***
Menjadi sukses itu bukanlah suatu kewajiban, yang menjadi kewajiban adalah perjuangan kita untuk menjadi sukses.
Bila kegagalan itu bagai hujan, dan keberhasilan bagaikan matahari, maka butuh keduanya untuk melihat pelangi.
Hidup itu maju kedepan! Bukan mundur ke belakang! Lupakan yg telah berlalu! Jadikan ia patokan untuk lebih baik di masa depan.
Tuhan sebenarnya telah menyediakan penyelesaian atas kesulitan yang kita hadapi, namun Tuhan tidak segera menurunkan penyelesaiannya karena ingin mengetahui seberapa besarnya cinta kita pada Nya.
Ilmu itu didapat dengan lidah yang gemar bertanya dan akal yang mau berfikir.
(http://vicahya.blogspot.com)
***
Suatu kali, ada tema kutbah Jum’at di masjid Kementeiran Pendidikan dan Kebudayaan Jakarta yang telah menggelitik saya untuk menulisnya. Kebetulan lagi sedang getol-getolnya menulis topik yang sedang in, dengan singkat dan padat. Sebagaimana biasa, sebagai pengantar dikutipkan beberapa kata-kata bijak yang terkait dengan tulisan ini. Tetapi sayang tidak disebutkan penciptanya. Oleh karena itu hanya disebutkan lamannya sebagai sumber.
Dalam kutbah Jum’at itu, ustad menjelaskan bahwa sesungguhnya kita hanya dapat menggunakan satu hari saja dari tiga hari yang ada yang kita miliki. Tiga hari itu adalah hari kemarin, hari ini, dan hari esok. Dari tiga hari ini, yang dapat kita miliki sebenarnya adalah hanya satu hari saja. Mengapa?
Bagaimana dengan hari kemarin? Hari kemarin sudah berlalu. Hari kemarin hanya dapat kita gunakan sebagai catatan sejarah masa lalu, atau bensmark, sebagai tolok ukur untuk meningkatkan prestasi. Ini dia kata-kata bijak untuk kita simak. Hidup itu maju kedepan! Bukan mundur ke belakang! Lupakan yg telah berlalu! Jadikan ia patokan untuk lebih baik di masa depan. Oleh karena itu tidak selayaknya kita dibebani dengan masalah masa lalu. Masalah masa lalu tidak perlu kita bawa ke hari ini, karena hanya akan menambah beban masalah pada hari ini.
Lalu, bagaimana pula dengan hari esok? Meksi kita bisa memprediksi masa depan, dan meski kita memiliki kemampuan untuk meneropong masa depan itu, namun sesungguhnya hanya Allah SWT-lah yang maha tahu. Al Ghazali menanyakan kepada murid-muridnya “apakah yang paling dekat itu?”. Jawabnya adalah kematian, karena kita sama sekali tidak mengetahui saat itu datang. Kita tidak atau belum mengetahui apa yang akan terjadi pada hari esok.
Lalu, bagaimana pula dengan hari ini? Satu hari inilah yang kita miliki sesungguhnya. Untuk melakukan apa saja, pada hari inilah tempatnya. Berapa lamakah hari ini itu? Ya, tidak kurang dan tidak lebih dari 24 jam saja, yang dimulai dari terbitnya sang matahari sampai dengan terbitnya lagi sang surya itu menerangi bumi. Allahu akbar. Satu hari inilah yang dapat digunakan untuk berjuang, beramal shaleh, berprestasi, bertobat atas segala kesalahan dan kekhilafan, dan semuanya. Kita hanya dapat melakukan hanya pada hari ini. Bukan hari kemarin, dan bukan pula pada hari esok. Karena hari kemarin telah berlalu, sedang hari esok kita sama sekali belum tahu.
Oleh karena itu maka janganlah kita suka membawa beban masalah masa lalu. Karena hal itu hanyalah akan menambah beban masalah hari ini. Pada hari ini, kita sudah banyak menghadapi tantangan dan masalah. Untuk apa kita harus menambah beban masalah masa lalu? Biarlah hari kemarin segera berlalu. Kita songsong dan kita capai prestasi pada hari ini dengan penuh semangat. Lebih dari itu, janganlah pula suka menunda sesuatu untuk dikerjakan pada hari esok. Apalagi hal itu adalah sesuatu yang baik. Do it now, don’t delay. Kerjakanlah sekarang, janganlah tunda barang sedetikpun. Semoga ada manfaatnya untuk hari kemudian. Amin.