Oleh Supartan *)
Kesalahan-kesalahan penggunaan ejaan Bahasa Indonesia berikut ini masih banyak kita temukan dalam berbagai bentuk lisan maupun tulisan. Tulisan berikut ini merupakan kelanjutan dari tulisan sebelumnya (1). Tulisan ini mudah-mudahan dapat menjadi bahan untuk melakukan revisi dan penyuntingan, bagi para penulis, ter-masuk diri sendiri.
Perlu diketahui bahwa kesalahan tersebut kebanyakan karena pengaruh proses penyerapan kata dari bahasa asing, dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.
Pertama, tidak perlu kata “dari” dan “dari pada”
Kalimat-kalimat Bahasa Indonesia kebanyakan karena pengaruh gaya berbahasa Presiden Suharto (maaf) yang sampai saat ini masih melekat pada para pengguna Bahasa Indonesia sampai saat ini. Kalimat “tujuan dari pada pembangunan” adalah contohnya. Dalam Bahasa Indonesia, kata dari pada seharusnya digunakan untuk menunjukkan perbandingan. Misalnya, mangga ini lebih manis dari pada mangga itu. Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah. Inilah penggunaan kata dari pada yang tepat. Jika tidak untuk membandingkan, kata dari pada tidak perlu digunakan dalam Bahasa Indonesia. Misalnya:
- Bangsa Indonesia harus bekerja lebih keras untuk mencapai tujuan “dari pada” pembangunan nasional yang sudah dicanangkan. Kata “dari pada” dalam kalimat ini tidak perlu digunakan, karena kalimat tersebut bukan untuk membandingkan.
- “Terima kasih. Anda telah naik pesawat Garuda Indonesia, anggota dari” Seharusnya, kata “dari” digunakan untuk menunjukkan asal, misalnya saya dari Trenggalek. Artinya, saya berasal dari Trenggalek. Memang kalimat yang sering diucapkan pilot Garuda Indonesia tersebut diterjemahkan dari “Garuda Indonesia is the member of Skyping.” Dalam Bahasa Inggris penggunaan “of” memang benar sebagai “function word.” Tetapi dalam Bahasa Indonesia kata “of” tida.k perlu diterjemahkan menjadi “dari.”
Kedua, kukan “propinsi” tetapi “provinsi”
Kita sering membaca advertensi jalanan sebagai berikut. Rumah ini di jual. Kalimat ini salah, karena di sama sekali bukan sebagai awalan, melainkan sebagai kata depan. Dengan demikian, penulisannya harus dipisahkan. Sementara kata di jual harus ditulis menjadi satu kata dijual, bukan di jual, karena kata dijual bukan menunjukkan tepat. Kata di, ke, dari, ditulis secara terpisah dengan kata dasarnya.
Ketiga, para, seluruh, banyak, dan sejenisnya
Kata ulang “bapak-bapak” dikenal sebagai kata ulang untuk menunjukkan jamak. Untuk menyebut makna jamak, bisasanya kita menggunakan kata para, seluruh, banyak, dan sejenisnya. Penggunaan kata-kata tersebut tidak perlu digabung dengan kata ulang tersebut. Misalnya, para bapak-bapak, para ibu-ibu, seluruh bapak-bapak, banyak bapak-bapak, dan sebagainya. Kita cukup menggunakan para bapak, para ibu, semua bapak, banyak bapak, dan banyak ibu yang telah hadir dalam pertemuan ini.
Keempat, bukan diproklamirkan tetapi diproklamasikan
Kata diproklamirkan memang pernah diucapkan oleh Bung Karno. Pada saat itu penggunaan kata itu memang benar, karena pengaruh dari Bahasa Belanda. Negara RI yang diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 adalah negara yang subur makmur. Pada saat ini, setelah berlakunya EYD, kalimat tersebut harus diungkapkan menjadi “Negara RI diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945” karena pengaruh Bahasa Inggris. Indonesia dan Malaysia berbeda dalam mengadopsi Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Malaysia. Malaysia memilih “universiti,” sedang Indonesia memilih “universitas.”
Kelima, bukan efektifitas tetapi efektivitas
Terkait dengan pengaruh Bahasa Inggris terhadap Bahasa Indonesia tersebut, sering orang menulis efektifitas. Tulisan ini salah, karena kata dasar, karena mengikuti kaidah efektif (kata sifat). Tetapi kata kata efektifitas menjadi salah karena kata itu sebagai kata benda “effectivity” yang perubahannya ke dalam Bahasa Indonesia menjadi “efektivitas”.
Keenam, bukan kuwalitas tetapi kualitas, sebaliknya bukan jadual tetapi jadwal
Terkait dengan penyerapan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia memang susah-sudah gampang. Quality diserap menjadi kualitas. Effectivity diserap menjadi efektivitas. Tetapi kata effective diserap menjadi efektif. Namun karena dikira kata jadwal merupakan kata serapan dari Bahasa Inggris, maka kata itu sering ditulis menjadi “jadual.” Padahal seharusnya tetap ditulis “jadwal”.
Ketujuh, nama Mustofik Slamet, S.E., M.A. bukan Mustofik Slamet, SE, MA
Penulisan nama termasuk yang sering salah. Mustofik Slamet, SE masih sering kita jumpai. Seharusnya Mustofik, S.E. Bahkan saya sering disanjung oleh dosen Bahasa Indonesia, karena saya selalu benar dalam menulis nama dalam buku yang baru saja terbut. Menulis Drs. Suparlan, M.Ed. adalah penulisan yang benar.
Kedelapan, bukan Kompas TV, tetapi TV Kompas
Pengucapan Kompas TV, sebenarnya juga salah, karena seharusnya TV Kompas. Demikian kata Dr. Lumban Batu, dosen Bahasa Indonesia, seorang dosen Bahasa Indonesia. Beliau sering menunjukkan beberapa kesalahan dalam menggunakan Bahasa Indonesia, dan hal itu sebenarnya karena contoh dari media sosial. Bahkan membacanya pun sering keinggrisan. Kata “teve” sering diucapkan “tivi”. Wallahu alam bishawab.
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com.
Depok, Jakarta, 26 Juni 2015.
1 Komentar. Leave new
Membantuu :))