ArtikelBukuPendidikan

Pengalaman Menulis dan Menerbitkan Buku: Hati-Hati, Cermat, dan Tidak Buru-Buru

629 views
Tidak ada komentar

Oleh: Suparlan *)

 Minggu ini, Maret 2016, saya menerima kiriman 6 (enam) judul buku, yang baru saja diterbitkan di Yogyakarta. Dua judul buku terbitan baru, yakni Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter dan Kegiatan Belajar Mengajar. Sedang 4 (empat) judul lain adalah terbitan ulang atau buku lama yang tidak laku terjual. Wallahu alam. Penerbit yang tahu semua itu.

Senang-senang susah dibuatnya. Senang karena setelah sekian lama ditunggu-tunggu, buku berjudul Kegiatan Belajar Mengajar itu terbit juga. Tapi setelah dicek ternyata banyak salah ketik. Tentu itu kesalahan pada diri saya sebagai penulis. Saya tidak hati-hati, tidak cermat, dan sebagainya. Itulah penyebabnya. Penerbit buru-buru dalam mencetak, karena tidak enak dengan saya untuk segera mencetaknya. Dan sebab-sebab lainnya. Dalam hal ini, kita memang harus senantiasa hati-hati, cermat, dan tidak terburu-buru.

Menulis memerlukan waktu lama mengapa?

Mengapa menulis memerlukan waktu yang cukup lama? Selain soal mencetaknya, menurut teori yang paling memerlukan waktu lama adalah dalam hal revision, editing, dan proof reading. Oleh karena itu, hal tersebut perlu saya tulis dengan harapan menjadi kunci perhatian bagi diri sendiri dan pihak lain yang terkait dengan kegiatan menulis. Revisi, editing, dan proof reading memang soal kehati-hatian, kecermatan dalam hal menulis. Menurut teori, menulis memerlukan lima tahap kegiatan: (1) preparing, (2) planning, (3) drafting, (4) incubating, dan (5) revising, editing, dan proof reading. Tahap yang kelima merupakan tahap yang paling banyak memerlukan waktu yang lama.

Permohonan maaf kepada pembaca

Sehubungan dengan masalah tersebut, penulis memohon maaf kepada pembaca, jika ternyata buku-buku karya saya banyak mengandung kesalahan ketik dan kesalahan lainnya. Saya sendiri sampai tidak dapat tidur karena memikirkan ulang kesalahan tersebut. Penulis adalah manusia yang boleh jadi banyak kesalahan ketik. Maklum penulis produk lama yang menulis dengan sebelas jari. Heee, maklum dengan dua jari. Hal tersebut perlu diakui dengan sepenuh hati. Maklum, manusia memang tempat salah dan dosa. Sekali lagi sebagai penulis, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Keinginan menulis lebih banyak lagi memang menjadi motivasi yang besar ketika menulis. Saya yakin bahwa motivasi yang besar itu tidak boleh mengabaikan sikap kehati-hatian dan kecermatan. Demi Allah, sikap ini harus menjadi perhatian bagi penulis. Insyaallah.

Buku saya yang diterbitkan oleh penerbit yang sama, tidak terjadi banyak kesalahan seperti itu. Misalnya, buku berjudul ‘Mencerdaskan Kehidupan Bangsa: Dari Konsepsi Sampai Dengan Implementasi’ lumayan bagus. Saya sering menimang-nimang buku tersebut, dan mengucapkan terima kasih dalam hati kepada penerbitnya, karena meski buku tersebut karya pertama saya, tapi saya anggap karya tersebut adalah fenomenal. Tiga hal yang membuat buku saya tersebt menjadi fenomenal. Pertama, diberi kata pengantar orang bule, Prof. Dr. MJ. Rice, dosen emiretus University of Georgia. Kedua, membahas konsep atau teori Multiple Intlelligence atau Kecerdasan Majemuk, yang dapat dipadankan dengan konsep MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, yang sampai saat ini belum ada ahli yang menjabarkan secara ilmiah. Sementara teori KECERDASAN MAJEMUK telah dijabarkan menjadi 9 (sembilan) tipe kecerdasan:

  • linguistic intelligence,
  • logical mathematic intelligence,
  • spatial intelligences,
  • bodily kinesthetic intelligence,
  • naturalist intelligence,
  • music intelligence,
  • interpersonal intelligence,
  • intrapersonal intelligence,
  • existential intelligence/spiritual intelligence.

Sembilan tipe kecerdasan tersebut sebenarnya dapat disaripatikan ke dalam tiga tujuan pendidikan yang terdapat dalam kurikulum yang harus dipandang secara komprehensip, bukan terpisah-pisah ke dalam tiga tujuan pendidikan, yakni (1) sikap, (2) pengetahuan, dan (3) keterampilan, atau dalam khasanah ilmu pengetahuan disebut sebagai (1) ranah afektif, (2) ranah kognitif, dan (3) ranah psikomotor.

Saya meyakini bahwa Presiden terpilih Joko Widodo dan Jusuf Kala memiliki komitmen yang tinggi untuk melaksanakan EMPAT TUJUAN NKRI dalam Pembukaan UUD 1945 yakni; (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangs; (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perda-maian abadi dan keadilan sosial.

Salah satu tujuan NKRI didirikan tersebut adalah MENCERDASKAN KEHIDUPAN BANGSA, dan (4) tapi belum ketemu ahli yang menjelaskan atau menjabarkan ke dalam kecerdasan komprehensif seperti teori MULTIPLE INTELLIGENCE. Keempat, insyaallah mudah-mudahan saya dapat melahirkan buku turunannya. Saya ingin membahas: (1) sejarah mencerdaskan kehiduapan bangsa dan kelahiran NKRI, (2) multiple intelligence karya Howard Gardner, (3) taxonomy educational objectives karya Benjamin S. Bloom, (4) dual brain development, dan (5) Mesin Kecerdasan STIFin. Saya meyakini bahwa kelima teori tersebut memiliki andil yang besar terhadap upaya meningkatkan mutu pendidikan. Kelima konsep tersebut menjadi konsep dasar tentang perumusan tujuan pendidikan nasional dalam sistem pendidikan nasional, termasuk proses penyusunan kurikulum yang digunakan dalam pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com. Catatan: kritik dan saran terhadap tulisan ini disimpan dalam guci emas untuk penyempurnaan tulisan yad. Terima kasih.

 

Depok, 23 Maret 2016.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Artikel

Penumbuhan Budi Pekerti

Oleh: Suparlan *)   Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi…