ArtikelBudayaLingkungan Hidup

Bronjong Bambu

244 views
Tidak ada komentar

Aku lebih suka memimpikan masa depan,dari pada mengingat sejarah masa lalu

(Albert Einstein)

You are never too old to set another goal or to dream a new dream. Anda tidak pernah terlalu tua untuk merancang tujuan yang lain atau untuk memimpikan satu impian yang baru

(C.S. Lewis)

There is only one thing that makes a dream impossible to achieve: the fear of failure. Hanya ada satu hal yang membuat satu impian tak mungkin untuk dicapai: ketakutan akan kegagalan

(Paulo Coelho)

The future belongs to those who believe in the beauty of their dreams. Masa depan milik mereka yang percaya dalam keindahan impian-impiannya

(Eleanor Roosevelt)

***

Sebelum memulai menulis artikel ini, saya mencoba membuka internet untuk mencari istilah “bronjong” dalam khasanah kosa kata Bahasa Indonesia. Eh…., ternyata berkat bantuan Paman Google, istilah itu dapat ditemukan. Bahkan fotonya pun dapat dikopi, untuk ilustrasi artikel ini. Alhamdulillah.

Pikiran tentang “bronjong” itu muncul dalam benak saya ketika saya diajak pergi ke kawasan Sentul dalam acara rekreasi akhir tahun 2012 yang lalu. Menantu, anak, dan cucu-cucu saya membawa saya ke kawasan yang sedang berkembang pesat dengan berbagai proyek pembangunannya. Salah satu kawasan itu adalah Pasar Terapung, satu kawasan rekreasi sungai sekaligus kafe-kafe yang dibangun di pinggir sungai. Memang kreatif sekali orang Indonesia itu! Dengan menggunakan bronjong kawat di kiri kanan sungai, daerah itu telah disulap menjadi daerah rekreasi yang indah. Sungainya sedikit dibendung dengan bronjong kawat, dan jadilah bendungan kecil yang dipakai untuk berlalu lalang naik perahu kayu. Saya bersama menantu, anak, dan cucu ikut menikmati nikmatnya naik perahu hanya dengan biaya Rp50 ribu. Allahu akbar! Kreativitas dapat menciptakan lapangan kerja bagi banyak orang di kawasan yang sebelumnya tidak memiliki nilai ekonomis itu.

Kembali ke istilah “bronjong”, saya mengenalnya pertama kali dari almarhum kakek saya, Amat Salim. Kakek saya adalah Kamituwo Dukuh Tawing, Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek. Kalau kakek saya sedang meninjau ada dam pengairan yang jebol, saya sering ikut, dan lama-kelamaan tahu istilah-istilah atau nama-nama seperti dam, galengan, bronjong, dan sebagainya. Kecintaan saya kepada alam dan tanaman, saya pikir-pikir ternyata berasal dari kakek saya itu yang sering mengajak saya pergi ke sawah, iring-iring (sebutan untuk ladang kering milik kakek saya).

Inilah foto bronjong kawat, entah di mana, yang saya kopi dari www.google.com, yang telah menjadi inspirasi bagi saya untuk membuat semacam itu untuk mencoba memacahkan masalah yang terjadi di dusun tempat kelahiran saya, tempat tinggal kakek saya.

bronjong-kawat

Sumber: www.google.com

Dan foto berikut ini adalah danau kecil tempat rekreasi perahu kayu Pasar Apung di kawasan Sentul itu.

ahpoong

Sumber: www.google.com

ahpoong2

Masalah Masyarakat Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek

Masalah yang ada di depan mata yang dihadapi oleh masyarakat Dukuh Tawing, Desa Tawing, Kecamatan Munjungan, Kabupaten Trenggalek, adalah adanya sungai yang selalu berpindah-pindah karena banjir. Masalah ini menyebabkan kawasan pemukiman penduduk terancam hancur karena banjir, dan bahkan juga mengancam gedung sekolah dan lapangan sepak bola di kawasan itu. Tidakkah sungai itu dapat kita kelola dengan usaha tertentu untuk mengendalikan perpidahan sungai? Untuk ini diperlukan, kalau bukan bronjong kawat karena lebih mahal, sudah tentu dapat dengan menggunakan bronjong bambu. Hutan bambu perlu dimanfaatkan untuk mengatasi masalah di desa ini. Mudah-mudahan.

Upaya Pemecahannya

Masalah inilah yang diharapkan dapat dipecahkan dengan membangun “bronjong bambu” di tepian sungai. Memang tidak semua tepi sungai yang harus dibangun “bronjong bambu”. Yang paling mendesak adalah yang secara langsung berhadapan dengan kawasan pemukiman penduduk. Kawasan tepi sungai kurang lebih sepanjang satu km itu dibangun dengan bronjong bambu buatan masyarakat setempat. Tentu saja dimulai dari upaya untuk membangkitkan prakarsa masyarakat. Warga masyarakat banyak yang memiliki kebun bambu. Memang, bronjong kawat jauh lebih kuat. Tetapi “bronjong bambu” merupakan modal awal yang harus dimanfaatkan untuk membangkitkan prakarsa masyarakat itu. Jika sudah mulai berjalan, di tengah perjalanan, kemudian dapat dibantu oleh bantuan sosial dari perusahaan, atau juga dari pemerintah daerah melalui APBD. Inilah angan-angan awal pembangunan “bronjong bambu” ini. Jika anggarannya memadai penggunaan bronjong kawat pun dapat saja dilakukan untuk pinggiran sungai yang lebih panjang,. Namun sebagai langkah awal, pembuatan “bronjong bambu” oleh warga masyaraat sangat dimungkinkan, dan harus dilakukan, sekali lagi sebagai modal awal untuk memulai pekerjaan yang besar ini. Pembangunan “bronjong bambu” menjadi impian besar yang berasal dari inspirasi Pasar Apoong yang ada di kawasan Sentul.

Prospek Masa Depan

Di masa depan, kita berharap mudah-mudahan daerah “bronjong bambu” itu nanti akan dapat berkembang menjadi tempat berkumpulnya masyarakat, dan dengan demikian mempunyai prospek menjadi pasar rakyat, sebagai wahana untuk mengembangkan ekonomi masyarakat. Siapa tahu? Impian mudah-mudahan dapat menjadi kenyataan. Mudah-mudahan tulisan singkat ini bermanfaat. Amin.

Depok, 8 Januari 2013.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Buku

Bahtera Keluarga

Buku ini menjelaskan tentang keluarga sebagai fondasi masyarakat. BAHTERA yang…