Oleh: Suparlan *)
Insya Allah, kita sudah biasa mengucapkan dan memahami makna “bismillahirrahmanirrahim.” Alhamdullah, topik yang saya sampaikan dalam tulisan ini adalah bismillahirrahmanirrahim. Topik yang sangat mudah, tetapi sangat indah. Topik ini biasa dikatakan. Tapi saya lebih suka menuliskan. Karena saya percaya kepada ungkapan Sayyidina Ali dalam pesannya bahwa “jika menangkap binatang buruan, maka ikatlah.” Maknanya, jika akan menguasai ilmunya, kita harus menuliskannya.
Inya Allah. Bukan apa, karena saya lebih suka menulis ketimbang mengatakan. Saya percaya kepada ungkapan Sayyidina Ali. Saya juga percaya kepada pepatah Cina yang mengatakan “katakan dan saya lupakan, tapi tuliskan dan saya akan ingat.” Terus terang, apa yang ditulis biasanya lebih dipikirkan secara masak, karena jejaknya akan dapat ditelusuri, ketimbang dengan apa yang akan diucapkan. Selain itu, apa yang ditulis lebih kuat ketimbang yang hanya dikatakan. Seorang ahli mengatakan “When you speak, your word echo only across the room or across the hall. But when you write your word echo will across the age.” Jika Anda mengatakan, gema kata-kata Anda hanya akan sampai ke kamar tidur atau ke ruang pertemuan. Tetapi, jika Anda tulis, gema kata-kata Anda akan sampai ke ujung dunia. Tentu saja, jika tergantung kepada kualitas materi yang dikatakan dan yang dituliskan.
Beberapa Makna Basmallah
Mengapa judul sederhana ini yang akan menjadi topik pembahasan dalam kultum taraweh kali ini? Ada beberapa pertimbangan rasional. Pertama mulailah dengan mengucapkan basmallah untuk melakukan apa pun juga. Kedua meski materi ini kelihatannya mudah, tetapi di dalamnya terkadung hal-hal yang sangat penting dan pokok, karena membahas tentang keesaan Allah, tentang tauhid, tentang akidah Islamiyah. Topik ini memiliki nilai akidah yang luar biasa. Bacalah dengan nama Allah SWT. Bukan atas nama yang lain. Bukan atas nama dewa-dewa, bukan atas nama para dukun, atas nama orang-orang sakti, yang sering dianggap memiliki nilai lebih dan dipandang lebih kuasa ketimbang Allah SWT.
Materi ini membahas tentang banyak hal. Selain membahas hal-hal substandial yang bersifat pribadi, juga akan membahas hal-hal yang terkait dengan kehidupan berbangsa dan bernegara ketika bangsa ini berhasil mencapai kemerdekaan. Anda tahu kapan negeri kita merdeka? Tanggal 17 Agustus 1945. Hari apa? Hari Jum’at. Ketika detik-detik proklamasi kemerdekaan itu, para pendiri bangsa ini juga mencari dasar filsafat yang akan dijadikan dasar negara. Pembukaan UUD 1945 dan dasar negaranya telah ditetapkan pada tanggal 18 Agustus 1945, sehari setelah Indonesia merdeka. Pancasila yang menurut Keppres ditetapkan lahir pada tanggal 1 Juni 1945 juga menegaskan tentang keesan Allah SWT. Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini adalah sila akidah yang dapat disamakan dengan kata basmallah.
Politik Yang Santun
Dalam topik ini kita bisa berbicara sedikit tentang politik. Tapi politik yang santun. Bukan politik yang penuh dengan kekerasan dan anarkisme. Karena Islam adalah rahmatan lil-alamin. Bukankah kita tidak boleh memisahkan urusan agama dengan urusan dunia? Karena urusan dunia ibarat mata uang bermata dua. Kita hidup di dunia untuk tujuan yang lebih mulia untuk akhirat. Kita meraih kehidupan akhirat melalui daya upaya untuk melaksanakan syariat Islam di dunia. Kematian Muhammad Ali, seorang petinju legendaris dan sekaligus mualaf ini dikagumi oleh para tokoh dunia. Mantan Presiden AS Bill Clinton secara khusus akan membacakan EULOGI (pidato sanjungan) dalam acara pemakamannya secara Islam, 14.000 umat akan mengantarkan Almarhum Muhammad Ali ke tempat peristirahannya yang terakhir (Fitrian Zamzami, Republika, 9 Juni 2016). Muhammad Ali terkenal bukan hanya kekerasan tinjunya yang dapat menjungkalkan lawan-lawannya. Tapi Muhammad Ali lebih terkenal lebih karena prosesi penguburannya sesuai dengan syariat Islam.
Dengan kemenangan Islam sama sekali bukan karena kekerasan yang ditampilkan, tapi lebih karena kerendahanhatian umat dan kerelaan the founding fathers untuk menerima Pancasila sebagai dadar dan falsafah bangsa, demi toleransi dan demi menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, demi Indonesia. Dengan ucapan Bismillahirrahmaniraahim, dan rasa syukur kepada Allah SWT, akhirnya Indonesia dapat memproklamasikan kemerdekaannya, lepas dari tangan penjajah.
Akulturasi Budaya
Ketiga, topik bismillahirrahmanirrahim juga pelik karena sistem kepercayaan sebelumnya yang justru bertentangan dengan akidah, yang justru telah mendarah-daging, yakni animisme, dinamisme, dan sinkritisme, yang bercampur baur dengan akidah yang kita miliki. Akulturasi budaya memang terjadi. Bukti-bukti sejarah itu dapat kita lihat dengan mata telanjang. Masjid Demak menggunakan kubah candi yang menjadi perlambang terjadinya akulturasi budaya. Dalam hal ini, saya mengagumi seorang teman yang terpaksa memendam beberapa bilah keris warisan leluhurnya. Ketika teman ini saya tanya mengapa Anda mempunyai keputusan seperti itu? Takut mempengaruhi akidah, takut mempengaruhi ucapan basmallah yang kita lakukan setiap hari. Allahu Akbar! Teman saya itu saya anggap lebih tangguh ketimbang saya. Saya memang tidak menganggap peninggalan leluhur itu sebagai sesembahan. Tapi saya menganggapnya hanya sebagai artefak budaya. Oleh karena itu yang terpenting adalah menegakkan syariat. Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kita melaksanakan ibadah, baik ibadah mahdhah dan ibadah ghoiru mahdhoh dengan konsisten berusaha mengamalkan syariah dengan meninggalkan bid’ah, karena semua bid’ah tertolak.
Oleh karena itu, dalam awal bulan suci Ramadhan kali ini, insya Allah saya berusaha semaksimal mungkin untuk mempersiapkan diri dengan amalan untuk menebalkan keimanan dan ketaqwaan hanya kepada Allah SWT. Dengan selalu mengucapkan Dengan mengucapkan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Hanya Allahlah yang patut kita sembah, dan kita imani, kita patuhi segala perintah dan larangan-Nya. Hanya Allah pulalah yang tidak boleh diduakan, karena memang Allah adalah satu-satunya yang patut kita sembah. Para ibu yang membaca tulisan ini, tidak seorang pun yang mau menduakan dirinya untuk dimadu. Apatah lagi Allah SWT. Tidak ada yang pantas untuk menduakan Allah SWT, karena Allah adalah Esa.
Kembali, ungkapan hati bismillahirrahmanirrahim memiliki makna yang amat mandalam. Bismillahirrahmanirrahim adalah do’a atau awal semua do’a yang kita panjatkan kepada-Nya. Dalam do’a tersebut, dzat Allah selalu dibawa, dan selalu disebut-sebut. Sifat Allah yang Maha Pengasih dan lagi Maha Penyayang selalu disebutkan secara eksplisit dalam semua do’a kita kepada-Nya. Di samping itu, bismillahirrahmanirrahim adalah janji-janji Allah yang tak mungkin akan diingkari. Karena Allah SWT adalah maha segalanya. Bagi manusia, bismillahirrahmnirrahim adalah do’a yang tak putus-putusnya kita ucapkan dalam semua kegiatan. Apa bukti bahwa Allah SWT memang maha pengasih dan penyayang? Salah satunya adalah Allah SWT telah mengirimkan syariat puasa Ramadhan kepada umat-Nya. Dengan amal ibadah puasa Ramadhan yang bernilai seribu bulan, Allah SWT bermaksud melipatgandakan pahala kepada umat-Nya. Bayangkan. Bacaan satu kata dalam Al-Quran bernilai sama dengan membaca Al-Quran. Satu bulan suci puasa Ramadhan sama dengan seribu bulan. Bukankah ini makna sebenarnya Basmallah yang kita ucapkan setiap hari?
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com,
Depok, 9 Juni 2016.