ArtikelBudayaPendidikan

Menebak Kecerdasan

290 views
1 Komentar

Oleh: Suparlan *)

Kata menebak memang tidak terlalu pas. Karena dalam tulisan ini bukan hanya asal menebak. Tebakan yang dilakukan bukan hanya perkiraan. Tapi menggunakan dasar teori yang sudah sahih, yakni Dual Brain Development. Jadi istilah yang lebih tepat adalah analisis kecerdasan. Bukan asal mengatakan, seperti makin panjang jenggot makin goblok. Makin panjang jenggot makin dedel. Maaf, wallahu alam bishawab. Menurut saya ini tidak ada landasan teorinya, terutama dari ilmu kauniyah.

Pengalaman

Meskipun tidak menggunakan penelitian yang scientific, saya mempunyai beberapa pengalaman dalam menebak kecerdasan. Suatu saat saya bertugas ke Bengkulu. Saya bertemu beberapa orang mahasiswa, laki-laki dan perempuan, di kantin Bandara Fatmawati Sukarno. Secara spontan saya memanggil mereka. Come here, saya lihat gayanya mahasiswa. I want to show you. I think this is very important for you. Boleh saya menebak kecerdasan Anda? OK pak, jawabya tak kurang spontannya. Lakukan cara begini. Saya menunjukkan tangan dengan saling menggabungkan jari-jari kedua tangannya seperti gambar berikut. Dengan memperhatikan jempol jarinya, saya akan dapat menebak kecerdasan dengan dual brain development. Jika jempol kanannya di atas, maka potensi kecerdasannya adalah otak kiri atau matematis. Jika sebaliknya, maka secara garis besar potensi kecerdasannya adalah otak kanan atau non matematis. Dengan demikian sekelompok mahasiswa di Bengkulu tadi dengan cepat saya tebak kecerdasannya. Yes, you are mathematic. Selanjutnya no, you are non-mathematic. Demikian seterusnya. Mereka semua bengong. Kok bisa pak? Kembali saya tanyakan ada yang tidak cocok? Apakah semua benar? Mereka semua mengangguk. Tidak seorang pun mahasiswa yang menolak tebakan kecerdasan tersebut. Dari mana bapak tahu? Dari jempol Anda. Bila jempol kiri di atas, Anda adalah non-matematis. Sebaliknya jika jempol kanan yang di atas, maka Anda adalah matematis. Ada syarat yang penting. Posisi tangan Anda tersebut harus yang enak. Tidak dipaksa.

Sumber: www.google.com

Cara menebak keserdasan tersebut sangat sederhana. Kita dapat mengetahui kecerdasan anak sejak dini. Ini penting! Setidaknya untuk mengarahkan anak-anak tentang jurusan apa yang cocok dengan potensi kecerdasan anak kelak ketika dewasa.
Adakah ciri-ciri dan perbedaan kedua kecerdasan tersebut? Teori dual brain development sebagai berikut:

Teori bisa meleset. Yang menentukan usaha Anda

Memang, saya mempunyai sedikit pengalaman negatif. Saya menebak seorang Afganistan di Bandara Sukarno Hatta setelah berbincang beberapa hal tentang masing-masing negara. “May I want to show you some things? Yes, sure. Please do like this. Saya minta beliau melakukan menyatukan kedua tangannya seperti gambar di atas. Dan dengan cepat saya mengatakan “Yes, you are non-mathematic”. No! I am engineer. Balasnya lebih cepat. Excuse me see sir. Saya tidak dapat menjelaskannya tentang mengapa saya menebaknya sebagai non-mathematic. Itulah sebuah teori. Pasti yang Maha Tahu adalah Allah. Saya hanya tahus sedikit tentang ilmu kauniyah. Saya berpisah karena panggilan pesawat sudah diumumkan. Beliau seorang insinyur, saya hanyalah mantan seorang guru. Semua teori pasti ada melesetnya. Namanya teori buatan manusia. Namanya ilmu kuniyah. Tetapi manusia tetap harus berusaha. Allah jugalah yang menentukan. Jempol kanan dan kiri belum tentu pas untuk menentukan kecerdasan. Dengan Multiple Intelligence karya Howard Gardner sekali pun. Apalagi hanya dengan panjang pendeknya jenggot. Heee. Semua peristiwa ada hikmahnya. Kita dapat memetik hikmah tersebut. Amin.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: [email protected].

Depok, 11 Oktober 2015.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses

Popular Posts

Other Posts