Oleh: Suparlan *)
Acara wisuda mahasiswa Universitas Tama akan diadakan tidak lama lagi. Tentu saja, acara ini menjadi momentum yang sangat penting dan berkesan. Bukan saja bagi para mahasiswa yang telah lulus dan akan diwisuda, tetapi juga bagi seluruh civitas academicanya. Terlebih-lebih bagi Rektor dan seluruh jajarannya. Apa lagi bagi Ketua Dewan Pembinanya.
Sebagai bagian dari civitas academica, saya ikut menjadi senang, karena dalam acara pengumuman kelulusan mahasiswa dalam ujian komprehensif sebelumnya Rektor telah menyampaikan kepada mahasiswa, sebagai alumni, memiliki tanggung jawab moral untuk ikut membesarkan universitas dan fakultasnya. Alhamdulillah.
Ketua Dewan Pembina dalam beberapa kali acara pertemuan dengan civitas academika selalu menyampaikan hasrat besar untuk membesarkan Universitas Tama. Dalam acara itu beliau juga pernah mengulas sedikit tentang makna Lamegogo sebagai satu filsafat yang sangat penting untuk membesarkan Universitas Tama.
Lamegogo
Lamegogo itu sudah tertulis dengan huruf berwarna hijau di tembok atas Universitas Tama. Banyak orang yang menanyakannya. Termasuk pertanyaan melalui tweeter. Banyak dosen pun yang belum mengerti apa artinya.
Untuk mengetahui dan memahami lebih lanjut tentang filosofi tersebut, saya mencoba membuka internet. Ternyata saya tidak dapat menemukannya. Malah yang ditemukan adalah Lagu Karo Perkede La Megogo. Selain itu, seorang tweeter menanyakan “kampus lamegogo itu artinya apa sih? Pertanyaan inilah yang mendorong saya menulisnya.
Mengetahui dan memahami makna sebenarnya tentang lamegogo tidak dapat saya cari dari arti etimologis (asal usul kata). Lame itu apa dan gogo itu juga apa. Saya tidak dapat memperolehnya. Tetapi saya masih dapat membandingkan filsafat lamegogo dengan filsafat lain yang terkait dengan pendirian NKRI. Ketika Bung Karno mendirikan NKRI, Bung Karno berfikir tujuh keliling tentang dasar negara yang akan digunakan. Maka lahirlah Pancasila. Panca artinya lima, dan sila artinya dasar. Itulah dasar dan filsafat yang kemudian dijadikan dasar filsaft pendirian NKRI.
Dengan perbandingan itu, saya menjadi yakin bahwa Universitas Tama pastilah didirikan dengan menggunakan filsafat, tentu filsafat dipedomani oleh pendirinya. Bukan hanya untuk mendirikan, tetapi juga membesarkannya. Lalu, apa sebenarnya makna filsafat Lamegogo? Kalau Pancasila memiliki lima sila, yakni: (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, (3) Persatuan Indonesia, (4) Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan dan Permusyawaratan, serta (5) Keadian Sosial, maka Lamegogo pun kira-kira juga memilikinya. Pancasila memiliki lima sila. Bahkan dapat diperas menjadi Trisila, yakni (1) Ketuhanan Yang Maha Esa, (2) Nasionalisme, dan (3) Sosialisme. Tiga sila itu pun dapat diberas lagi menjadi Ekasila, yakni Gotongroyong. Meski pemerasan sila-sila tersebut ada yang tidak setuju, namun Bung Karno tidak pernah melarangnya.
Kembali ke Lamegogo, berdasarkan informasi singkat yang dapat saya fahami, Lamegogo memiliki tiga pilar sesuai dengan karakteristik orang Batak pada umumnya, karena pendirinya adalah orang Batak. Lamegogo memiliki tiga karekter utama. Pertama adalah berani, kedua adalah jujur, dan ketiga adalah rajin (kerja keras). Ibarat membangun rumah, tiga pilar itulah yang menjadi landasan kokoh untuk membangun dan memperbesar Universitas Tama. Itulah filsafat Lamegogo yang dapat saya fahami. Pemahaman tersebut belum sepenuhnya benar, karena hanya merupakan hasil pemahaman yang masih dangkat. Oleh karena itu, jika ada usul penyempurnaan, saya mohon dapat disampaikan melalui laman http://www.suparlan.com. Sambil menunggu kepastian apa sebenarnya makna filsafat Lamegogo tersebut, dalam tulisan ini ingin disampaikan beberapa usulan kepada Rektor dan Ketua Dewan Pembina upaya yang dapat dilaksanakan untuk membangun dan memperbesar Universitas Tama Jagakarsa.
Pertama, Pencarian Wahasiswa Berbakat (Talent Scouting)
Upaya ini memang lebih sebagai upaya jangka panjang. Upaya jangka pendek pernah disampaikan kepada saya, yakni mencari dosen-dosen yang sudah S2 dan S3, yang dengan dosen yang memiliki kualifikasi hebat seperti itu akan banyak mahasiswa yang mendaftar ke Universitas Tama. Upaya yang pertama ini, sekali lagi bukan upaya jangka pendek. Oleh karena itu upaya ini memang perlu sedikit kesabaran, tetapi insyaallah hasilnya akan bertahan lama.
Upaya ini tidak sulit. Kita perlu mencari mahasiswa S1 yang sudah akan lulus yang hasil belajarnya excellent, katakanlah yang IPK-nya lebih dari 3,5 dan kemampuan Bahasa Inggrisnya lumayan, masih muda lagi. Kemudian mahasiswa ini disekolahkan ke program S2 atau bahkan ke S3. Ini sama dengan upaya yang telah dilakukan dengan mengirimkan dosen yang masih S2 ke S3, tentu saya yang masih muda dan potensial.
Berdasarkan pengalaman selama ini, dari banyak mahasiswa yang masuk ke Universitas Tama, ada beberapa (satu atau dua) mahasiswa yang memiliki kelebihan dibandingkan mahasiswa yang lain. Mahasiswa yang seperti inilah yang perlu kita bina untuk melanjutkan proses regenerasi di Universitas Tama.
Proses regenerasi mesti terjadi. Oleh karena itu maka mahasiswa S1 yang diprogramkan untuk mengikuti S2 tersebut akan menjadi dosen tetap kelak akan memiliki tingkat pengabdian tinggi. Tenaga dosen seperti ini pada saatnya akan menjadi daya tarik sendiri bagi mahasiswa yang akan mendafar ke Universitas ini.
Kedua, Penghargaan Prestasi Menjadi Kunci
Memberikan penghargaan terhadap prestasi mahasiswa menjadi kunci untuk promosi. Acara kegiatan wisuda seperti saat ini menjadi momen untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi. Kisah lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) Tahun 2014 Raeni mendapat perhatian luas dari masyarakat. Banyak anggota masyarakat yang mengapresiasi kecerdasan, kerja keras, dan kerendahatiannya sehingga bisa memperoleh prestasi cemerlang. Siapa yang harus memberikan apresiasi mahasiswa yang berprestasi tersebut jika bukan dari almamaternya sendiri? Mahasiswa yang berprestasi seperti itu dapat “dibesarkan” sendiri oleh almamater agar kelak memiliki tanggung jawab moral untuk ikut membesarkan Universitas Tama.
Bagaimana cara memberikan penghargaan? Antara lain: (1) mahasiswa yang cum laude atau yang summa cum laude tersebut diberi piagam penghargaan, (2) orangtua mahasiswa tersebut diminta tampil di panggung wisuda untuk foto bersama dengan Rektor dan jajarannya, (3) seperti usul pertama, mahasiswa memperoleh beasiswa untuk melanjutkan program S2 atau malah S3. Inilah foto mahasiswa berprestasi anak seorang penarik beca yang wajahnya demikian cerah karena telah memperoleh penghargaan dari siapa pun.
Kisah lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) 2014 Raeni mendapat perhatian luas dari masyarakat. Banyak anggota masyarakat yang mengapresiasi kecerdasan, kerja keras, dan kerendahatiannya sehingga bisa memperoleh prestasi cemerlang (Sumber:RAHMAT PETUGURAN).
Ketiga, promosi melalui medsos (media sosial)
Sebenarnya masih banyak lagi upaya yang dapat dilakukan untuk membangun dan memperbesar Universitas, termasuk melalui media sosial, seperti jurnal, majalah milik perguruan tinggi yang bersangkutan. Alangkah baiknya jika perguruan tinggi itu memiliki University Press (Penerbitan Universitas). Semua media tersebut secara langsung maupun tidak langsung akan menjadi promosi tanpa henti, yang akan mencatat dan mempromosikan keberhasilannya kepada masyarakat.
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com.
Depok, 2 September 2015.