ArtikelPendidikan

Lokakarya Penyusunan Rencana Kerja Tahunan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi NTT

110 views
Tidak ada komentar

Oleh Suparlan *)

Success is the ability to go from one failure to another with no loss of enthusiasm
(Sir Winston Churchill)

The only easy day was yesterday
(Navy Seal Motto)

Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) telah berhasil melaksanakan kegiatan lokakarya penyusunan rencana kerja RENJA) tahunan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Tahun 2009. Kegiatan ini telah diselenggarakan dalam dua angkatan. Angkatan pertama diselenggarakan pada tangal 3 -5 Maret 2008, dan angkatan kedua diselenggarakan pada tanggal 6 – 8 Maret 2008, diengan difasilitasi oleh Australia Indonesia Basic Education Program (AIBEP) dalam kegiatan Whole District Development (WDD). Penulis kebetulan menjadi salah seorang narasumber yang bertugas untuk melaksanakan fasilitasi kegiatan ini.

Tulisan ini berusaha untuk merekam beberapa catatan penting dalam kegiatan lokakarya tersebut, dengan harapan dapat menjadi salah bahan pertimbangan penting bagi pengambil kebijakan dalam bidang perencanaan.

Peserta Lokakarya

Lokakarya penyusunan rencana kerja (RENJA) tahunan Dinas Pendidikan Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2009 diikuti oleh unsur-unsur pemangku kepentingan, yakni (1) Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, (2) Departemen Agama Kabupaten/Kota, (3) Bappeda Kabupaten/Kota, (4) DPRD Kabupaten/ Kota, (5) Dewan Pendidikan Kabupaten/Kota, dari dua puluh kabupaten/kota di Provinsi NTT.

Lokakarya NTT

Proses

Kegiatan lokakarya memang sengaja didesain sedemikian rupa dengan menggunakan pendekatan andragogi. Kegiatan lokakarya tidak menggunakan pendekatan sosialisasi. Kegiatan lokakarya dilaksanakan antara lain dengan prinsip ”bekerja sama dan sama-sama bekerja”, antara lain dengan melakukan analisis berbagai dokumen perencanaan, seperti (1) rencana pembangunan jangka panjang (RPJP) pemerintah pusat dan daerah, (2) rencana pembangunan jangka menengah (RPJM) pemerintah pusat dan daerah, (3) renstra departemen pendidikan nasional, (4) rencana kerja (RENJA) tahunan Departemen Pendidikan Nasional, (5) rencana kerja (RENJA) tahunan dinas pendidikan tahun yang lalu. Beberapa bahan tersebut didiskusikan bersama, dianalisis, dan digunakan sebagai bahan acuan dalam penyusunan RENJA Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota tahun 2009. Semua data dan informasi yang diperoleh dari hasil pembahasan dokumen tersebut digunakan untuk penyusunan RENJA. Data dan informasi yang akurat harus menjadi dasar dalam proses penyusunan RENJA.

Keberhasilan dalam kegiatan lokakarya ditentukan bukan secara individual, tetapi sebagai keberhasilan tim. Dengan kata lain, keberhasilan lokakarya ini ditentukan oleh sinergi antara semua pemangku kepentingan tersebut. Proses penyusunan RENJA tidak hanya berorientasi hasil atau sasaran yang akan dicapai, tetapi juga menekankan pada aspek proses yang akan dilaksanakan melalui beberapa program dan kegiatan yang disepakati dalam RENJA tersebut. Sebagai contoh, untuk mencapai sasaran APK-SMP sebesar 95% pada tahun 2009, Provinsi NTT tenyata masih harus bekerja keras, karena pada tahun 2007 lalu baru mencapai 81%. Darat engan demikian, masih 14% lagi yang harus dicapai melalui berbagai program dan kegiatan yang harus tertuang dalam RENJA Dinas Pendidikan. Sebagaimana diketahui, lima provinsi dengan APK terendah adalah NTT, Papua, Papua Barat, Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Barat. Apalagi, Kabupaten Sumba Barat di Provinsi NTT ini termasuk kabupaten yang terendah APK-nya di Indonesia.

Perlu difahami oleh kita semua bahwa untuk menyusun program ataupun rencana, kita perlu benar-benar memahami prasyarakat yang dikenal dengan SMART, yaitu (1) specific atau spesifik, (2) measurable atau dapat diukur, (3) achievable atau dapat dicapai, (4) realistic atau realistik, dan (5) time bound atau dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu.

Lokakarya NTT

Kegiatan Primadona Dalam RENJA

Ketika dua kabupaten/kota menyampaikan laporan hasil diskusi dan kerja kelompoknya, unan ada beberapa kegiatan yang menjadi fokus pembahasan dalam kegiatan lokakarya.

Pertama, pembangunan ruang kelas baru (RKB), pembangunan unit sekoleh baru (USB), dan renovasi ruang kelas, serta pembangunan model SD-SMP Satu Atap (Satap), termasuk SD-SMP Satap yang dibangun oleh AIBEP. Kegiatan ini dinilai mempunyai dampak yang signifikan terhadap upaya penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar Sembilan tahun. Pembangunan SD-SMP Satap, sebagai contoh, ternyata telah dapat menampung peserta didik yang karena faktor kesulitan ekonomi dan transportasi semula tidak dapat melanjutkan pelajaran ke SMP. Tentu saja, sasaran yang akan dicapai adalah peningkatan APK menjadi 95% pada tahun 2009 yang akan datang.

Kedua, peningkatan kompetensi dan kualifikasi akademis tenaga pendidik. Di beberapa daerah kabupaten/kota di NTT ternyata masih sekitar 60% tenaga pendidik yang belum berkualifikasi akademis S1. Sudah tentu semua itu akan berpengaruh kepada hasil belajar siswanya. Kegiatan yang diprogramkan dalam RENJA antara lain adalah sertfikasi guru, bantuan guru untuk melanjutkan pendidikan ke S1, dan peningkatan kesejahteraannya. Dalam hal ini, Mantan Mendikbud, Wardiman Djojonegoro, pernah menyatakan bahwa jika berbicara masalah martabat guru, separuhnya adalah kesejahteraannya.

Ketiga, perhatian kepada pentingnya pendidikan pada tahap ”the golden age of humanity” ternyata tampak pada kegiatan yang telah dirumuskan dalam RENJA, yakni pembangunan PAUD, termasuk fasilitasnya. Pembangunan PAUD juga untuk mendukung penuntasan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun, karena kesiapan anak PAUD untuk masuk sekolah akan mendukung pelaksanaan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Di samping itu, juga pengalakan pendidikan inklusif, yakni menerima anak berkebutuhan khusus (APK), termasuk anak cacat.

Keempat, rintisan pembangunan sekolah nasional berstandar internasional (SNBI) dan rintisan sekolah bertaraf internasional (SBI). Program ini sudah tentu termasuk dalam pilar peningkatan mutu, relevansi pendidikan, dan daya saing. Kegiatan-kegiatan lain yang dinilai dapat menunjang upaya peningkatan mutu pendidikan adalah berbagai lomba untuk guru dan siswa.

Kelima, selain kegiatan-kegiatan tersebut, masih banyak kegiatan yang terkait dengan manajemen layananan pendidikan, pengarusutamaan gender. Termasuk di dalamnya juga yang terkait dengan penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik. Dalam han ini termasuk pembinaan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah di daerah kabupaten/kotanya masing-masing.

Program dan kegiatan itulah yang telah dituangkan dalam Konsep Rencana Kerja Tahunan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota Tahun 2009, oleh para peserta kegiatan lokakarya. Diharapkan RENJA tersebut akan menjadi acuan dalam pembahasan lebih lanjut dengan pihak-pihak yang memiliki kewenangan dalam penentuan anggarannya, yang dalam hal ini kewenangannya terletak pada DPRD. Sementara itu, DPRD telah dilibatkan secara awal dalam proses penyusunan RENJA.

Refleksi

Rencana yang telah disusun dengan baik sering disebut sebagai separuh dari pelaksanaan. Benang merah program dan kegiatan dalam RENJA hendaknya dipertahankan sebagai wujud tekad kuat untuk dapat melaksanakan tiga pilar pembangunan pendidikan dasar dan menengah secara konsekuen dan konsisten. Dengan demikian, tidak ada program dan kegiatan titipan yang disisipkan atau muncul kemudian, dan kemudian dapat mengubah skenario pembangunan pendidikan yang telah disepakati bersama oleh semua pemangku kepentingan. Semoga.

*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.

Depok, 10 Maret 2008

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts