
Susungguhnya kurikulum dapat menggambarkan dinamika pembangunan pendidikan yang ujung-ujungnya berupaya untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Lebih luas lagi juga menggambarkan dinamika pembangunan nasional.
Istilah kurikulum memang belum lahir ketika pemimpin tertinggi negeri ini telah berhasil mengumandangkan teks proklamasi ke seluruh penjuru dunia. Tetapi yang patut kita banggakan, dua tahun sejak proklamasi, negeri ini telah memiliki kurikulum sebagai upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kurikulum ini dinamakan dengan Rencana Pelajaran 1947.
Lebih dari itu, sejak proklamasi kemerdekaan Indonesia telah menetapkan tujuan yang jelas kemana NKRI akan dibawa. Dasar negara telah ditetapkan sejak prakemedekaan, yakni Pancasila, lengkap dengan lambang negara, motto, lagu kebangsaan, dan bahkan konstitusi yang di dalamnya telah memuat empat tujuan negara yang akan dicapai. Salah satu tujuan itu dirumuskan dengan sangat tepat, yakni “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Penulis sempat bertanya-tanya tentang rumusan tujuan yang satu ini. Mmngapa “mencerdaskan”? Bukan yang lain. Oh … ternyata konsep “mencardaskan” itu telah dijelaskan oleh Horard Gardner setelah dua puluh delapan tahun kemudian, dalam bukunya berjudul Frames od Mind: the Tehory of Multiple Intelligences. Dalam buku ini, Howard Gardner menjelaskan tentang tujuh tipe kecerdasan manusia. Singkatnya, yang keceerdasan itu bukan hanya kecerdasan intelektual (otak kiri) tetapi juga tipe kecerdasan yang lain, termasuk kecerdasan spiritual, emosional, bahkan juga kinestetiknya. Wallahu alam. Penulis menyadari bahwa para pendiri NKRI telah begitu tepat dalam merumuskan tujuan negeri ini harus dibangun, termasuk membangun anak-anak bangsa ini di masa depan.
Dinamika Pengembangan Kurikulum dan Payung Hukumnya
Salah satu faktor yang telah mendorong untuk mengembangkan kurikulum adalah amanat Undang-Undang tentang Sitem Pendidikan Nasional. Kurikulum pertama di Indonesia telah lahir sebagai penjabaran amanat dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran, Undnag-Undang Nomor 12 Tahun 1954, UU Nomor 22 Tahun 1961, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan akhirnya UU Nomor20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Di samping itu, tuntutan globalisasi, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknolgi juga ikut mendorong terjadinya perbaikan dan pengembangan kurikulum. Sejak Indonesia merdeka sampai dengan penerapan Kurikulum 2013, negeri ini telah memiliki sekian banyak kurikulum, yakni: 1) Rencana Pelajaran 1947, 2) Rencana Pendidikan 1950, 3) Rencana Pendidikan 1958, 4) Rencana Pendidikan 1964, 5) Kurikulum 1968, 6) Kurikulum 1974, 7) Kurikulum 1978, 8) Kurikulum 1984, 9) Kurikulum 1994, 10) Kurikulum 2004, dan 11) Kurikulum 2013, Dalam hal ini, dibandingkan negara-negara yang sudah maju yang pada umumnya masih mempunyai kurikulum nasional atau kurikulum negara bagian, justru Indonesia telah lebih dahulu melakukan lompatan yang demikian drastis, karena penyusunan kurikulum di Indonesia telah diserahkan kepada satuan pendidikan sekolah (school-based curriculum) dengan KTSP-nya, selaras dengan pelaksanaan manajemen berbasis sekolah (school-based curriculum). Dalam hal ini, pemerintah cq Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan hanya menyusun standar isi kurikulum dan panduan penyusunan kurikulumnya.
Indonesia memang sangat dinamis dalam proses pengembangan kurikulum. Pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan memerlukan tiga komponen utama pendidikan, yakni siswa, guru, dan kuriku4lum. Di samping tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengembangan kurikulum baru seharusnya memerlukan payung hukum yang kuat berupa Undang-Undang.
Kelahiran Rencana Pelajaran 1947 memang menjadi kurikulum darurat karena belum ada amanat dari payung hukum yang kuat, karena payung hukumnya baru lahir dengan UU Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran. Rencana Pelajaran 1950 sebenarnya merupakan reparasi dari Rencana Pelajaran 1947. Sedang Rencana Pendidikan (?) 1958 telah lahir sebagai implementasi dari UU Nomor 14 Tahun 1954, dan Rencana Pendidikan 1964 merupakan perbaikan dari Rendana Pendidikan 1958, sekaligus sebagai implementasi UU Nomor 22 Tahun 1961 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Rencana Pendidikan 1964 pun kemudian disempurnakan menjadi Kurikulum 1968, sebagai kurikulum pertama yang menggunakan pendekatan integrasi (inntegrated curriculum) untuk menggantikan pendekatan kurikulum sebelumnya yang selama ini menggunakan pendekatan terpisiah-pisah (separated curriculum). Perbaikan di sana-sini kurikulum telah terjadi yang melahirkan kurikulum, baik yang lahir prematur atau pun yang lahir memang sudah waktunya, yakni Kurikulum 1974, Kurikulum 1978, dan kemudian lahir Kurikulum 1984, dan terakhir Kurikulum KBK pada tahun 1994 yang kemudian menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), dan sekarang ini telah lahir lagi Kurikulum 2013, yang meneruskan pendekaktan kurikulum terintegrasi atau kini menamakan diri sebagai kurikulum yang menggunakan pendekatan pembelajaran tematik integratif di satuan pendidikan Sekolah Dasar.
Memelajari secara inten tentang sejarah pengembangan kurikulum menjadi kegiatan yang sangat menarik untuk dilakukan oleh para peneliti dalam bidang pendidikan, termasuk melakukan kajian tentang lahir dan matinya kebijakan pendidikan di negeri ini. Penuliis begitu kagum terhadap gagasan penulisan buku Lima Puluh Tahun Perkembangan Pendi-dikan Indonesia oleh Bapak Wardiman Djojonegoro. Buku yang tebalnya lebih dari 500 halaman itu merupakan produk luar biasa yang sangat perlu dibaca oleh seluruh elemen praktisi pendidikan di tanah air. Dalam Kata Pengantarnya, beliau menyatakan dan menjelaskan secara santun sebagai berikut:
“Disadari bahwa penyajian materi dalam buku ini belum dapat memenuhi seluruh harapan, sehingga beberapa perbaikan dan penyempurnaan masih diperlukan. Oleh karena itu, saran-saran perbaikan dan masukan untuk penyempurnaan terbitan ini, dalam waktu-waktu berikutnya, sangat diharapkan” (hal. ix).
Pertanyaannya, kapan akan dilakukan? Oleh siapa? Penulis berharap mudah-mudahan ada tangan emas yang bisa melakukan kajian tentang evaluasi kebijakan pendidikan, termasuk kebijakan tentang kurikulum di Indonesia.
Akhir Kata
Memang, tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, kecuali kata perubahan itu sendiri. Kurikulum pun demikian pula, yang dari waktu ke waktu memang juga harus diubah dan disempurnakan melalui proses evaluasi yang berkelanjutan. Kurikulum 2013 juga harus dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Temuan-temuan hasil evaluasi atau hasis sensus, misalnya masih rendahnya pemahaman guru tentang konsep pembelajaran tematik (Kompas, 12 November 2013), harus menjadi bahan pelajaran yang sangat berharga untuk perbaikan dalam pelaksanaan kurikulum kita. Amin.
*) www.suparlan.com; e-mail: me@suparlan.com.
Depok, 29November 2013.
48 Komentar. Leave new
[…] Pengembangan Kurikulum di Indonesia 1947 – 2013 […]
pak suparlan maaf sebelumnya. kalo payung hukum kurikulum 1984 nya yang mana pak?
Kalau payung hukum UU, kita kan mempunyai tiga UU Sisdiknas, yakni UU Nomor 4 Tahun 50 dan jo. 1955, UU Nomor 2 Tahun 1989, dan UU Nomor 20 Tahun 2003. Jadi K-84 payung hukumnya tentu berupa penjabaran UU Sisdiknas 50/55 tersebut berupa PP atau Permen atau yang sederajat. Seperti K-13 payung hukumnya pastilah masih UU Nomor 20 Tahun 2003 atau penjabaran dari UU tersebut. Yang terang, K-84 adalah kurikulum integrasi yang pertama di Indonesia, yang berhasil mengintegrasikan beberapa mata pelajaran (fusi) menjadi IPS dan sains (IPA). Kurikulum sebelumnya masih separated curriculum. Salam, Suparlan.
Kurikulum 1984 masih menggunakan UU Sisdiknas lama UU Nomor 12 Tahun 1954 dan UU Nomor 22 Tahun 1961. Indonesia baru memiliki UU Sisdiknas lagi dengan UU Nomor 2 Tahun 1989.
like
Bapak Suparlan……….
Tulisan yang menarik…… Pernahkah Bapak menulis lebih spesifik tentang sejarah perkembangan nama mata pelajaran di Indonesia? Atau ada saran buat saya, ke mana harus mendapatkannya? Nuwun….
Punya buku 45 tahun Sejarah Pendidikan Indonesia? Tebal.
Buku terbitan Depdiknas yang saya ketahui lengkap menjelaskan perkembangan mata pelajaran di Indonesia adalah Fifty Years Development of Indonesian Education. Jika Anda memperoleh info yang lebih lengkap, mohon saya dapat memperolehnya juga. Salam.
Terimakasih ya pak atas artikelnya kerana sangat membantu saya sekali dalam membuat karya ilmiah saya …..! Sekali lagi terimakasih
Terima kasih kembali. Salam, Suparlan.
Terimakasih, sangat bermanfaat 🙂
Finlyla! This is just what I was looking for.
Mat malam!
maaf,ijin copy.thank for your help!
Pak Suparlan, saya mahasiswa pendidikan, konseling dan psikoterapi yang saat ini kuliah di Auckland. Susah sekali mendapatkan referensi tentang sejarah pendidikan Indonesia yang menyeluruh di sini. Sejarah pendidikan yang saya dapat dari internet hanya sampai era program pemerintah Wajib Belajar 9 Tahun. Pertanyaan saya, apakah kurikulum pendidikan Indonesia adalah hasil pemikiran/perumusan orisinil para ahli pendidikan Indonesia sendiri ataukah diadaptasi dari negara lain? Bagaimana dengan implementasinya pada pendidikan khusus? Semoga Pak Suparlan sempat menulis artikel tentang dua hal tersebut… jazakallah…
Alhamdulillah ketemu psikolog di sini. Saya dapat sejarah pendidikan di Indonesia dari satu-satunya sumber empat puluh lima tahun pendidikan Indonesia. Buku itu terbitan Depdiknas ketika Wardiman jadi menteri. Kalau buku itu tidak dilanjutkan oleh menteri seterusnya secara bersambung, boleh jadi nant akan terjadi missing link. Kaya teori antropologi aja? Saya memang suka menulis, dan banyak tema yang sangat menarik untuk ditulis, termasuk masalah psikologi tentang kecerdasan majemuk Howard Gardner. Orang kita sering tidak konsisten menggunakan kata. Sekarang kita dihipnotis dengan kata-kata KIP (Kartu Indonesia Pintar). Apa beda pintar dengan cerdas? Kita dapat buka KBBI jaring, ternyata lebih bagus dengan cerdas. Apalagi ada dalam Pembukaan UUD 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa. Berapa tahun nanti di Auckland? Saya pernah ke Australia entah kapan itu. Tugas belajar atau? Selamat belajar, siap gantikan generasi yang lebih cerdas. Salam.
Terimakasih banyak atas jawabannya, Pak. Saya sudah bookmark situs ini sebab banyak sekali informasi penting yang saya dapatkan tentang pendidikan Indonesia, bahkan mencakup psikologi dan filosofi juga. Insyaa Allah studi saya selesai akhir tahun ini. Sejarah pendidikan Indonesia yang saya tanyakan akan jadi sumber bacaan untuk research saya tentang konsep dan implementasi konseling pada pendidikan Indonesia (yang sayangnya peran guru BK seringkali dianggap tidak begitu penting). Terus menulis, Pak!
Terus terang tidak ada buku yang saya kutip, kecuali buku 45 Tahun Pendidikan Indonesia. Berdasarkan sejarah kurikulum yang pertama di Indonesia, yang belum menggunakan nama “kurikulum” tetapi “Rencana Pelajaran” yang lahir tahun 1947, saya meyakini kurikulum itu orisinil Indonesia. Perkiraan asaya, pada tahun itu istilah “kurikulum” belum masuk ke dalam kosa kata Bahasa Indonesia. Kalau ditelusuri lebih lanjut, kurikulum itu pasti dari Bahasa Latin “curer” artinya pelari, dan “curere” artinya tempat berlari. Dengan demikian, istilah kurikulum digunakan dalam bidang olah raga. Kemudian digunakan dalam bidang pendidikan sekolah. Inilah satu-satunya rujukan awalnya. Untuk Indonesia istilah itu belum masuk dalam Bahasa Indonesia. Maka digunakanlah Rencana Pelajaran, yang maknanya mata pelajaran yang direncanakan akan dipelajari dan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu, sudah tentu ada juga rujukan yang digunakan. Paling-paling ya kurikulum zaman Belanda. Saya tidak faham Bahasa Belanda. OK.
Saya sedang menulis buku Pedagogi (Ilmu Pendidikan). Masih proses di penerbit. Buku yang akan Anda terbitkan silahkan diterbitkan di sini. Wajib Belajar 12 tahun sedang disusun naskah akademiknya. Dasar hukum pelaksanaannya mengalami kesulitan. Saya sedang nulis brief info tentang Wajar 12 Tahun. Saya mengusulkan agar tidak ada perbedaan antara pendidikan umum dan pendidikan agama, seperti di Malaysia. Saya menjadi kepala sekolah Indonesia di KL selama lima tahun. Salam.
wah, bener ternyata ini bapak dosen saya, terima kasih pak atas banyak materinya yang bisa saya dapatkan disini
Anda tadi ikut UAS ya? Terima kasih Anda telah membaca tulisan itu. Sampai jumpa di kelas.
Kini kita sedang menunggu hasil evaluasi Tim Sebelas Evaluasi Kurikulum 2013. Lebih baik kita terus terapkan K-13 dan memperbaiki kekurangan dan kelemahannya, dari pada harus kembali ke KTSP. Kasihan peserta didiknya harus maju dan mundur, tidak maju-maju.
Salam, amat bergembira mendapat paparan pengetahuan yang bermanfaat buat saya, dan keyakinan saya bahwa kurikulum yang telah dipakai di negeri kita telah banyak membantu lembaga pendidikan serta para gurunya untuk mentranformasikan ilmu kepada peserta didik, tidak bisa dipungkiri telah banyak lahir ilmuwan-ilmuwan kreatif dan para praktisi ahli semua bidang yang dulu sewaktu bersekolah pada era kurikulum darurat maupun yang terus disempurnakan sampai mendapatkan kesesuaian dengan kebutuhan terkini pada setiap zamannya, untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan kita di Indonesia yang terus dinamis. Terima kasih bapak atas infonya yang amat berharga buat saya, semoga amal dan usahanya diberkahi Allah, amin.
Saat ini Pak Mulyani sebagai dosen? Salam kenal. Terima kasih.
Salam, saya amat bergembira mendapat paparan pengetahuan yang bermanfaat buat saya, dan keyakinan saya bahwa kurikulum yang telah dipakai di negeri kita telah banyak membantu lembaga pendidikan serta para gurunya untuk mentranformasikan ilmu kepada peserta didik, tidak bisa dipungkiri telah banyak lahir ilmuwan-ilmuwan kreatif yang dulu sewaktu bersekolah pada era kurikulum darurat maupun yang terus disempurnakan sampai mendapatkan kesesuaian dengan kebutuhan terkini pada setiap zamannya untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan kita di Indonesia yang terus dinamis. Terima kasih bapak atas infonya yang amat berharga buat saya, semoga amal dan usahanya diberkahi Allah, amin.
Terimakasih pak atas pencerahannya. Perumus proklamasi adalah bapak bangsa yg luar biasa dengan mindmap yang jelas dan tajam. Kini tugas kita untuk melaksanakan kurikulum yang ada dengan komitmen yg kuat dan konsisten. Kurikulum di negara-negara maju seperti USA, UK, Japan dan Korea bisa berbeda-beda, namun hasilnya luarbiasa karena komitmen dan konsistensi dalam pelaksanaannya yg kuat. Semoga Indonesia segera menyusul menjadi negara yang maju karena kualitas pendidikannya yang juga maju terus.
Ooo, baru tahu kalau Bapak ikut mendaftarkan menjadi calon anggota DPN. Ikut aja seperti air yang mengalir. Maklum, pesertanya ternyata lumayan. Menunjukkan adanya antusiasme masyarakat yang sangat tinggi. Mohon maklum, saya pernah ke Tokio bersama dengan para guru teladan untuk mengikuti Keidanren leadership program. Teman yang menemani waktu itu mbak Keiko Kizawa. Senang.
Terima kasih sebanyak-banyaknya Pak, Tulisan Anda menjadi bahan belajar saya yang sedang bingung nyari sejarah dan perkembangan kurikulum di Indonesia. mengenai kurikulum 2013 tujuan bagus tapi ada beberapa hal (menurut saya). pelajaran Prakarya dan wirausaha misalnya tidak mengutamakan muatan lokal dan cara berwirausaha yang sebenarnya kurang dibahas. Simulasi digital juga bisa diterapkan tergantung kemampuan sekolah menyediakan komputer dan internet. menurut saya isi materi tergantung dari model sekolah kejuruannya (bagaimana kalau pariwisata? seperti saya)
Terimakasih
Guru pengajar industri perhotelan
Saya setuju, selain sebagai materi yang mengutamakan muatan lokal, juga keunggulan lokal. Istilahnya sekarang ekonomi kretatif? Nnggak tahulan saja. Tapi yang jelas seperti konsep Wardiman dengan program life skills. Bahkan secara akademis terkait dengan kecerdasan finansial. Ini pengemangan konsep kecerdasan ganda yang telah dikembangkan Howard Gardner.
ayo ciptakan medsos setingkat google dan yahoo, tapi milik anak negeri
Wah ini tantangan untuk ahli TIK (teknologi kominikasi dan komunikasi). Maaf saya tidak mempunyai bidah keahlian ini. Saya hanya bisa menulis dalam bidang pendidikan dan ilmu pengetahuan sosial. Laman pribadi ini dibikin oleh anak saya yang memang kuliah dalam bidang ini di School of Computer di Universiti Utara Malaysia (UUM) saat saya menjadi Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur. Demikian.
Artikel yang menarik, Pak, namun ada yang ingin saya konfirmasikan. Mengenai kurikulum 1994, bukankah dikenal dengan nama CBSA? sementara 2004 itu KBK dan 2006 berubah jadi KTSP.
Mohon pencerahannya. Terima kasih.
CBSA itu kepanjangan dari Catat Buku Sampai Abis. Heee. Bukan, bukan. Tetapi Cara Belajar Siswa Aktif atau dalam referensi lain di sebut SAL (student active learning) atau juga PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, dan menyenangkan), dan istilah lagi lain yang bagus-bagus. Memang CBSA lahir ketika saat lahir KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) atau bahkan sebelumnya saat lahir Kurikulum 1984, yakni kurikulum integrasi yang berhasil menyatukan (fusi) beberapa mata pelajaran Kimia, Biologi, Fisika, dan sejenisnya menjadi Science atau dikenal IPA (Ilmu Pengetahuan Alam). Demikian pula menyatukan mata pelajaran geografi, sejarah, ekonomi, dan semacamnya menjadi Social Studies atau IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Demikian sekilas.
aq sangat terbantu dengan artikel ini, saya dapat memahami arti dari penjelasan anda.
Mudah2an bermanfaat. Amin.
terima kasih banyak sangat membantu dan bermanfaat.
Terima kasih kembali. Salam.
Semoga artikel ini membantu mereka yang langsung berkecimpung di lapangan. Pendidik, bukan hanya sekedar tuntutan, tapi lebih dari sebuah panggilan jiwa.
Pak Poer. Sebenarnya saya memerlukan kritik dan masukan dari lapangan, Any way, makasih. Salam. Apakah kita sudah saling mengenal ya?
Oh…, your name is very difficult to remind. Are you a lecturer? That’s OK. Nice to meet u. Thanks.
very urgent n nice to me.. thank U very much Bapak Suparlan ^_^
Allah always blesses ur life..aamiin
[…] https://suparlan.org/1436/2013/11/30/1436/ […]
[…] https://suparlan.org/1436/2013/11/30/1436/ […]
[…] https://suparlan.org/1436/2013/11/30/1436/ […]
Yes, thanks.
Terima kasih bpk. Suparlan. Sungguh artikel bpk sangat membantu saya dalam tugas makalah sekolah dan budaya di Indonesia. Kiranya Tuhan memberikan bpk karunia yang besar agar banyak putra bangsa yang terinspirasi oleh karya bpk.
Jesus bless u 🙂
Terima kasih kembali. Emangnya Anda masih kuliah di mana. Do the best. Sukses selalu.
terimakasih atas artikelnya, pak. sangat membantu saya dalam pembuatan karya tulis ilmiah saya. sekali lagi terimakasih.
Terima kasih kembali. Study hard! Semoga berhasil. Good luck!