ArtikelBudayaDunia IslamPendidikan

Islam adalah Hudallinnas, Petunjuk Bagi Manusia

Tidak ada komentar

Tulisan saya dalam laman www.suparlan.com yang berjudul Dari Minal Aidin Wal Faizin Sampai Taqabbalallahu Minna Wa Minkum, yang diunggah pada tanggal 11 September 2011, ternyata memperoleh respon yang banyak sekali, dengan berbagai macam respon, antara lain dari gjolilah@yahoo.com.

Ya, bagaimana pun juga, semua respon tersebut Alhamdulillah ada manfaatnya bagi diri penulis, dan mungkin bagi orang lain. Semua repon tersebut saya simpan dalam guci emas, untuk perbaikan dan penyempurnaan ke depan. Tulisan tersebut sebagai klarifikasi positif dari penulis kepada gjolilah@yahoo.com. Insya Allah. Secara lengkap respon tersebut sebagai berikut:

“Sebagai balasan untuk aisyah89. menurut anda atau menurut Islam? kalao agama didasarkan pada menurut pribadi, hancuuurrr llaaaaahh duniaaa…. Islam bukan menurut pendapat pribadi Rasulullah sekalipun,beliau hanya menyampaikan wahyu, bukan pendapat pribadi, bagaimana orang sekarang berani mengatakan pendapat pribadi nya umtuk urusan Islam???? siapa anda? apakah anda tuhan???

Setelah membaca tulisan “Kupas Tuntas Hukum Mengucapkan “Taqabbalallahu Minna Waminkum (Minka) dalam http://id-ud,facebook.com, respon tersebut saya baca berulang kali untuk memahami maknanya, dan akhirnya saya tulislah balasannya secara berhati-hati dan saya pikirkan masak-masak dalam tulisan ini. Sebagai pihak luar (outsider) atau pihak ketiga (maksudnya penulis adalah sebagai pihak pertama, dan gjolilah@yahoo.com adalah sebagai pihak kedua). Dalam hal ini, Anda pun dapat dan boleh memberikan pandangan tentang tulisan saya tersebut. Tulisan Anda insya Allah akan ikut meramaikan diskusi ini.

Alhamdulillah, saya sering diskusi dengan banyak orang. Ada orang yang menyanggah dengan mengucapkan bahwa kalau berkata harus dipikirkan dulu. Dalam hal ini, untuk menjelaskan pertanyaan orang lain, atau juga untuk menjelaskannya, pastilah kita akan memikirkan dahulu jawabannya. Sama dengan menulis ini pun kita juga harus memikirkan dahulu tentang apa yang akan kita tulis.

Ada kemungkinan Anda terlalu jauh memaknai minal aidin wal faizin serta taqoballallahu minna wa minkum. Bahasanya saja bukan bahasa saya. Apalagi jika ditanya menurut siapa? Nabi Muhammad SAW pun hanya menyampaikan wahyu, artinya agama itu memang bukan aturan dari Nabi sendiri. Sama dengan proses turunnya wahyu pada umumnya, maka wahyu tersebut disampaikan kepada Nabi melalui Malaikat Jibril.

Ada pun artikel yang Anda tanggapi ini adalah yang sengaja penulis lakukan untuk menjelaskan tentang ucapan “Minal aidin wal faizin” dan “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum” untuk menambah pengetahuan dan wawasan. Dengan demikian, sama sekali tidak ada maksud untuk menjelaskan bahwa artikel inilah yang paling benar. Yang paling benar adalah yang berasal dari Allah SWT. Namun, manusia diciptakan Allah sabagai makhluk yang tertinggi derajatnya. Ketinggian derajat itu adalah karena akalnya. Oleh karena itu, tulisan itu bukanlah pendapat pribadi, apalagi pendapat Tuhan! Tapi hasil analisis terhadap tulisan yang kita baca di spanduk-spanduk di jalan-jalan atau yang diucapkan. Bukankah kita sering membacanya, Minal Aidin Walfaizin, mohon maaf lahir dan batin. Seakan-akan minal aidin wal faizin itu artinya mohon maaf lahir batin. Itulah tradisi yang terus berlanjut sampai saat ini di Indonesia. Ternyata Nabi sendiri tidak mengucapkan seperti itu. Nabi memberikan contoh “takabalallahu minna waminkum” dan seterusnya. Kalimat yang di spanduk tersebut bukan menurut saya, sekali lagi bukan menurut saya, tapi yang saya baca. Bukankah kita diperintah untuk membaca. Nah perintah untuk membaca ini adalah bukan perintah saya, tapi perintah Allah empat belas abad lalu dalam Surat Al-Alaq. Bahkan Agama Nasrani dan Yahudi juga menerima perintah “The Ten Commandments” dari Tuhan-nya, antara lain dilarang mencuri, dilarang membunuh, dilarang berzina, dan seterusnya. Dalam Islam larangan tersebut disebut dengan MOLIMO. Agama Islam menerima perintah membaca dari Allah SWT. Apakah kalau kita diperintah membaca, dan apa yang kita baca itu kita tuliskan tidak boleh? Itulah media untuk menyampaikan kepada orang lain. Kalau Nabi Muhammad SAW langsung menerima wahyu dari Allah melalui perantaraan Malaikat. Tentu kita menerima perintah dari dua sumber utama, yakni ayat-ayat dan sunnah Rasulullah. Dengan demikian, apa yang saya tulis dalam laman pribadi itu bukan berarti pendapat pribadi saya. Bukan perintah saya. Demikian penjelasan singkat ini. Mohon maaf. Kalau ada kebenaran ibu dari Allah SWT, dan kalau ada kesalahan tentulah karena dari saya pribadi. Taqabalallahu minna waminkum, taqabal ya karim. Amin. Salam, Suparlan. Tentu saja, agama Islam adalah petunjuk dari Allah SWT, bukan petunjuk dari dukun atau nenek moyang. Agama adalah tiang agama. Oleh karena itu, dalam kehidupan ini umat Islam harus menjadikan agama sebagai petunjuk hidup. Insya Allah.

Sebagai tambahan, jika Anda lebih suka yang Minal Aidin Walfaizin, itu adalah hak kita semua. Sama dengan hak untuk bertabligh dengan menjelaskan bahwa selain ucapan “minal aidin walfaizin” kita juga dapat menyampaikan ucapan “Taqabbalallahu Minna Wa Minkum.” Hal ini juga ada benarnya. Tulisan saya tersebut sama sekali tidak ada tendensi untuk membenarkan yang satu dengan menyalahkan yang lain, dan tidak ada tendensi pula untuk menyalahkan, tetapi lebih untuk memikirkan. Apalagi tendensi untuk mengaku diri sendiri sebagai Nabi, apa lagi sebagai Tuhan Yang Maha Kuasa. Melalui respon balik ini, saya secara pribadi maupun sebagai keluarga besar, menyampaikan permohonan maaf jika dalam tulisan atau artikel tersebut terdapat kesalahan dan kekeliruan. Penulis masih membuka dada dan hati selebar-lebarnya untuk dapat menerima dan mempertimbangkan perbaikan dan penyempurnaan artikel ini. Bukankah manusia itu memang tempatnya salah dan keliru? Kesalahan dan kekeliruan tersebut sepenuhnya merupakan tanggung jawab saya sebagai penulis. Tapi saya berharap kalau ada kesalahan dan kekeliruan Anda dapat menunjukkan di mana kesalahannya dan kekeliruan, terus yang paling penting adalah bagaimana perbaikan dan penyempurnaan artikel tersebut di masa-masa mendatang. Terima kasih.Wallahu alam bishawab.

Akhirnya, saya perlu menyampaikan kata-kata bijak berikut ini. To say is easy, to do is difficult, to understand is more difficult, but to make one understand is the most difficult (anoname). Mengatakan itu mudah, mengerjakan itu sulit, mengerti lebih sulit, tetapi membuat orang lain mengerti adalah yang tersulit. Oleh karena itu, kalau ada perbedaan pendapat tentang tema tulisan ini, maka kembalikanlah kepada hudallinnas, yakni firman Allah dan Asunnah. Insya Allah.

Depok, 7 Juli 2016

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.