***
Our schools are at the heart of the community. They have a rich tradition of parental and community participation
(Ministry of Education and Training, Ontario, Canada)
***
Pada 19 Maret tahun anggaran 2015, Dewan Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah rupanya punya hajat sedikit besar, yakni mengadakan (semacam) workshop Penguatan Dewan Pendidikan Dewan Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan ini diprogramkan di Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Informasi tentang rencana kegiatan tersebut disampaikan melalui surat yang dibawa langsung oleh Ibu Dra. Russaly, M.Pd, seorang Pengawas Sekolah pada Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah. Surat saya terima dan langsung saya serahkan kepada bagian persuratan untuk diserahkan langsung kepada Direktur Jenderal atau minimal Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar.
Rupanya Dirjen Pendidikan Dasar dan juga Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar tidak dapat memenuhi undangan tersebut karena kesibukan. Alih-alih Dirjen atau Sekretaris Ditjen Pendidikan Dasar, Kepala Bagian Perencanaan pun tidak dapat mewakili karena ada kegiatan di DPR. Akhirnya, tidak ada rotan, akar pun berguna. Disposisi dari Kepala Bagian Perencanaan pun akhirnya turun ke tangan saya, untuk mewakili para pejabat tersebut.
Materi Paparan
Materi paparan sudah saya siapkan jauh hari sebelum memesan pesawat Garuda yang akan membawa saya pergi ke kawasan Sungai Kahayan yang terkenal itu. Materi paparan pun sudah saya rancang.
Oleh karena yang paling banyak ditanyakan adalah tentang perkembangan Proses Pemilihan Calon Anggota Dewan Pendidikan Nasional, maka tentu saja materi ini menjadi pilihan pertama. Lima puluh persen materi paparan akan menjelaskan secara panjang lebar tentang proses dan melanisme pemilihan calon anggota Dewan Pendidikan Nasional yang gagal membentuk Dewan Pendidikan Nasional. Materi paparan ini sudah pasti akan menyampaikan tentang kegalauan penyaji pada saat Panitia Pemilihan Calon Anggota Dewan Pendidikan Nasional belum berhasil membentuk Dewan Pendidikan Nasional.
Materi paparan lainnya sudah barang tentu mengenai Peran Dewan Pendidikan sebagaimana tertuang dalam Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kelahiran Kepmendiknas inilah yang dijadikan tonggak kelahiran Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, yakni tanggal 2 April 2002. Kelahiran inilah yang dijadikan patokan untuk menentukan usia Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah, tiga belas tahun. Dalam usaia tiga belas tahun ini, Dewan Pendidikan Nasional malah belum dibentuk juga, meski seluruh Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota sudah terbentuk, dan Komite Sekolah pun telah berdiri di semua sekolah, baik negeri maupun swasta di Indonesia. Dewan Pendidikan Pendidikan Provinsi pun hampir terbentuk seluruhnya, termasuk Dewan Pendidikan di kawasan Kalimantan, seperti Dewan Provinsi Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur, dan Kalimantan Utara sudah siap untuk membentuknya.
Tentu saja materi paparan yang baku adalah tentang fungsi dan tugas Dewan Pendidikan yang tertuang dalam PP Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. PP ini memang telah dikritisi dalam Simposium Pendidikan Nasional tanggal 24-25 April 2015 yang diselenggarakan oleh Koalisi Masyarakat untuk Transformasi Pendidikan. Salah satu kritiknya antara lain tentang ketentuan penerbitan SK Komite Sekolah oleh Kepala Sekolah dan adanya guru sebagai pengurus Komite Sekolah dalam PP Nomor 17 Tahun 2010. Itulah sebabnya, Simposium ini mengusulkan untuk merevisi PP Nomor 17 Tahun 2010 tersebut. Simposium tersebut sebenarnya juga membahas tentang mandegnya proses pembentukan Dewan Pendidikan Nasional, tetapi sampai dengan tulisan ini diunggah ke laman penulis, semuanya juga belum terjadi perubahan yang berarti.
Yang menarik, dalam acara workshop tersebut sengaja dibuka lebar-lebar untuk menanyakan apa saja tentag Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Sayang, pertemuan tersebut tidak memperoleh peliputan secara meluas oleh media massa. Peliputan ini seharusnya juga menggunakan media cetak dan televise, agar masyarakat luas dapat memperoleh gambaran secara gamblang tentang apa yang terjadi dengan Dewan Pendidikan yang dewasa ini mengalami mati suri. Terus terang dalam kesempatan tersebut disampaikan bahwa penyebab paling utama adalah karena faktor belum terbentunya Dewan Pendidikan Nasional. Bagaimana mungkin terjadi, pemerintah suatu saat meminta agar semua sekolah segera membentuk Komite Sekolah di semua satuan pendidikan, baik negeri maupun swasta. Tetapi pemerintah pula yang tidak segera pula membentuk Dewan Pendidikan Nasional. Ini kan suatu yang sangat paradok? Demikianlah jawaban yang saya luahkan kepada penanya dalam acara tersebut.
Acara Senam Tangan Indonesia (STI)
Selain acara formal yang substansial yang membuat dahi para peserta menjadi mengkerus dibuatnya, acara itu juga diberi muatan yang membuat santai bagi peserta, yakni Senam Tangan Indonesia (STI). Acara itu ditambah latihan peragaan STI agar peserta yang rata-rata telah menjadi ulama (usia lanjut masih aktif) dapat memperoleh nutrisi tambahan untuk kesehatan badan. Ada sepuluh gerakan senam tangan yang membuat peserta dapat menggerakkan tangannya.
Gerakan pertama, tangan dikepalkan dengan jempol atau ibu jari tangan dimasukkan di dalamnya kemudian dibenturkan dengan hitungan sembilan kali. Terdengarlah hitungan sembilan itu. Satu, dua, tiga, sampai sembilan. Gerakan kedua, tangan ditengadahkan, jari-jari lurus dengan jempol posisi 90 derajat kemudian dibentur-benturkan dengan hitungan yang sama, satu, dua, tiga, empat, dan seserusnya. Gerakan ketiga pangkal pergelangan tangan dibentur-benturkan, posisi jari tangan sama dengan posisi sebelumnya. Hitungan pun dimulai, satu, dua, tiga, dan seterusnya. Gerakan ke empat, masih gerakan tangan. Bagian tangan antara ibu jari dan telunjuk jari tangan kiri dan kanan dibentur-benturkan. Hitungan pun dimulai, satu, dua, dan seterusnya. Gerakan yang kelima, semua ujung jari kedua tangan dibuka, dan kemudian dimasukkan dan dibentur-benturkan sampai kedua tangan menyatu. Hitungan pun dimulai. Gerakan keenam, tangan kanan dikepalkan, dan tangan kiri terbuka untuk kemudian keduanya dipukul-pukulkan. Hitungan pun mulai. Gerakan ketujuh adalah sebaliknya. Gerakan kedelapan, kedua telapak tangan dalam posisi terbalik dan kemudian dipukul-pukulkan. Hitungan pun dimulai. Gerakan kesembilan, daun teliga dipijit-pijit dan ditarik-tarik pelan, sampai hitungan seperti sebelumnya. Dan, yang terakhir adalah gerakan kesepuluh, telapak tangan digosok-gosokkan sampai panas, kemudian ditempelkan ke muka, dengan posisi bola mata masih dapat gerak-gerakkan ke kiri dan kekanan. Nah, selesailah STI ini. Peserta workshop juga diberikan fotokopi gambar Senam Tangan tersebut. Dalam gambar tersebut juga dijelaskan fungsi sepuluh gerakan tersebut.
Novel Sejarah Dayak
Belum juga lengkap kiranya, jika Paparan Penguatan Dewan Pendidikan Provinsi Kalimantan Tengah ini tidak dijelaskan tentang Novel Sejarah Dayak. Dalam kesempatan workshop ini, saya memperoleh hadiah buku bertajuk “Sejarah Asal Usul Permusuhan Antarsuku Dayak Kalimantan Tengah” yang disusun oleh Ibu Dra. Russaly, M.Pd, seorang anggota panitia workshop yang sangat baik hati telah menjemput dan mengantarkan saya dari tempat kegiatan ke Bandara Tjilik Riwut di Kota Palangka Raya. Mudah-mudahan tulisan ini bermanfaat untuk pembaca. Ringkatan Novel Sejarah tersebut telah saya buatkan ringkasannya dan dapat dibaca di laman penulis.
*) Laman: www.suparlan.com; E-mail: me@suparlan.com.
Depok, 9 April 2015.