Experts tell us that 90% of all brain development occurs by the age of five.
Para ahli mengatakan bahwa 90% dari semua perkembangan otak terjadi pada usia lima tahun
(Robert. L. Ehrlich)It is easier to build strong children than to repair broken men
Lebih mudah membangun anak yang kuat daripada memperbaiki pria yang sudah rusak
(Frederick Douglass)
Alhamdulillah, saya sudah mempunyai tiga cucu dari dua anakku, dari yang pertama saya mempunyai satu cucu, dan dari yang kedua telah memberi saya dengan dua cucu. Ketiga cucuku itu semua laki-laki. Sementara anak yang ketiga, masih belum nikah, karena dia masih sedang belajar kerja. Ketiga cucuku itu, alhamdulillah semuanya sehat-sehat, dan yang juga cerdas dan lucu-lucu. Cerdas bukan hanya dalam aspek intelektualnya, tetapi juga aspek yang lainnya.
Tulisan singkat ini disusun sebagai satu ekspresi kebahagiaan saya karena ketiga cucu yang cerdas dan lucu-lucu. Menjadi MC (momong cucu) bagi saya menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sekali lagi, dan tidak bosan-bosannya saya mengucapkan alhamdulillahirrabil ‘alamin. Itulah rahmat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang. Doa sehabis salat, mudah-mudahan Allah menunjukkan jalan yang benar dan lurus, serta melindungi saya dan keluarga saya dari godaan setan yang terkutuk, alhamdulillah telah dikabulkan-Nya. Rahmat dan hidadyah Allah SWT telah tercurahkan bagi saya dan keluarga. Tulisan ini untuk berbagai kebahagiaan itu. Inilah sedikit cerita tentang cucu-cucuku itu.
Cucu Pertama
Cucuku pertama diberi nama oleh ayahnya Fazla Athaya Prabudi. Dia biasa dipanggil Acha. Kecerdasan intelektualnya sangat tinggi. Ketika setiap kali turun sepuluh tangga dari lantai atas ke lantai bawah saya menghitungnya dalam bahasa Inggris dari “one sampai ten”, ternyata tidak berapa lama dia telah dapat secara lancar menirukannya. Bahkan kemudian telah dapat melanjutkan sampai angka seratus. Belum sampai usia enam tahun, dia sudah hampir lancar menghitung sampai angka seratus dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Dengan demikian, kecerdasan dalam bidang bahasa dapat saya katakan sangat tinggi. Bahkan sebelum menamatkan TK, dia juga sudah bisa membaca. Setiap ada kalimat yang tertulis di papan, atau di layar televisi, dia membacanya dengan lancar. Inilah dia cucu pertama.
Ketika terjatuh saat main sepeda, dari jauh saya amati dia agak ketakutan kalau dimarahi ayahnya. Dengan cepat dia saya beri motivasi. “Tidak apa-apa”, demikian bujuk saya kepadanya. Saya segera mengambil beberapa pucuk daun sambiloto, kemudian saya kunyah dan segera saya oleskan di sedikit luka yang ada di lututnya. “Tidak apa-apa, sebentar lagi sembuh”, bujukku. Kemudian ia segera lari bersama temannya. Setelah itu, dia malah mengatakan kepada ibunya bahwa sedikit luka di lututnya sudah kering, sambil berlari ke arah kawan-kawannya untuk bermain sepak bola. Dengan demikian, kecerdasan kinestetiknya dapat saya katakan sangat baik.
Cucu Kedua
Tidak seperti ibunya yang kulitnya coklat, cucuku kedua ini kulitnya kuning seperti ayahnya. Ayahnya memberi nama Athar Arsalan Prabudi. Dipanggil dengan nama Athar. Kecerdasan kinestetiknya cukup menonjol. Ketika kakungnya sedang membersihkan sampah dan menggunting-gunting dedaunan yang mengering, maka dia pun minta segera diberikan gunting kecil untuk melakukan hal yang sama dengan kakungnya. Inilah cucu kedua bersama dengan Ibunya.
Ketika sedang bermain di rumah kakeknya, yang diminta adalah kertas yang tidak terpakai, dan segera pula minta spidol dan juga gunting kecil. Setelah menggambar beberapa bentuk seperti segitiga, persegi empat, lingkaran besar dan lingkaran kecil, dia pun mengguntingnya sesuai dengan bentuk yang telah digambarnya itu. Dengan demikian, selain kecerdasan kinestetik (badaniah), kecerdasan spasialnya pun juga tergolong cukup tinggi. Bahkan ketika bersama eyangnya (nenek), dia pun tidak malu-malu menyanyi nyanyian yang telah diberikan oleh Bu Gurunya di TK Kecil. Meski pengucapan dalam bernyanyi masih belum begitu jelas, tampak bahwa kecerdasan dalam bidang bahasa dan musik pun dapat dikatakan tinggi.
Jika ayah ibunya mengajak untuk menginap di rumah kakungnya, dia pun menuntut agar kakung dan eyangnya menginap pula di rumahnya. Ketika kakung dan eyangnya telah menginap di rumahnya, apa yang dilakukan kakungnya pun dia lakukan pula. Ketika kakungnya memberishkan pot-pot bunga yang ditumbuhi rerumputan, dia pun melakukan hal yang sama. Dia minta pot kecil, dan saya pun segera memberinya pot kecil dari plastik, dan segeralah dia mengisinya dengan tanah. Tanpa ada yang menyuruh, dia pun telah mengambil buah kenari yang kemerah-merahan di depan rumah. Buah kenari kecil dan merang itu pun ditanam di sebuah pot yang telah diisi tanah tersebut. Dengan demikian, kecerdasan naturalisnya tampak cukup tinggi.
Cucu Ketiga
Cucuku ketiga diberi nama oleh ayahnya dengan Raffi Danuparta. Dipanggil dengan Raffi. Ekspresi wajahnya penuh dengan senyum dan tawa. Wajahnya persis dengan wajah ayahnya ketika kecil. Kecerdasan interpersonalnya sangat tinggi. Meski agak sedikit lama tidak bertemu dengan kakung dan eyangnya, karena memang tinggal di rumah besan, ketika berjumpa dengan kakung dan eyangnya, ketika hendak digendong, segeralah nempel ke kakung atau eyangnya. Ketika ditanya tentang nama-nama yang pernah dikenal, misalnya “kenapa kakungnya tidak dipanggil?”, maka ia langsung ia mengucapkan dengan keras “kakung!!”. Ketika ditanyakan “kenapa eyang tidak dipanggil?, segeralah ia mengucapkan dengan keras “eyang!!:. Bahkan Omnya Trias tidak dipanggil, maka segera menngucapkan “iyasss”. Dengan demikian, kecerdasan interpersonalnya mulai berkembang. Cucu yang baru berumur dua tahun ini pun sudah mulai bisa belajar bernyanyi. Nyanyian “cecak-cecak di dinding” pun sudah mulai dilantunkan meski masih menggunakan kata-kata yang terbata-bata. Inilah cucu ketiga, bersama kakungnya.
Ketika suatu waktu saya ajak jalan-jalan di kompleks perumahan, dan kemudian saya ajak melihat alat ayunan yang ada di taman, maka dia pun minta agar dinaikkan ke atas ayunan itu, dan mulailah minta diayun-ayunkan dengan senangnya. “Lagi-lagi”, pintanya kepada kakungnya, dengan suara yang masih belum begitu jelas.
Refleksi
Ketika saya sedang menulis buku tentang Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), tiga cucuku yang cerdas dan lucu-lucu itu telah tertumpah sedemikian rupa ke lembar demi lembar buku itu. Apa yang saya tulis seakan menjadi gambaran dari tiga cucuku sendiri itu sendiri. Mudah-mudahan cucuku kelak menjadi manusia yang berguna bagi diri dan keluarga, nusa, bangsa, dan sesamanya. Amin.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Depok, 14 September 2012.
9 Komentar. Leave new
MasyaAllah, Cucu bapak sangat berprestasi di bidang non akademik, dia sangat mahir bermain alat musik, di sekolah dia anak yang rajin dan sopan, tidak di sangka cucu bapak yang kedua sudah menjadi anak SMA, saya merasa beruntung bisa berteman dengan Athar, karena dia selalu mematuhi aturan sekolah, dan tidak pernah keluyuruan saat pulang sekolah
tadi Pak Yit pesan mumpung masih ada Mbah Yut apa Cucunya tidak diajak ke Trenggalek…
Mudah-mudahan. Amin.
selamat siang Pak… saya temannya PYitno SMP 6 Trenggalek. Bagaimana kabarnya …Pak ?
Alhamdulillah. Berkat rahmat Allah, sehat walafiat. Salam kenal. Teman guru di SMPN 6 Trenggalek? Selamat meningkatkan kompetensi. Salam kepada teman-teman guru di sini. Saya juga guru. Jiwa sebagai guru masih melekat pada diri ini. Silahkan muka laman saya, mudah-mudahan ada manfaatnya. Amin.
Mbah Yit lihat cucunya di Jakarta (sayang kok cuma bisa lihat di website) kok ganteng ganteng dan cerdas seperti kakungnya, semoga kelak dewasa melebihi kakungnya. amin. Mudahan mudahan, setiap saat bisa diajak ke mbah buyut di Trenggalek, biar bisa lihat langsung.
Sebaliknya, kenapa Mbah Yitnya tidak mau menjenguk langsuk ke Depok? Bagaimana kalau Mbah Buytnya diajak ke Depok? Soalnya, kakungnya masih saja sibuk dengan kerjaan. Jadi belum bisa sama-sama mengajak cucu-cucu ke rumah Mbah Yit dan Mbah Yut di Trenggalek. Kalau nanti liburan, yahhhh kita aturlah bagaimana. Salam kepada semuanya. Kalau buka website http://www.suparlan.com. Kalau mau kirim e-mail, ini dia alamatnya me [at] suparlan [dot] com.
Sebetulnya kalau mbah Yit pengen saja ke Jakarta, tapi kalau mbah Buyut sudah tua. Kalau perjalanan jauh gampang capek. Mbah Yit kwatir sekali kalau tidak ada pertemuan keluarga, generasi penerus keluarga Alm. mbah Basir bisa hilang (tidak saling kenal). Sekali kali, mumpung mbah Buyut putri masih ada reuni di pantai ngampiran. Hahaha asyik. Ya fotonya Mbah ini mau saya kirim lewat email.
Benar sekali Mbah. Coba kita usahakan. Insyaallah kapan-kapan kalau sudah agak longgar waktunya. Insyaallah, kita bisa reuni di Pantai Ngampiran. Haa. Bulan April teman-teman IKIP Malang akan reuni di Depok. Mudah-mudahan semuanya lancar.
Fotonya sudah diterima. Terima kasih….. banyak.