PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan satu gerakan semesta. Hal demikian disampaikan oleh Mendikbud Anies Baswedan dalam buku Kilasan Kinerja Kemendikbud November 2014 – November 2015. Pengertian semesta tidak lain dan tidak bukan adalah satu sistem, yakni satu kesatuan komponen pendidikan yang saling terkait tidak dapat dipisahkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dengan kata lain, semua pelaku dalam ekosistem pendidikan harus melaksanakan proses pendidikan untuk bergotong-royong mencapai tujuan pendidikan nasional.
Tujuan akhir pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika kita telusuri secara mendalam, konsep mencerdaskan kehidupan bangsa sebenarnya lebih dahulu dilahirkan oleh para pendiri (the founding fathers) NKRI bertepatan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, dibandingkan dengan konsep kecerdasan majemuk (multiple intelligences) yang dihasilkan oleh Howard Gardner, seorang profesor pendidikan dari Universitas Harvard Amerika Serikat.
Jika konsep mencerdaskan kehidupan bangsa tertuang dalam Pembukaan UUD 1945, maka konsep kecerdasan manjemuk (multiple intelligences) tertuang dalam buku karangan Howard Gardner berjudul Frames of Minds: The Theory of Multiple Intelligences pada tahun 1983. Sayangnya, konsep mencerdaskan kehidupan bangsa belum pernah dijabarkan ke dalam rumusan tujuan pendidikan nasional secara lengkap. Sementara konsep kecerdasan majemuk telah dijabarkan demikian rupa menjadi 9 (sembilan) tipe kecerdasan sebagai berikut:
- KECERDASAN LINGUISTIK-VERBAL
- KECERDASAN LOGIS-MATEMATIS
- KECERDASAN SPASIAL-VISUAL
- KECERDASAN BADANIAH-KINESTETIS
- KECERDASAN MUSIK
- KECERDASAN INTERPERSONAL (KOMUNIKASI)
- KECERDASAN INTRAPERSONAL (REFLEKSI DIRI)
- KECERDASAN NATURALIS
- KECERDASAN EKSISTENSIAL (SPIRITUAL)
Untuk memudahkan pemahaman kita tentang sembilan tipe kecerdasan majemuk tersebut, baiklah kita buatkan TITIAN INGATAN atau jembatan keledai atau mnemonic LLSBMIINE.
Dalam bahasa operasional tentang pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan, Benjamin S. Bloom menjabarkan tiga ranah tujuan pendidikan sebagai berikut:
- Cognitive domain atau ranah kognitif;
- Affective domain atau ranah afektif; dan
- Psychomotor domain atau ranah psikomotor.
Ketiga ranah pendidikan tersebut dilaksanakan melalui langkah-langkah operasional yang sudah jelas dengan rumusan tujuan pembelajaran dalam rencana pelaksanan pembelajaran (RPP) yang disusun oleh setiap guru yang akan mengajar.
PENDIDIKAN KELUARGA
Secara operasional, tujuan pendidikan, baik dalam konsep MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, maupun yang telah dijabarkan dalam 9 tipe KECERDASAN GANDA oleh Howard Gardner dan dijabarkan dalam tiga ranah tujuan pendidikan oleh Benjamin S. Bloom, pastilah melibatkan semua ekosistem pendidikan. Menurut Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara, pendidikan berlangsung dalam tiga matra pendidikan, yakni: (1) keluarga, (2) sekolah, dan (3) masyarakat. Dengan demikian, pendidikan keluarga menjadi salah satu matra pendidikan yang pasti akan terlibat dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut.
Secara khusus, Benjamin S. Bloom menjelaskan bahwa proses pencapaian tujuan pendidikan dijelaskan dalam tiga proses yang spesifik, yakni: (1) olah otak, (2) olah hati, dan (3) olah fisik. Proses olah otak, olah tangan, dan olah fisik tersebut selaras dengan empat pilar belajar menurut UNESCO, yakni: (1) learning to know, (2) learning to do, (3) learning to be, dan (4) learning to live together. Dari keempat pilar belajar tersebut, yang relatif belum berjalan di Indonesia adalah pilar keempat, yakni learning to live together, yang implementasinya terutama berlangsung dalam pendidikan keluarga, yang dalam jalur pendidikan dikenal dengan pendidikan informal. Pelaksanaan pendidikan nonformal tentu saja harus berlangsung secara sinergis dengan jalur pendidikan formal, dan jalur pendidikan non-formal.
Terkait dengan pendidikan keluarga, dalam bahasa agama, kita mengenal tiga tipologi keluarga berdasarkan tingkatan ketakwaan terhadap Allah Swt, yakni:
- TIPOLOGI KELUARGA ABU LAHAP, yakni keluarga yang semua anggota keluarganya tidak memiliki keimanan kepada Tuhannya.
- TIPOLOGI KELUARGA FIRAUN, yakni keluarga yang ayahnya sama sekali tidak memiliki ketakwaan kepada Allah, sementara anggota keluarga yang lain telah bertakwa.
- TIPOLOGI KELUARGA NABI NUH, yakni keluarga yang sebaliknya dengan keluarga Firaun, sementara istri dan anak-anaknya semuanya tidak memiliki keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
- TIPOLOGI KELUARGA NABI IBRAHIM DAN NABI MUHAMMAD SAW, yang semua anggota keluarganya insyaallah beriman dan bertakwa kepada Allah.
KOMITE SEKOLAH
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Komite Sekolah menjadi wadah peran serta masyarakat yang peduli pendidikan, tentu peduli terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Sebagai salah satu unsur ekosistem pendidikan nasional, Komite Sekolah tentu saja harus menjalin kerja sama sinergis dengan semua pemangku pendidikan, untuk mencapai tujuan menjadi keluarga tipe keluarga yang semua beriman dan bertakwa kepada Allah Swt.
Tipologi Komite Sekolah yang diharapkan adalah bukan Komite Sekolah yang menjadi STEMPEL SEKOLAH, yang hanya diperalat oleh kepala sekolah. Juga bukan yang hanya menakuti-nakuti kepala sekolah, tetapi yang dapat bekerja sama secara sinergis dengan semua pemangku kepentingan pendidikan untuk mencapai hasil belajar (learning outcomes) yang diharapkan.
Mengapa Komite Sekolah harus berintegrasi dengan keluarga? Dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 dijelaskan bahwa tiga unsur Komite Sekolah meliputi (1) orangtua/wali peserta didik, (2) tokoh masyarakat, dan (3) tokoh pendidikan. Ketiga unsur Komite Sekolah tersebut sesungguhnya menjadi representasi keluarga dan masyarakat.
KESIMPULAN
- Tujuan pendidikan merupakan tujuan akhir proses pendidikan yang harus menjadi perhatian pertama oleh kepala keluarga dan semua anggota keluarga, yang meliputi ayah, ibu, dan anak-anaknya.
- Tiga konsepsi tujuan pendidikan sebenarnya sama sebangun, yakni: (1) MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA (MKB), (2) KECERDASAN MAJEMUK (MULTIPLE INTELLIGENCE) Howard Gardner, dan (3) TUJUAN PENDIDIKAN menurut Benjamin S. Bloom.
- Semua ekosistem pendidikan harus bekerja sama secara sinergis untuk mencapai tujuan pendidikan.
Depok, 10 Maret 2016.