Oleh Suparlan *)
Adalah suatu malapetaka jika ateisme yang pincang itu telah mencapai kemajuan pesat, sedangkah hidayah yang lurus tertinggal jauh di belakang hanya karena para pengembannya bermalas-malas dan lalai
(Muhammad Ghazali).Didiklah anakmu karena ia akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu
(Hadis)
Sesungguhnya orang yang paling kucintai di antara kalian dan paling dekat tempat duduknya denganku pada Hari Kiamat ialah yang paling baik akhlaknya di antara kalian (HR Ahmad, Ibnu Hiban, dan Al Baghawy).
Kuliah tertulis kali ini lebih merupakan bahan diskusi kecil yang perlu kita pecahkan bersama. Kepentingan anak-anak dan orang dewasa tentu harus menjadi perhatian utama. Salah satu aspek dari masalah ini tidak dapat kita korbankan, apalagi kedua-duanya. Situasi dan kondisi shalat taraweh yang menjadi tidak konsusif hanya gara-gara anak-anak terlalu berisik ketika acara ritual shalat taraweh menjadi masalah kita bersama yang harus sama-sama kita cari jalan keluarnya.
Setidaknya ada tiga pandangan yang berbeda dalam menanggapi masalah kecil tersebut. Biarkan sajalah. Kan ya namanya anak-anak. Kalau tidak berisik ya bukan anak-anak. Lha wong bapak-bapaknya saja ya juga berisik kok. Masa anak-anak tidak boleh berisik. Satu pandangan lain tampaknya terlalu keras. Ada masjid yang mengusir anak-anak itu ketika shalat taraweh akan dimulai. Bahkan pakai rotan kecil segala. Pandangan yang ketiga merupakan pandangan yang moderat, yang meminta agar para orang tua dapat membawa anak-anaknya ke masjid, sudah barang tentu dengan mengawasi anak-anak mereka.
Kompleks Taman Depok Permai memang termasuk kawasan yang sebagian penguninya sebagai pasangan usia subur (PUS). Oleh karena itu, di kompleks ini terdapat banyak anak usia dini (AUD) dan anak usia sekolah (AUS).
Lalu, bagaimana mengatasi masalah berisiknya anak-anak saat shalat taraweh tiba? Ada beberapa alternatif pemecahan yang sifatnya moderal yang dapat kita lakukan.
Pertama, hal itu merupakan tanggung jawab sepenuhnya orangtuanya masing-masing. Untuk anak-anak yang masih kecil, cara ini sangat dimungkinkan. Orangtua hanya tinggal mengajak berdiri berjajar di samping ayahnya. Tidak boleh berjajar di samping anak lainnya. Ada dua keuntungan, yakni anak-anak belajar kepada orangtuanya bagaimana menjaga adab di dalam masjid. Selain itu, secara otomatis anak itu tidak berkomunikasi dengan anak lain ketika waktu shalat.
Kedua, semua anak usia remaja diberikan tempat tersendiri di samping orang tua mereka. Akan lebih baik jika ada di antara mereka yang ditunjuk untuk mempimpin anak-anak yang lain. Mereka diberikan kepercayaan untuk mengatur dan menertibkan sesama kawan mereka. Sementara anak-anak yang masih balita, memang harus didamping orang tuanya.
Ketiga, memang diperlukan pembinaan dengan acara khusus untuk anak-anak dan remaja. Organisasi remaja Islam perlu diberdayakan untuk ikut menangani masalah ini. Oleh karena itu maka masjid perlu memiliki guru ngaji sabar dan peduli terhadap anak-anak, atau guru pembimbing, yang selalu memberikan arahan, tuntunan tentang adab di dalam masjid. Terpikir oleh penulis untuk mengadakan semacam dialog anak-anak dan remaja sebelum berbuka puasa. Dengan teknik dialog, mereka diajak untuk mengeluarkan pikiran dan pendapatnya tentang kehidupan anak-anak dan remaja. Mereka akan diberikan wawasan tentang bagaimana cara belajar yang baik, cara belajar agama, belajar berkomunikasi dengan sesama dan orangtua, bagaimana meningkatkan minat baca tulis latin maupun Al Quran, membaca cerita kehidupan nabi, dan lain-lain.
Adalah kewajiban kita semua untuk membina anak-anak, pewaris dan penerus serta calon pemimpin bangsa di masa depan. Kalau dibiarkan mereka tidak dapat memelihara adab dalam masjid, maka adab-adab lain dalam kehidupan pun mereka akan tidak hiraukan lagi. Kalu bukan kita yang peduli terhadap masalah yang kecil ini, siapa lagi?
Mudah-mudahan amal puasa hari ketujuh kita ini dapat menjadi bekal amal ibadah yang dapat menjaga persatuan dan kesatuan. Amin, ya robbal alamin.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Depok, 16 September 2007