Saya telah membaca buku Mengobarkan Kembali Api Pancasila karya mantan gubernur Lemhanas, Sayidiman Suryohadiprojo. Sungguh saya menjadi kaget dibuatnya, karena dalam buku tersebut, khususnya pada halaman 181, dalam Bab 4 Beberapa Masalah Sosial Budaya, dalam subbab Pluralisme Sebagai Kekayaan Bangsa, tertulis sebagai berikut: “Kelalaian pertama adalah ketika para pemimpinnya terlalu mengutamakan Ika dan mengabaikan Bhinneka.”
Berdasarkan kalimat tersebut, saya memperoleh pemahaman bahwa kalimat tersebut memberikan makna “Ika” dengan satu, dan memberikan makna “Bhinneka” dengan berbeda. Mungkin banyak orang akan menanyakan “apanya yang salah?” Saya mencoba memberikan penjelasan untuk meluruskan. Tak satu pun berbalas. Tulisan pertama tanggal 8 Mei 2013, dan tulisan edisi kedua saya upload ke laman pribadi saya pada tanggal 9 Mei 2013.
Baiklah akan saya kutipkan tulisan dari http://www.wikipedia.com. Saya dapat menyimpulkan bahwa “makna Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kata “bhinna” artinya pecah atau berbeda. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari kata Bhinna artinya pecah atau berbeda. Tunggal artinya satu, dan Ika artinya Itu. Tunggal artinya Satu, dan Ika artinya Itu. Singkat kata Bhinneka Tunggal Ika artinya Berbeda Itu Satu Itu. Dalam Bahasa Jawa Ika artinya Iku (http://www.wikipedia.com). Dengan demikian kalimat “Kelalaian pertama adalah ketika para pemimpinnya terlalu mengutamakan Ika dan mengabaikan Bhinneka” adalah salah.
Sumber aslinya berasal dari Kakawin Sutasoma karangan Empu Tantular pada zaman Majapahit. Kakawin ini istimewa karena mengajarkan toleransi antara umat Hindu Siwa dengan umat Buddha. Secara lengkap kakawin tersebut berasal dari pupuh 139, bait 5 , sebagai berikut:
“Rwāneka dhātu winuwus Buddha Wiswa,
Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen,
Mangka ng Jinatwa kalawan Śiwatatwa tunggal,
Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa,”
Terjemahannya sebagai berikut:
“Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.
Mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?
Sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal
Terpecah belahlah itu, tetapi satu jugalah itu. Tidak ada kerancuan dalam kebenaran.”
Inilah pelurusan makna Bhinneka Tunggal Ika yang tertulis dalam buku Mengobarkan Kembali Api Pancasila, buah karya Sayidiman Suryohadiprojo.
Apa hubungannya dengan penumbuhan budi pekerti? Inti kakawin Bhinneka Tunggal Ika karya Sutasoma karangan Empu Tantular pada zaman Majapahit ini adalah budi pekerti toleransi. Penumbuhan budi pekerti toleransi ini tidak dapat dipaksakan, apalagi dengan kekerasan. Prosesnya sudah tentu dengan proses budaya, yakni pembiasaan, melalui proses internalisasi. Lima langkah proses penumbuhan afeksi sampai ke tingkat internalisasi: (1) penerimaan (receiving) sesuatu yang baru, (2) menanggapi (respons) sesutu yang baru, (3) menilai (valuing), (4) mengorganisasi (organization), (5) internalisasi (internalization). Secara akademis ilmiah, proses penerapan konsep yang baru (katakanlah tentang seragam baru), apakah memang perlu diterima dan dilaksanakan secara tulus, proses internalisasi konsep yang baru itu menurut Benjamin S. Bloom tentang taksonomi tujuan pendidikan, khususnya dalam ranah afektif, melakui 5 (lima) langkah sebagai berikut:
1 | Penerimaan
(receiving) |
Mengetahui apa itu toleransi? Apa yang dapat ditoleransi? Akidah atau muamalah?
Menanyakan apakah manfaat toleransi? Lahirlah kemauan untuk memahami toleransi Kesadaran untuk menerima toleransi |
2 | Menanggapi
(responding) |
Menanyakan apa kelebihan toleransi dan intoleransi,
Mempelajari bagaimana melakukan toleransi Bisa menjelaskan pertanyaan tentang toleransi |
3 | Menilai
(valuing) |
Menghargai kelebihan toleransi
Mempunyai inisiatif untuk melaksanakan toleransi dengan berkawan Diskusi secara damai jika terjadi perbedaan pendapat. Menghargai kebenaran toleransi. |
4 | Mengorganisasi
(organization) |
Membandingkan cara-cara yang dilakukan dengan toleran
Menghubungkan cara toleran dalam menjalin komunikasi Menerapkan toleransi |
5 | Internalisasi (internalization) | Menunjukkan kebenaran bahwa toleransi lebih baik dibandingkan dengan cara yang tidak toleran
Dibiasakan (internalisasi) dalam kehidupan Kalau perlu verifikasi atau perubahan jika diketahui ada perbedaan dan pertentangan antara toleransi dengan yang tidak toleran |
Walhasil, inilah hasil penelusuran makna Bhinneka Tunggal Ika, untuk meluruskan isi buku Mengobarkan Kembali Api Pancasila. Inilah proses internalisasi budi pekerti TOLERANSI, sebagai penerapan nilai-nilai Pancasila dasar dan filsafat bangsa Indonesia. Mudah-mudahan ada manfaatnya. Wallahu a’lam. Amin.
*) Laman: http://www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com. Kritik dan saran terhadap tulisan ini disimpan dalam guci emas untuk perbaikan tulisan yang akan datang. Terima kasih.
Depok, 8 Mei 2013.
Diedit kembali, 9 Mei 2013.
Ditulis ulang dengan modifikasi, 3 Februari 2016.