ArtikelDunia IslamPendidikan

Mulai Bekerja

163 views
Tidak ada komentar

1. Pertama-tama, saya mengucapkan terima kasih kepada DKM Al-Mujahidin yang telah memberikan kesempatan kepada diri saya untuk dapat belajar melalui media ini. Sesungguhnya bukan hanya kepada diri saya sendiri kesempatan untuk belajar ini diberikan, tetapi untuk semuanya, tentu saya sesuai dengan kapasitas dan kompetensinya masing-masing. Mengapa? Karena sesungguhnya kita semua mempunyai kewajiban, tentu ada kewajiban kifayah, untuk bertabligh. Salah satu dari empat sifat Rasululllah Saw adalah TABLIGH. SiFAT adalah SIDIQ, FATHONAH, AMANAH, dan TABLIGH. Tabligh artinya menyampaikan informasi tentang kebaikan kepada yang lain. Jadi, kita semua mempunyai kewajiban untuk menyampaikan informasi kepada sesama sesaudara MUSLIM. Balihu anni walau ayah. Sampaikanlah walau satu ayat. Oleh karena itu, kesempatan yang sangat baik ini, perkenankanlah saya ingin menyampaikan satu topik yang selalu relevan dalam kehidupan, yakni AMAL atau KERJA. Ketika seorang ustadz menyampaikan ceramah di Masjid Al-Mujahidin ini tempo hari tentang “BERSEGERALAH MELAKSANAKAN AMAL, maka secara langsung memaknainya dengan BERSEGERALAH MELAKSANAKAN KERJA, atau dengan kata lain MULAI BEKERJA.
2. Topik ini sangat relevan, bukan hanya karena calon presiden terpilih mengajar kepada semuanya untuk “MULAI BEKERJA”. Yang guru mulai mengajar dan mendikik, yang petani mulai menggarap sawah dan ladangnya, yang pegawai mulai masuk kantor, dan seterusnya. Sebenarnya, bukan mulai bekerja, karena bekerja itu kehidupan. Kita hiidup untuk berAMAL, atau BEKERJA. Sejak kita hidup, kita memang harus bekerja, dan kita sudah lama mulai bekerja. Tetapi seharusnya kita bekerja secara lebih optimal, dengan etos kerja yang tinggi, dengan semangat kerja yang tinggi, untuk mencapai tujuan yang lebih produktif, lebih efekktif, dan lebih berdaya guna dan berhasil guna.
3. Ketika kita mendengarkan KULTUM tentang KERJA ini, tentu kita ingat tentang kehebatan penduduk negeri ini yang terkenal sebagai PELAUT ULUNG. Lagu NENEK MOYANGKU orang pelaut, gemar mengaruh luas samudera, menempuh badai luar biasa. Inilah bukti manusia kerja nenek moyang kita. Jangan lupa, tanpa gagah berani nenek moyang kita itu, AGAMA ISLAM yang kita cintai ini tidak akan sampai di negeri ini. Berkat kegagahan nenek moyang itulah kita memeluk AGAMA yang benar (the true religion of Islam). Kembali ke topik MULAI BEKERJA itu, kita sudah bekerja, tetapi kita perlu meningkatkan produktivitas kerja.
Perbandingan Etos Kerja Beberapa Negara
4. Negara kita Indonesia adalah negara terbesar kelima di dunia. Negara kita kaya sejajar dengan negara Brazil, Amerika Serikat, India, RRC. Di samping itu, negara kita mempunyai penduduk Muslim terbesar di dunia. Sayangnya, negara kita termasuk negara miskin, negara yang HDI-nya rendah. Bahkan ada tulisan yang menjelaskan bahwa Indonesia dan negeri Muslim lain justru memiliki INDEKS KESHALEHAN SOSIAL yang rendah dibandingkan dengan negara sekuler. Pengertian keshalehan sosial ini tidak hanya terkait dengan tingkat kesukaan “berbagi” kepada sesama, tetapi termasuk di dalamnya adalah disiplin, etos kerja, semangat kerja penduduk dan masyarakatnya.
5. Jika kita membandingkan dengan negara Jepang, dari segi sumber daya alamnya, Jepang bukan manjedi tandingan dengan Indonesia, jauh ibarat bumi dan langit. Dari segi sumber daya alamnya, Indonesia adalah langit, dan Jepang adalah bumi. Tetapi, bagaimana dengan etos kerjanya? Sebaliknya. Padalah pada tahun 1945-an, Jepang dan Indonesia memulai kehidupan dalam tingkat yang sama. Jepang luluh lantak karena bom yang dimuntahkan oleh sekutu. Demikian juga Indonesia luluh lantak karena penjajahan kolonial dari Belanda dan Jepang sendiri. Suatu ketika Kaisar Hirohito pernah meninjau kawasan Nagasaki dan Hiroshima yang luluh lantak karena bom atom. Kaisar menanyakan “berapa guru yang masih tersisa?” Untuk apa beliau menanyakan hal itu. Itulah “starting point” untuk membangun Jepang. Kita memulai dari semangat HIDUP atau MATI dari para pejuang pada zaman kemerdekaan. Itulah titik awal membangun Indonesia. Bagaimana perkembangannya sampai era ini? Indonesia jauh tertinggal dengan Japang. Apa indikasinya? Jepang dapat mengirimkan tim sepak bola ke Brazilia, tapi Indonesia tidak. Jepang menjadi raksasa negara industri di dunia, Indonesia baru menjadi pembeli barang-barang buatan industri Jepang.
6. Hal yang sama terjadi dengan KOREA, yang luluh lantak karena perang Korea Utara yang didukung Rusia, dengan Korea Selatan yang didukung oleh Amerika Serikat. Tiitik awal pembangunan Korea sama dengan Indonesia, malah lebih pendek jangka waktunya. Pendidikan di Koreka mempunyai fokus untuk meningkatkan semangat kerja yang tinggi bagi penduduknya. Anak-anak Korea setiap hari dimotivasi dengan “do’a makan” seperti ini. “MAKAN BUKAN UNTUK MAKAN, MAKAN UNTUK KERJA, TIDAK MAKAN TIDAK KERJA, SEKALI MAKAN EMPAT JAM KERJA”. Berkat motivasi inilah maka rakyat Korea memiliki semangat kerja yang begitu tinggi. Lahirlah motto “CHENG REN BU ZI ZAI” artinya ORANG SUKSES TIDAK SANTAI ATAU ORANG SANTAI TIDAK SUKSES. Bagaimana dengan Indonesia? Apa jawabnya? KENAPA HARUS BEKERJA UNTUK SUKSES dan KEMUDIAN BARU SANTAI? Lha wong SEKARANG SAJA BISA SANTAI kok! Ya, kita dininabobokkan dengan lagu “POTONG BEBEK ANGSA MASAK DI KUALI, NONA MINTA DANSA, DANSA EMPAT KALI”. Heeee.
7. Dalam hal semangat kerja yang tinggi tersebut, AGAMA ISLAM mengajarkan kepada umatnya untuk “BERTEBARANLAH DI MUKA BUMI”. Mengapa setelah shalat Subuh tidak ada shalat sunah? Karena umat ISALAM harus segera BERTEBARAN DI MUKA BUMI, dengan kata lain BEKERJA. Shalat Dhuha, dapat dilaksanakan di tempat kerja. Bahkan Islam mengajarkan kepada umatnya untuk tidak patah semangat dari masalah hidup yang bisa saja menimpa diri kita. Berapa ayat dalam Surat Al-Insyirah menegaskan bahwa “(5) Maka sesungguhnya bersama kesulitas ada kemudahan, (6) sesungguhnya bersama kesulitas ada kemudahan, dan (6) maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain).
Dapur, Ibu-Ibu dan Bapak-Bapaknya
8. Sesungguhnya, dapur itu awal dari kegiatan kita untuk mulai bekerja, dan di sini peran Ibu-Ibu tidak dapat kita pungkiri. Saat menjelang Subuh tiga, ketika para Ibu harus mempersiapkan sahur, denting musik dapur sudah harus dimulai. Saat suara sendok beradu sendok, suara pisau beradu dengan papan, suara musik dapur dimulai, maka Ibu-Ibu kita adalah derigennya yang handal. Gairan hidup berasal dari Ibu-Ibu. Gairah ayah, gairah anak-anak dan cucu, terlahir dari Ibu-Ibu yang dibantu oleh pembantu. Sungguh, para bapak jangan sampai melupakan peran Ibu dalam hal ini. Dapur adalah markas kerja Ibu-Ibu yang harus menyiapkan gizi untuk kerja kita. Kalau TKI dikenal sebagai pahlawan tenaga kerja, maka sama halnya dengan Ibu-Ibu. Dengan etos kerjanya yang tinggi, kita bisa hidup dengan prestasi kerja yang tinggi. Bayangkan, hanya dengan uang lima ribu rupiah, kita telah memperoleh hidangan satu gelas teh atau kopi, semangkup sayur bening yang lezat, dan sepotong tahu dan tempe untuk menambah gizi. Ibu-Ibu mempunyai karakteristik yang “social altruistic” atau semangat mementingkan orang lain yang tinggi. Ini berbeda sama sekali dengan ayah yang kadang sebaliknya. Sering kita jumpai seorang laki-laki egosentric yang dengan kenikmatannya sanggup mengepulkan asap rokok sendirian hanya untuk dirinya sendiri. Padahal kalau sudah terkena penyakit, larinya adalah kepada para Ibu. Padahal dengan uang rokok yang sebenarnya dapat dimanfaatkan kepada keluarga itu, sungguh akan menjadi lebih penting bagi kemaslahatan keluarga.
9. Tentu saja, banyak bapak-bapak yang telah bekerja dengan P4-nya (pergi pagi pulang petang), bahkan dengan P7 (perg pagi pagi pulang petang dengan penghasilan pas-pasan). Para suami adalah tulang punggung keluarga. Mereka bekerja mati-matian bukan untuk siapa-siapa. Setelah subuh usai, banyak orang tua, orang muda, bahkan anak-anak yang berangkat sekolah yang telah melaksanakan konsep “BERTEBARANLAH DI MUKA BUMI”. Sesungguhnya mereka adalah pemulung. Para pekerja menjadi pemuluh gaji yang didapat dari kantornya. Para sopir menjadi pemulung untuk mengumpulkan uang recehan dari penumpangnya, mungkin besar tapi juga yang sering kecil. Tetapi setelah sore hari telah segepok uang ditangan untuk dibawa pulang ke rumah untuk menghidupi keluarganya.
Para Pekerja Sektor Lain
10. Sangat banyak pekerja dalam banyak sektor di dunia ini. Ada pekerja sektor menengah ke atas, baik dalam bidang eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Ada sektor produksi seperti yang bekerja di pabrik, ladang pertanian, perkebunan dan pertambangan. Ada pula sektor jasa atau services, seperti pendidikan, kesehatan, perhubungan, perhotelan, dan masih buannnnyak yang lain.
11. Di samping itu, masih banyak pekerjaan dalam sektor yang menengah ke bawah, baik dalam sektor produksi maupuan jasa. Kalau kita melihat pemulung yang menggendong karung dan berkeliling dari kampung-kampung, mereka adalah pekerja sektor jasa yang kurang mendapatkan perhatian kita semua. Demikian juga dengan para penyapu jalan, yang membuat jalan-jalan bersih dan rapi tentu menjadi tenaga kerja yang bermanfaat dalam kehidupan. Masih banyak sektor profesi dan pekerjaan yang lahir dalam era teknologi informasi dan teknolgi. Tentu saja semuanya harus dilaksanakan dengan semangat kerja yang tinggi dengan niat ikhlas, berbakti untuk diri sendiri, keluarga, masyarakat, negara dan bangsa, dan tentu saja demi pengabdian untuk Allah Swt untuk dunia dan akhirat.
Refleksi
12. Pertama, kita sebagai manusia tercipta sebagai khalifah di muka bumi, pemimin di muka bumi yang mempunyai derajat yang tertinggi. Manusia memiliki kelebihan dibandingkan dengan mahluk apa pun, termasuk yang namanya iblis maupun malaikat sekali pun.
13. Kedua, manusia diciptakan tidak ada lain untuk mengabdi kepadanya. Oleh karena itu pekerjaan yang kita lakukan tidak lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Wama kholaktul jinna wal insan illa liyakbudun. Oleh karena itu, bekerja dengan giat, adil, dan jujur menjadi persyaratan yang diperlukan dalam pekerjaan apa pun.
14. Ketiga, Allah Swt telah menurunkan dua kitab untuk manusia sebagai hudallinass atau petunjuk kepada manusia. Oleh karena itu, semua pekerjaan yang akan kita lakukan harus berdasarkan petunjuk tersebut. Allah Swt memberikan kemudahan dan kesempatan kepada manusia. Bahkan, Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum sendiri tidak mau mengubahnya. Ora et labora. Berdo’a dan bekerja, itulah salah satu jalan yang harus ditempuh dalam mengarungi dunia ini.
15. Keempat, dalam era teknologi informasi dan komunikasi ini (abad XXI), dalam bekerja tidak hanya diperoleh orang yang super (a super man), tetapi diperlukan kerja sama untuk mencapai tujuan kerja. We are not looking for a super man, but we are looking for a super team. Wallahu alam bishawab. Amin.
Depok, 26 Juli 2014.

 

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts