1. Jika kita mau membanding-bandingkan, katakan, antara Indonesia dan Korea, maka konon etos kerja orang Korea lebih tinggi dibandingkan dengan Indonesia. Oleh karena itu, maka pantas kalau Korea sudah mengirimkan pasukan bolanya ke Piala Dunia, sementara kita belum, walaupun dahulu pasukan Ramang pernah menghadapi Rusia dalam urusan bola.
2. Baiklah kembali ke soal etos kerja. Etos kerja artinya semangat kerja, atau ghirah dalam hal kerja, termasuk disiplin kerja dan motivasi kerja. Dalam kehidupan ini, hasil kerja atau produktivitas kerja sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya etos kerjanya. Dengan kata lain, tinggi rendahnya produktivitas kerja masyaraka dan negara ditentukan oleh tinggi rendahnya etos kerja warga negaranya.
3. Etos kerja kita sesungguhnya ada di mana? Kalau bicara obyektif, etos kerja manusia Indonesia sesungguhnya dapat kita dilihat di mana-mana, yang sesungguhnya mempunyai potensi yang luar biasa tinggi. Di mana kita dapat melihat etos kerja tersebut? Berikut ini adalah contohnya.
4. Pertama, etos kerja sebenarnya telah ada di dapur kita sendiri. Coba bayangkan, kerja keras istri kita. Mulai setelah subuh sampai ke subuh berikutnya. Istri kita telah bekerja keras untuk seluruh anggota keluarganya, untuk menyiapkan kebutuhan makanan dan gizi seluruh keluarga kita. Bayangkan, dengan uang Rp5.000,00, istri kita dapat menggunakannya untuk membeli setangkai sayur, sepotong ikan, sebutir buah, dan tentu saja segelas beras untuk nasinya. Berbeda dengan sang ayah, yang belum tentu dapat bekerja sama dengan istrinya. Ada ayah yang hanya sibuk dengan sepotong rokok yang dihisapnya sambil bengong menunggu masaknya nasi yang disediakan sang istri. Hal ini perlu menjadi pelajaran bagi para bapak, yang sebenarnya harus dapat bekerja sama membantu ibu dari anak-anak kita. Gambaran ini sebenarnya telah menunjukkan betapa tingginya etos kerja istri kita.
5. Kedua, etos kerja sebenarnya bukan hanya pada istri kita. Etos kerja sebenarnya juga ada pada diri bapak-bapak dan para pemudanya. Ada bapak-bapak dan para pemuda kita yang sejak pagi-pagi hari selepas subuh sudah harus siap berangkat kerja sejak berangkat dengan mengucapkan “bimillahitawakaltu lahaulla walla kuwatta ilabilllahillah” menuju tempat kerjanya, untuk mencari “sesuap nasi segenggam berlian” heee. Banyak para bapak yang berangkat kerja dengan P4 (pergi pagi pulang petang), dan bahkan ada yang dengan P7 (pergi pagi pulang petang, penghasilan pas pasan) menuju tempat tugasnya untuk melaksanakan kewajiban kerjanya. Setelah subuh saya selalu mengamati hiruk pikuk aktivitas berangkat kerja di pagi hari. Di dalam angkot (angkutan kota) dan bus kota, serta kendaraan jemputan betapa sibuk para pekerja yang berangkat kerja untuk memenuhi ketentuan jam kerja. Banyak para bapak yang naik sepeda motor dari rumahnya menuju kantornya yang jauh di kawasan Kemayoran (entah berapa km). Kebetulan seorang tetangga yang tinggal di Depok yang secara kebetulan bertemu di jalan sewaktu pulan ke rumah dari kerja. Saya diajak mbonceng sepeda motornya ke rumah. Trims.
6. Ketiga, etos kerja juga dapat saya lihat di beberapa tempat. Setiap hari, beberapa orang pemulung melintas di depan rumah. Bahkan ada anak-anak usia sekolah yang terpaksa menjadi pemulung dengan etos yang cukup tinggi. Para pemulung ini memanggul karung yang berisi aneka ragam barang yang berhasil dipungut di tempat-tempat sampah yang dilaluinya. Mereka sebenarnya para pekerja dengan etos kerja yang tinggi. Sesungguhnya, mereka ikut mengurangi menumpuknya sampah di suatu daerah. Sayangnya, ada saja perilaku pemulung yang mencemarkan nama baik pemulung yang lain, karena telah mencuri tong tempat sampah. Suatu saat, entah kapan, para pemulung ini dapat membentuk paguyuban, agar pekerjaannya dapat menjadi daya tawar yang lebih tinggi untuk ikut menjaga kebersihan lingkungan.
7. Keempat, etos kerja juga dapat saya lihat dilakukan oleh para tukang sapu di jalan yang sudah mulai bekerja selepas subuh. Saya melihat beberapa orang penyapu jalan di jalan sekeliling Gedung Istana Bogor saat jalan kaki di sekeliling istana itu. Dengan berbaju oranye dan sebatang sapu di tangannya, mereka menyapu sampah di jalan untuk dikumpulkan di kantong plastik dan dikumpulkan di tempat pembuangan akhir sampah. Mereka adalah pekerja yang rajin dengan etos kerja yang tinggi. Sama dengan sikap para pemulung yang dijelaskan, para penyapu jalan pun ada juga yang tidak iklas kerjanya. Konon ada penyapu yang membuang kembali sampahnya berulang kali di jalan, disapu lagi, demikian seterusnya dengan maksud ada orang yang mengasihani dengan memberinya sejumlah uang tambahan.
8. Akhirnya, para pekerja di negeri ini sesungguhnya adalah pekerja yang cukup ulet, pekerja rajin, dengan etos kerja yang tinggi. Setiap orang memiliki nilai tersendiri berdasarkan jenis pekerjaannya, mulai dari niat yang ikhlas untuk bekerja dan etos kerja yang dimiliki.
9. Di negeri tercinta Indonesia ini, kita berharap mudah-mudahan dunia kerja memperoleh perhatian yang perhatian secara adil dan beradap, dengan memperhatikan berbagai bidang dan jenis pekerjaan dengan standar upah kerja yang manusiawi.
Depok, 7 Juli 2014.