Oleh Suparlan *)
No teacher, no education; no education, no social-economics development
(Ho Chi Minh)Guru biasa memberitahukan. Guru baik menjelaskan. Guru ulung memeragakan. Guru hebat mengilhami
(William Arthur Ward)Jalan terpenting untuk mempertinggi mutu sekolah-sekolah itu ialah mempertinggi mutu pendidiknya
(Mr. Muhammad Yamin)
Lesson study merupakan konsep baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Terus terang, selama bersekolah di Sekolah Pendidikan Guru (SPG) sampai dengan kuliah di perguruan tinggi yang dahulu dikenal dengan Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP), penulis belum pernah memperoleh mata pelajaran atau mata kuliah tentang lesson study. Bahkan ketika meneruskan pendidikan pada jenjang master pun, penulis juga belum pernah memperoleh mata kuliah tentang lesson study ini.
Mengingat latar belakang tersebut, tulisan singkat ini disusun dari berbagai sumber untuk beberapa tujuan, yaitu (1) untuk memperluas pemahaman kita tentang apa sesungguhnya lesson study, (2) mengetahui sejarah kelahirannya sampai dengan konsep tersebut masuk ke negara kita, (3) memahami tahapan-tahapan pelaksanaan lesson study, sampai dengan (4) mengetahui hubungannya dengan upaya peningkatan kompetensi guru di Indonesia.
Lesson Study bukan metode mengajar dan juga bukan model pembelajaran
Hal ini penting untuk menunjukkan hakikat lesson study yang sebenarnya, agar jangan ada kesalahan dalam memahami apa sesungguhnya lesson study tersebut. Lesson studi sama sekali bukan termasuk salah satu dari genre metode mengajar yang selama ini telah kita kenal, seperti ceramah, tanya jawab, diskusi kelompok, inkuiri, dan masih banyak lag yang lain. Prof. Dr. M.J. Rice, profesor ilmu-ilmu sosial di Universitas Georgia, Amerika Serikat, mengelompokkan metode mengajar dalam 4 (empat) klasifikasi, yang keempat kelompok itu berada dalam satu kontinum yang terkait satu dengan yang lainnya, yaitu: (1) ekspositori, (2) pengumpulan data, (3) pengolahan data, dan (4) proyek. Keempat kelompok metode mengajar ini tidak akan dibahas dalam artikel singkat ini. Penulis akan mencoba sekuat tenaga untuk menulis tentang klasifikasi metode mengajar menurut Prof. Dr. M.J. Rice tersebut.
Sekali lagi, lesson study tidak termasuk dalam kelompok metode mengajar tersebut, karena lesson study bukanlah metode mengajar atau pun model pembelajaran yang telah kita kenal selama ini.
Lalu, apakah lesson study itu? Dr. Ibrohim, dosen Fakultas MIPA dari Universitas Negeri Malang, telah mencoba merumuskan definisi operasional lesson study, sebagai berikut. ”Lesson study adalah proses kegiatan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning untuk membangun learning community”.
Sekali lagi, lesson study merupakan proses pengkajian pembelajaran. Siapa yang melaksanakan pengkajian? Tentu saja kelompok guru yang sadar terhadap pentingnya upaya peningkatan kompetensi mereka dalam proses belajar mengajar. Para guru ini sadar bahwa proses pembelajaran yang selama ini telah dilaksanakan harus dikaji dari waktu ke waktu agar dapat lebih meningkat efektivitasnya bagi upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pertanyaan yang selalu diajukan dari waktu ke waktu antara lain adalah “bagaimana caranya agar para siswa saya dapat mudah memahami tentang apa yang saya ajarkan, dan dengan demikian hasil belajarnya menjadi meningkat?” Kesadaran inilah yang menyebabkan para guru tersebut secara bersama-sama mau melakukan proses pengkajiian proses pembelajarannya. Proses pengkajian ini dilakukan secara kolaboratif dan berkelanjutan. Para guru tidak mau hebat sendiri, sementara guru yang lain hanya “doing as usual” atau melakukan apa adanya. Mereka ingin maju bersama, untuk bersama-sama mencerdaskan peserta didiknya. Harapan ideal yang ingin dicapai dalam kegiatan lesson study ini adalah membangun masyarakat belajar, sesuai dengan prinsip belajar sepanjang hayat (life long learning).
Sejarah Perkembangan Lesson Study
Jika ditelusuri jejak sejarahnya, lesson study telah berkembang sejak abad 18 di negara Jepang. Dalam Bahasa Jepang, lesson study dikenal dengan ”jugyokenkyu”, yang merupakan gabungan dari dua kata yaitu ”jugyo” yang berarti lesson atau pembelajaran, dan ”kenkyu” yang berarti study atau kajian. Dengan demikian lesson study merupakan proses pengkajian terhadap pembelajaran.
Konsep lesson study semakin berkembang pada tahun 1995 berkat kegiatan The Third International Mathematics and Science Study (TIMSS) yang diikuti oleh empat puluh satu negara dan ternyata dua puluh satu negara di antaranya memperoleh skor rata-rata matematika yang secara signifikan lebih tinggi dari skor rata-rata matemtika di Amerika Serikat. Posisi tersebut membuat Amerika Serikat melakukan studi banding pembelajaran matematika di Jepang dan Jerman. Dari studi banding tersebut Tim Amerika Serikat menyadari bahwa Amerika Serikat belum memiliki sistem untuk melakukan peningkatan mutu pembelajaran, sedangkan Jepang dan Jerman melakukan peningkatan mutu secara berkelanjutan. Oleh karena itu, para ahli pendidikan Amerika Serikat mengadopsi lesson study dari Jepang dan kemudian mengembangkannya di negara-negara lain.
Di Indonesia, konsep lesson study berkembang melalui program Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) yang diimplementasikan sejak sejak Oktober tahun 1998 di tiga IKIP, yaitu (1) IKIP Bandung (sekarang bernama Universitas Pendidikan Indonesia, UPI), (2) IKIP Yogyakarta (sekarang bernama Universitas Negeri Yogyakarta, UNY), dan (3) IKIP Malang (sekarang menjadi Universitas Negeri Malang) yang telah bekerja sama dengan JICA (Japan International Cooperation Agency). Perkebangan selanjutnya, lesson study tidak hanya dilaksanakan pada mata pelajaran MIPA, tetapi juga mata pelajaran lainnya.
Lesson study bak sebagai gadis manis yang banyak dipinang orang. Untuk ini, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PMPTK) melihat bahwa KKG dan MGMP menjadi wahana yang ampuh untuk meningkatkan kompetensi pendidik secara berkelanjutan. Oleh karena itu, lesson study akan sangat tepat apabila dapat diterapkan menjadi salah satu kegiatan di KKG dan MGMP.
Sekali lagi, lesson study merupakan kegiatan kajian terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Jadi, lesson study bukan metode mengajar, walaupun dalam kegiatan kajian pembelajaran tersebut, para guru pasti akan membicarakan metode mengajar, media, dan alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran tersebut. Kegiatan kajian pembelajaran tersebut dilakukan oleh sesama guru dalam kegiatan kelompok kerja guru di suatu sekolah atau pun suatu tempat. Untuk apa kajian terhadap pembelajaran itu perlu dilakukan? Tentu saja, kajian pembelajaran itu akan sangat berguna untuk menemukan nilai-nilai positif atau praktif terbaik (best practices) dari pembelajaran yang dapat diambil, yang kemudian dapat dipertahankan dan ditularkan kepada guru-guru yang lain. Selain itu, yang tidak kalah pentingnya tentu saja adalah untuk menemukan kelemahan-kelemahan atau bahkan kesalahan-kesalahan yang perlu diperbaiki atau untuk tidak dilakukan lagi oleh guru itu atau guru-guru yang lain. Dengan kata lain, lesson study merupakan upaya terencana dan berkelanjutan untuk melakukan kajian terhadap proses belajar mengajar seorang guru, untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan efektivitas pembelajaran bagi guru itu, yang secara kolegial bermanfaat untuk kepentingan perbaikan dan peningkatan efektivitas pembelajaran bagi guru-guru yang lain di sekolah atau di lingkungannya.
Langkah-langkah Pelaksanaan Lesson Study
Secara singkat, lesson study dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, adakanlah semacam pertemuan kompok guru yang menyadari pentingnya upaya untuk meningkatkan kompetensinya dalam pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran tertentu. Pertemuan kelompok guru ini menyepakati beberapa hal, misalnya: (1) proses pembelajaran dalam pokok bahasan apa, mata pelajaran apa, dan kelas berapa, yang akan dikaji melalui lesson study; (2) siapa yang akan bertindak sebagai guru penyaji yang akan melaksanakan proses pembelajaran, (3) siapa saja guru yang bertindak menjadi pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Untuk ini, guru penyaji harus memiliki kesadaran ”mau membuka” proses pembelajaran untuk diamati para guru yang lain, dengan tujuan utama mengetahui efektivitas proses pembelajaran, bukan mencari-cari kesalahannya.
Kedua, jika rencana tersebut sudah matang, dalam pertemuan tersebut dapat dilanjutkan dengan mencoba membuat lesson plan atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) bersama. Kalau tidak dalam pertemuan tersebut, dapat dilakukan pertemuan berikutnya. Guru calon penyaji mencoba membuat konsep RPP, dan kemudian disampaikan kepada kelompok guru tersebut, untuk memperoleh tanggapan dan usulan perbaikan. Kedua tahapan ini disebut sebagai tahapan PLAN.
Ketiga, jika rencana sudah matang, maka tahapan berikutnya adalah proses pelaksanaan pembelajaran. Guru penyaji melaksanakan proses pembelajaran di kelas sebagaimana guru ini melaksanakan pembelajaran sebagaimana yang biasa dilakukan. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran ini, para pengamat mengamati proses pembelajaran, mulai dari membuka pelajaran, sampai dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode dan media atau alat bantu pembelajaran, dan akhirnya sampai dengan menutup pembelajaran. Para pengamat melakukan pengamatan dan mencatatnya secara cermat. Dalam lesson study, tahapan ini dikenal sebagai tahapan DO.
Ketiga, setelah selesai tahapan ketiga, para guru mengadakan pertemuan berikutnya untuk mendiskusikan hasil pengamatan dari guru-guru yang lain. Dalam diskusi ini, sudah barang tentu akan disampaikan tentang apa kelebihan yang telah dilakukan oleh guru penyaji, di samping kemungkinan kekurangan-kekurangan, bahkan kesalahan-kesalahan fatal yang telah dilakukan guru penyaji. Dalam pertemuan ini, para guru dapat mengambil kesimpulan tentang praktik-praktik terbaik yang telah dilakukan oleh guru penyaji, selain kemungkinan juga kekurangan-kekurangannya. Hasil kesimpulan ini sebaiknya disusun secara tertulis, dan kemudian disebarluaskan kepada guru-guru yang lain, terutama yang menjadi penyaji dan pengamat dalam kegiatan lesson study tersebut. Sudah barang tentu, kesimpulan ini akan menjadi produk bersama yang amat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para guru. Tahapan ketiga lesson study ini dikenal dengan tahapan SEE.
Ketiga tahapan lesson study ini dapat direplikasi ke dalam tahapan berikutnya, misalnya jika terhadap saran-saran yang penting untuk memperbaiki proses pembelajaran tersebut. Oleh karena itu dalam pertemuan tersebut dapat disepakati misalnya memperbaiki RPP, atau dipilih atau disepakati guru penyaji yang lain untuk menyajikan pembelajaran, atau juga disepakati akan dilaksanakan di kelas atau sekolah yang lain. Jikalau keputusannya demikian, maka lessson study dapat dilaksanakan dalam tahapan replikasi berikutnya dengan ketiga tahapan berikutnya, dengan tahapan yang mendahului, yakni tahapan REVISI. Dengan demikian, jika tahapan lesson study dilakukan dalam tiga tahapan, yakni (1) PLAN, (2) DO, dan (3) SEE, maka lesson study juga dapat dilaksanakan dalam enam tahapan, yakni: (1) PLAN, (2) DO, (3) SEE, (4) REVISED PLAN, (5) DO, (6) SEE.
Peningkatan Kompetensi Guru
Peningkatan kompetensi guru merupakan upaya berkelanjutan, selaras dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana profesi yang lain, katakanlah profesi kedokteran, para dokter harus telah meningkatkan kompetensinya secara terus menerus mengikuti kemajuan dan perkembangan dalam ilmu kedokteran. Demikian juga guru. Guru yang tidak pernah mau berusaha meningkatkan kompetensinya akan menjadi guru yang ”beku”.
Peningkatan kompetensi guru merupakan amanat UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Upaya peningkatan guru bukan hanya kegiatan sesaat, tetapi lebih merupakan kegiatan berkelanjutan, yang dilaksanakan sesuai dengan konsep continuing professsional development (CPD). Salah satu kegiatan yang sangat tepat untuk dapat dimasukkan dalam kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tidak lain dan tidak bukan adalah lesson study. Mengapa? Karena dengan lesson study, para guru akan melakukan proses pembelajaran secara kolegial dan bersama-sama untuk meningkatkan kompetensinya. Ada beberapa hal penting lain yang dapat diperoleh melalui kegiatan lesson study.
Pertama, para guru akan lebih terbuka dengan dunia luar. Ruang kelasnya tidak dikunci sendiri untuk tidak boleh menerima guru lain untuk melihat apa saja yang dilakukan guru itu setiap hari kerja dalam proses pembelajaran yang dilaksanakannya. Guru itu, juga perlu melihat apa yang dilakukan koleganya dalam proses pembelajaran.
Kedua, para guru akan saling belajar dan saling bekerjasama dalam meningkatkan kualitas proses pembelajarannya melalui peningkatan pemahaman bukan hanya tentang materi, tetapi juga metode, media dan alat bantu pembelajaran, tetapi juga teknik penilaian yang digunakan dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, fokus kegiatan lesson study adalah kajian pembelajaran sehingga dapat menemukan praktik terbaik (best practices), berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dalam beberapa tahapan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
Ketiga, dengan praktik terbaik tersbut, para guru akan dilatih untuk dapat mencoba untuk menghasilkan inovasi baru dalam pembelajaran, melalui usulan tentang saran perbaikan yang diberikan oleh koleganya, juga melalui kreativitas-kreativitas yang kemudian muncul dalam praktik pembelajaran.
Keempat, hasil akhir yang diharapkan dapat diperoleh melalui lesson study ini adalah proses pembelajaran yang lebih efektif dan efisien, yang dengan demikian diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa (student achievement).
Akhir Kata
Lesson study diharapkan dapat menjadi wahana proses pembelajaran bagi guru untuk belajar dan berlatih dalam upaya peningkatan kompetensi guru. Wahana ini diharapkan dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam kegiatan KKG dan MGMP sebagai upaya untuk menemukan proses pembelajaran yang dinilai paling efektif dan efisien untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran, yang pada gilirannya dapat berdampak, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Depok, 7 Desember 2009.
34 Komentar. Leave new
Maaf pak, apakah buku tentang KGG Dan lesson Study sudah ada atau ada jurnal yg memuat tentang itu boleh kah saya minta tolong dikirmkan pak, saya butuh sekali untuk penyempurnaan skripsi, soalnya saya membahas mengenai evaluasi lesson study berbasis kkg…
mohon sekali pak, trimakasih
alamat email saya : fridanielpurba78@gmail.com
trimakasih untuk bantuan bapak
Apakah LS bisa diterapkan di KKG Guru SD Pak? saya masih bingung …
soalnya saya juga menyinggung LS dalam Tugas Akhir Saya (skripsi)….
Mohon Penjelasannya Pak…..
Kita dapat belajar dari pengalaman Pak Sudirman yang belajar LS di Jepang. Silakan komunikasi dengan beliau dalam komentar terhadap tulisan ini. Salam.
Apakah LS bisa dilakukan untuk guru -guru PAUD…sy tertarik dgn tulisan bpk..mohon penjelasannya…
Tentu dapat. Singkatnya, LS itu usaha para guru (apa saja) untuk mempelajari proses belajar mengajar untuk meningkatkan kompetensi para guru. Salam.
Tentu dapat. Singkatnya, LS itu usaha para guru (apa saja) untuk mempelajari proses belajar mengajar untuk meningkatkan kompetensi para guru. Salam.
Akhirnya saya mengambil kesimpulan bahwa LS itu praktik belajar mengajar (lesson) dan setelah itu hasilnya dijadikan study (dianalisis) untuk ditemukan kelemahan dan kekuatannya dijadikan pelajaran bagi proses pembelajaran selanjutnya. Semua guru sebenarnya harus melakukan LS dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensinya.
assalamualikum,,, salam kenal semuanya,, setelah membaca artikel ini saya tertarik dengan lesson study,, sebelumnya mau nanya juga pak, apakah lesson study bisa digunakan di semua mata pelajaran pak?
ass wrwb, Bapak Suparlan yg terhormat trimakasih atas tulisan singkat mengenai lesson studynya kebetulan saya sedang mencarinya, wss
saya tertarik dengan tulisan bapak tentang lesson study, tapi saya bingung untuk menentukan indikatornya dan instrumennya ,tolong dong kalau ada tesis ttg lesson study kirim ke email saya pak. trims bantuannya
Saya sangat tertarik dengan tulisan Bapak. Dalam tulisan Bapak Lesson Study banyak di terapkan dalam mata pelajaran eksata (IPA, Matematika, dll). Apakah Lesson Study juga bisa diterapkan di mata pelajaran ilmu sosial seperti ekonomi? apakah tahap-tahap pelaksanaan lesson study-nya akan sama?…terima kasih sebelumnya Pak. salam,
Menurut saya, lesson studi cocok diterapkan untuk mengatasi masalah guru-guru dalam menerapkan K-13 pada saat ini. Lesson studi telah terbukti dapat meningkatkan mutu pembelajaran khususnya Matematika dan Sains di beberapa negara yang telah mencubanya. Di negara kita ini, kita coba kembangkan bukan hanya dalam mata pelajaran tertentu, melainlan juga pembelajaran tematik integratif sebagaimana tuntutan K-13. Insya Allah, 30-31 Oktober 2014 ini, saya akan ke Nagoya, Jepang dalam rangka mengikuti Nagoya Assembly of Lesson Study 5th. Harapan saya, lesson studi berkembang di Indonesia.
Betul sekali Pak. Untuk memperbaiki proses pembelajaran menjadi lebih terarah sesuai dengan tujuan pembelajaran dan metodenya, kita perlu belajar dari pembelajaran itu sendiri. Oleh-oleh Bapak dari Nagoya perlu ditulis untuk sharing informasi dengan pembaca. Tentu akan menjadi bahan pembelajaran bagi semuanya. Tolong tulis, dan akan saya unggah di laman pribadi saya. Eeee, kenalkan. Apakah ini Pak Sudirman M. Chon yang saya kenal ya? Maaf dan terima kasih.
bukane lesson study to ada siklus Plan do see pak,,mohon tulisan lebih di perjelas masih banyak pemahaman di bidang penjelasan secara umum yang belum tertera
Bisa saja siklusnya “see plan do, karena intinya mau mengaitkan antara teori dengan pengembangan praktiknya. Teori dan praktik ibarat pisau bermata dua. Salam.
assalamualaikum
bapak bolehkah minta tolong untuk mengirim kan file atau makalah tentang lesson study, karena untuk data saya untuk menyusun skripsi. jujur saya sangat tertarik tentang lesson study pak jadi mohon bapak mengirim kan file-file lesson study ke email saya pak, alamat email saya citra.utami37@gmail.com
terimakasih 😀
Bukankah Ibu dapat langsung kopi dari artikel saya? Copas saja, asal disebutkan penulisnya. Kalau memang tidak bisa, ya coba nanti saya kirimkan ke e-mail Ibu ya…
Ass…pak sya lgi mencari ide untuk tesis saya,,dan saya tertarik tentang lesson study ini,,,tlog idex pak..!!
dan krim kan file ttg LS d email sya pak.. mksih..
Saya punya buku laporan kegiatan lesson study UPI, UNY, dan UNM dalam mata pelajaran Biologi, Fisika, Kimia, dan Matematika, diterbitkan oleh UPI Press. Cukup tebal. Apa ada alamat? Saya coba kirimkan? Atau kalau Anda sedang ke Jakarta, silahkan mampir ke Gedung E Lantai 5 Bagren, Ditjen Dikdas. Gimana?
maaf pak, jika ada makalah tentang lesson study tlong dikirim lwat email. sebelumnya saya ucapkan terima kasih, soalnya saya mau berencana membuat lesson study bersama teman- teman disekolah kami. terima kasih
Terima kasih atas respon Ibu. Untuk sementara, Ibu dpt mengunduh artikel saya ini. Jika nanti ada artikel atau makalah lain, saya akan coba e-mail kepada Ibu. Tapi Ibu tidak memberikan alamat e-mail Ibu?
Kalau yang dimaksudkan PTK adalah Penelitian Tindakan Kelas, saya masih sedang menyiapkan naskah bukunya. Benar, guru sebagai tenaga profesional dalam bidang pendidikan, khususnya dalam proses pengajaran dan pembelajaran, dapat meningkatkan profesinya dengan melaksanakan penelitian tindakan (action research), yang kemudian dikenal dengan classroom action research (CAR). Proses PTK dan LS dapat dikatakan sama. PTK pun juga dapat dilaksanakan secara kolaboratif, sama dengan LS, keduanya pada akhirnya juga untuk memperbaiki dan sekaligus meningkatkan kinerja. Tetapi salah satu tujuan PTK adalah untuk “re” dan “search” atau mencari atau menemukan kembali. Sementara LS eksplisit untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan (knowledge), dan keterampilan (skill) sebagai guru. Wallahu alam bishawab.
Salam MBS dan LS….
PTK dan LS, pada dasarnya sama. Dua-duanya adalah sebuah strategi atau metode yg digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan berdasarkan apa yg masih perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Tahapan pada PTK : planning, doing, observasing, dan refleksi, sedangkan pada LS : Plan, Do, dan See,,, .. yg membedakan adalah pada PTK semua tahapan dilakukan oleh peneliti itu sendiri sedangkan pada LS setiap tahapan dilakukan secara kolaboratif.
Pak adakah perbedaannya dg PTK ? prosesnya juga sama atau bgm ?
Apa itu PTK? Kalau yang dimaksud Pendidikan Tenaga Kependidikan, maka PTK merupakan konsep yang jauh lebih luas dibandingkan lesson study, walaupuan sama-sama sebagai upaya untuk meningkatkan kompetensinya. Untuk menghasilkan PTK yang berkualitas dibangunlah LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan), sehingga diperoleh kompetensi dan kualifikasi sesuai dengan standar yang ditetapkan. Tenaga kependidikan merupakan konsep yang umum, sebagai salah satu komponen dalam sistem pendidikan nasional, di samping komponen yang lain, yakni peserta didik sebagai masukan kasar (raw input), kurikulum sebagai masukan instrumental. Guru, pendidik, dan tenaga kependidikan lain juga sebagai masukan instrumental, selain kurikulum, dan fasilitas pendidikan. Sekali lagi pendidikan tenaga kependidikan merupakan upaya untuk menghasilkan guru, pendidik, dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Salam.
Oh ya, yang menanyakan perbedaan antara LS dan PTK, maksudnya penelitian tindakan kelas, maka langkah-langkahnya memang mirip, tetapi PTK pada hakikatnya adalah penelitian yang dilaksanakan oleh seorang atau beberapa orang guru, selain sebagai guru atau pendidik juga sebagai peneliti, untuk meningkatkan proses dan hasil belajar. Sementara lesson study lebih sebagai study untuk meningkatkan proses pembelajaran. Sedang PTK sifatnya lebih sebagai penelitian. Saya barusan menemukan makna lesson itu sendiri. Konon, lesson itu maknanya “less on and on” atau kurang dan kurang terus. Dengan demikian ini sejalan dengan CPD (continuing professional development). Pemelajaran itu memang harus terus ditingkatkan kualitasnya. Salam.
Pak Parlan, sdh banyak kebijakan pemerintah yang digelontorkan kepada guru, ternyata dalam penelitian langsung saya baik secara tatap muka di kelas, di KKG/MGMP salah satu yang sudah beredar sejak tahun 2006 yakni KTSP saja bahannya tidak tersosialisasi sampai ketangan guru seluruhnya yang saya alami bahwa guru taunya yan hanya Silabus dan RPP, itu pun juga tidak mendalam, apalagi kalau dikaitkan dengan 4 standar yang harus dikuasai dengan baik oleh guru (ISI, PROSES, SKL dan PENILAIAN). Untuk itu sosialisasi yang dilakukan dengan sistem pendampingan dan kemitraan dengan sekolah saya lakukan meski dengan biaya sendiri – secara perlahan namun pasti ada juga kemajuan yang dialami sekolah meski perlahan. Di Sekolah tidak mudah untuk mengajak mereka berubah meski sudah 6 tahun kurikulum itu digulirkan.
Berkenaan dengan kurikulum, pemerintah memang hanya menetapkan standar isi untuk kurikulum. Sementara kurikulumnya harus disusun sendiri oleh satuan pendidikan sekolah, yang kita kenal dengan KTSP itu. Bahkan sekarang ini, Mendikbud sudah mau menyempurnaan standar isi kurikulum yang ada mulai tahun mendatang. Wallahu alam. Menurut saya, Standar isi dan KTSP-nya sendiri mestinya dikaji dahulu, apa kekurangan dan kelemahannya, sebelum diadakan penyempurnaan. Kalau belum tahu kekurangan dan kelemahannya, lha apa yang mau disempurnakan? Mudah-mudahan teman-teman di Pusat Kurikulum mestinya sudah memahami proses dan mekanisme penyempurnaan kurikulum itu.
Ya, KTSP memang menjadi tanggung jawab sekolah untuk membuatnya sesuai dengan kebutuhan dan potensi sekolah. Sedang silabus menjadi kewajiban guru dan organisasi profesional guru (KKG dan MGMP) untuk menyusunnya. Sedang RPP memang menjadi tanggung jawab guru. Dalam RPP, yang paling rumit adalah menyusun TIK dengan taksonomi Bloom-nya. Belum lagi dengan standar proses yang dalam hal ini kita belum berhasil menghasilkan standar proses, misalnya PBM yang PAKEM itu bagaimana. Standar sarpras mungkin mudah disusun. Tetapi standar proses pengajaran dan pembelajaran cukup memakan waktu, karena perlu uji coba segala macam.
Wallahu alam. Salam kepada kawan-kawan. Kita bisa diskusi melalui media maya ini. Konon pendidikan di Indonesia ini sangat hebat lho. Mengapa? Orang US nggak tamat SD di Indonesia saja bisa jadi presiden di US. Siapa itu? Sedang orang yang tamat S3 di US dengan IP 4 nggak bisa jadi presiden di Indonesia. Ini kata teman saya di Malang lho. Heeee….
apa kabar pak parlan, banyak sekali tulisannya, apkh masih sering keliling indonesia?, Widyaiswara PPPPTK-SB Jogja
Aduh…. Saya kangen dengan Yogyakarta. P4TK Matematika. Kalau ada reuni, kepingin rasanya hadir dalam acara itu. Bagi saya kegiatan seperti itu adalah masuk dalam kategori proyek kebagiaan (the happiness project). Terima kasih Pak. Sebenarnya saya ingin komentar, masukan, atau usulan. Salam kepada teman-teman P4TK. Lembaga ini menurut saya belum optimal diberdayakan untuk meningkatkan profesionalisme guru.
Maaf, saya juga tidak punya buku tentang lesson study. Yang saya gunakan untuk menyusun tulisan singkat tentang lesson study itu adalah makalah Prof. Dr. MJ. Rice, penatar P3TK yang pernah menatar kami guru-guru SPG. Makalah itu mudah-mudahan masih ada. Perlu dicari dokumennya.
Salam.
bapak , saya yanti alamat saya d tangerang, saya mohon bantuan bpk,, saya sdang nyusun skripsi yng mmbahas tntang lesson study,, saya sudah nyari ke toko buku,, tapi saya belom dapat buku tentang lesson study,, saya ingin memesan buku tentang lesson study ,, ada tidak pak?????????
klw bukan model pembelajaran dan metoda pembelajaran berarti hanya merupakan hasil pemikiran dan mencari solusi agar bisa menghasilkan hasil belajar yang maksimal
Ya, begitulah kira-kira. Terima kasih atas komentarnya.
Salam,