Artikel

Usia Keemasan (The Golden Ages) dan Generasi Emas

307 views
2 Komentar

***

Anak-anakmu akan melihat siapa dirimu melalui tingkah lakumu daripada nasehatmu
(Wayne Dyer)
Puji anak anda secara terbuka, kritik mereka secara diam-diam
(Anoname)
Anak-anak bagaikan semen basah. Apapun yang jatuh kepadanya akan meninggalkan sebuah jejak
(Dr. Haim Ginott)
Anak-anak memang tidak begitu baik dalam mendengar nasehat orang tua mereka, tapi mereka tidak pernah gagal dalam meniru mereka
James Arthur Baldwin)

***

Kehidupan manusia merupakan proses panjang pergantian dari generasi ke generasi yang tidak pernah berhenti sampai di akhir masa nanti. Oleh karena itu, kita harus memandang anak-anak, cucu-cucu, dan cicit kita sebagai bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan kita yang panjang kehidupan itu. Dengan kata lain, kehidupan merupakan satu siklus panjang kehidupan yang senantiasa berupah. Tidak ada yang tidak berubah di dunia ini, kecuali kata perubahan itu sendiri. Masing-masing kita menjadi aktor perubahan itu sendiri, baik sebagai aktor sebagai pemenang (orang yang menang) maupun sebagai aktor pecundangnya (orang yang kalah). Kita sendiri yang telah memilihnya,dan kita sendiri pulalah yang telah mengukir jalan kehidupan itu, melalui lorong panjang untuk menggapai sinar terang kehidupan di ujung lorong kehidupan itu.“Allah Swt tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika kaum itu sendiri tidak akan mengubahnya”.

Kehidupan itu laksana naik sepeda, jika roda sepeda berhenti tidak berputar, maka akan segera berhentilah hidup manusia, karena roda sepeda telah kehilangan keseimbangannya. Oleh karena itu, untuk dapat mempertahankan kehidupannya, manusia harus terus bergerak dan terus bergerak.

Tujuan hidup manusia tidak lain adalah kebahagiaan hidup di dunia dan di akherat. Happiness is the meaning and the purpuse of life, the whole aim and end of human existence
(Aristoteles). Kebahagiaan adalah makna dan hakikat kehidupan, keseluruhan tujuan dan keberadaan kemanusiaan.

Usia Keemasan (The Golden Ages)

Untuk memahami proses panjang dalam kehidupan di dunia ini, dari lahir sampai dengan hari akhir untuk berbakti kepada Allah Swt, manusia melalui satu fase usia keemasan (the golden ages) yakni usia antara 0 – 5 tahun. Usia ini merupakan usia yang mengalami perkembangan intelegensi yang paling optimal. Pada usia inilah anak-anak mengalami proses perkembangan intelegensi yang paling tinggi. Oleh karena itu usia keemasan adalah modal yang tak ternilai harganya untuk membina anak-anak bangsa. Dalam masa usia keemasan ini, anak-anak kita memasuki dunia pendidikan yang dikenal dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yang meliputi 1) Taman Penitipan Anak (TPA), 2) Kelompok Bermain (Play Group) antara 2 s.d 4 tahun, dan Taman Kakak-Kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) antara 4/5 s.d 6/7 tahun. Mengapa usia-usia tersebut dikenal sebagai usia keemasan? Usia tersebut menjadi usia yang paling optimal untuk mendidik semua tipe kecerdasannya. Semua kecerdasan? Ya, karena konsep kecerdasan manusia menurut Howard Gardner dalam bukunya Multiple Intelligences (Suparlan, Mencerdaskan Kehidupan Bangas: Dari Konsepsi Sampai dengan Implementasi, Yogyakarta: Hikayat Publishing, hal. 38) meliputi delapan kecerdasan, meliputi:
1. Kecerdasan Spatial atau kecerdasan visual, yakni kemampuan untuk mengenal gambar;
2. Keerdasan Linguistik, yakni kemampuan untuk menggunakan bahasa;
3. Kecerdasan Inerpersonal, kemampuan untuk berkomunikasi dengan sesama manusia;
4. Kecerdasan Music yakni kecerdasan dalam mencipta dan menyanyikan lagu dan irama;
5. Kecerdasan Naturalistic, merupakan kecerdasan dalam mencintai alam, baik binatang maupun tumbih-tumbuhan;
6. Kecerdasan Bodily Kinestetics atau kemampan ragawi, merupakan kemampuan untuk memfungsikan gerak fisik, baik tangan maupun kaki, dan organi tubuh lainnya;
7. Kecerdasan Intrapersonal, yakni kemampuan melakukan evaluasi diri atau melakukan evaluasi terhadap diri sendiri.
8. Kecerdasan Logical Mathematics, yakni kemampuan dalam mengoperasikan angka-angka dan kemampuan berfikir kritis dan analisitis.

Dalam usia keemasan tersebut, anak-anak harus diberikan bimbingan dan latihan untuk menguasai kedelapan depalan tipe kacerdasan tersebut secara menyeluruh, bukan sebagian-sebagian saja, karena ke delapan kecerdasan tersebut saling kait mengait satu dengan yang lainnya. Dalam Kurikulum 2013, kedelapan tipe kecerdasan tersebut dapat dijelaskan dalam tiga kecerdasan secara komprehensif, yang meliputi:
1. Sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial; atau olah hati;
2. Pengetahuan, atau kecerdasan tentang olah pikir;
3. Keterampilan. atau kecerdasan dalam olah tangan dan fisik lainnya.

Dalam istilah lain, ketiga tipe kecerdasan tersebut dikenal juga dengan istilah 3 Hs (heart, head, and hand) atau hati, kepala, dan tangan.

Kedelapan tipe kecerdasan tersebut dapat dibedakan menjadi beberapa kecerdasan, yang kita kenal seagai kecerdasan komprehensif sebagai berikut:
1. Kecerdasan spiritual;
2. Kecerdasan sosial;
3. Kecerdasan emosional;
4. Kecerdasan spiritul; dan
5. Kecerdasan intelektual.

Yang penting, pemahaman kita tentang kecerdasan bukan hanya sebatas dengan keverdasan intelektual, atau kecerdasan tentang otak kiri, namun yang lebih penting juga kecer

Berbagahagialah kita, ketika memasuki massa yang dikenal sebagai masa keemasan tersebut kita telah memperoleh bekal yang cukup tentang delapan tipe kecerdasan tersebut, atau telah memiliki tiga ranah kemampuan tujuan pendidikan tersebut. Delapan tipe kecerdasan atau tiga ranah tujuan pendidikan tersebut merupakan modal dasar untuk mengembangkan manusia Indonesia melalui tiga jenjang pendidikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs), pendidikan menengah (SMA/MA/SMK), dan pendidikan tinggi.

Generasi Emas

Negeri kita termasuk menjadi lima negara terbesar jumlah penduduknya di dunia (RRC, Amerika Serikat, Rusia, India, dan Indonesia). Jumlah penduduk yang besar tersebut justru akan menjadi beban negara yang berat jika kualitasnya masih rendah. Untuk meningkatkan kualitas yang masih rendah tersebut, satu-satunya jalan yang harus ditempuh adalah melalui pendidikan yang berkualitas.

Negara kita akan mencapai usia 100 tahun pada tahun 2045. Generasi penduduk Indonesia pada tahun 2045 inilah yang kita kenal dengan generasi emas. Generasi emas tersebut adalah penduduk usia produktif, yang secara statistik berusia antara umur 35 – 44 tahun dan usia 45 – 54 tahun. Usia terseut adalah usia produktif potensial, yakni sebagai tenaga kerja produktif, mulai sebagai tenaga kerja produktif sampai tenaga yang menduduki manajer sampai dengan leadership yang akan menjadi pemimpin di negeri ini. Penduduk usia 35 – 44 tahun dan 45 – 54 tahun tersebut dewasa ini masih sebagai anak-anak bangsa dalam usia 0 – 9 tahun dan 10 – 15 tahun. Jumlah anak usia 0 – 9 tahun tersebut saat ini adalah berjumlah 43,55 juta orang. Sedang jumlah anak usia 10 – 15 tahunnya berjumlah 45.93 juta. Mereka adalah penduduk usia sekolah pada jenjang PAUD, jenjang pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah. Itulah sebabnya, penerapan Kurikulum 2013 untuk jenjang pendidikan Dasar dan Menengah menjadi penting karena akan menghasilkan calon-calon pekerja potensial dan bahkan adalah calon-calon pemimpin masa depan generasi emas Indonesia.

Refleksi

Alfin Tofler mengatakan bahwa salah satu ciri manusia modern dalam era teknologi dan informasi pada abad XXI adalah manusia yang membuat rencana. Untuk merencanakan masa depan generasi emas Indonesia pada tahun 2045 yang cerdas. Indonesia harus membuat rencana besar tentang pendidikan yang berkualitas untuk anak-anak bangsa pada saat ini, yakni merencanakan masa depan pendidikan agar dapat mencapai empat tujuan pendidikan nasional, yakni manusia yang memiliki kecerdasan komprehensif, yakni dalam ranah SIKAP SPIRITUAL, SIKAP SOSOAL, PENGETAHUAN, dan KTERAMPILAN, yang tidak lain adalah penjabaran dari amanat tujuan negara MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA dalam Pembukaan UUD 1945. Amin.

Depok, 29 Juni 2014.

Referensi:
Paparan Penerapan Kurikulum 2013, disampaikan oleh Dr. Cipto Sumadi, Ketua Unit Implementasi Kurikulum 2013, dalam acara Workshop Bantuan Sosial Komite Sekolah di Hotel Permata Bogor, tanggal 22 Mei – 24 Mei 2014, tanggal 26 Mei – 28 Mei 2014, 9 Juni – 11 Juni 2014, dan 12 Juni -14 Juni 2014.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

2 Komentar. Leave new

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Artikel, Pendidikan

Salah

Oleh: Suparlan *) Belajar itu di mana saja, kapan saja, dan dengan siapa saja. Pagi-pagi buta saya telah…
Artikel

Mendidik Diri Sendiri

Oleh: Suparlan *)  Alhamdulillah. Awal tahun 2016 ini usia memang bertambah. Tetapi pada hakikatnya, jatah hidup kita sesungguhnya…