Oleh: Suparlan *)
Tayang ulang acara Cerita Hati oleh Desy Ratnasari pada malam Selasa 5 Januari 2016 membuat semua penonton meneteskan air mata. Sampai Akbar yang biasanya cengengesan itu pun harus mengusap air mata dengan tisu di kedua pipinya. Acara itu berkisah tentang seorang almarhum Pepeng dan istrinya bernama Utama Siti Aisyah, kalau nggak salah nama lengkapnya. Acara itu dengan host Desy Ratnasari, seorang anggota DPR yang cerdas, yang piawai mengawal cerita. Selalu Desy mengatakan Cerita Hati, berkesan di hati. Benar. Acara itu ditonton di Kompas TV (walaupuan dalam Bahasa Indonesia yang benar harus ditulis TV Kompas). Alhamdulillah, saya ikut menonton bersama istri saya, yang sama-sama juga meneteskan air mata.
Tulisan singkat ini merupakan synopsis dari satu aspek saja, yakni audien yang menghadiri acara tersebut. Mengapa hanya audien saja? Ya, karena audien yang hadir dalam acara Cerita Hati tersebu adalah mahasiswa Universitas Tama Jagakarsa. Istri saya hal itu, karena jeket biru-biru yang dikenakan, dan logo dan tulisan yang terdapat dalam jaket tersebut. Universitas tempat saya ikut mengabdikan diri menjadi dosen tetap di universitas tersebut. Istri saya yang memberi tahu saya. Dengan bangganya istri saya memberitahukan bahwa audien dalam acara Cerita Hati itu adalah para mahasiswa dari Universitas Tama Jagakarsa. Saya pura-pura biasa saja merespon pemberitahuan istri saya itu. Tapi dalam hati, saya ikut bangga. Meski belum tahu persis apakah yang hadir dalam acara itu memang mahasiswa dari FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan). Mungkin saya dari fakultan lain. Tapi ya sudahlah. Meski bukan dari FKIP, toh itu dari Universitas Tama Jagakarsa. Siapa pun dia, dan siapa pun orangnya yang telah berjuang agar mahasiswa dari Universitas Tama Jagakarsa dapat mengikuti acara tersebut, saya sangat salut kepadanya. Terus terang saya tidak tahu. Mungkin saja Pak Rektor sendiri, atau Rektor III yang punya urusan tentang kemahasiswaan. Atau siapa. Saya sangat salut kepada beliau. Tetapi lebih salut lagi, pertanyaan dari mahasiswa yang diajukan kepada narasumber, dan kemudian dijawab oleh narasumber dengan jawaban yang sangat bernuansa edukatif. Alangkah baiknya jika audien dalam acara itu berasal dari mahasiswa FKIP. Karena setidaknya para mahasiswa itu telah memiliki prerequisite atau pengetahuan siap tentang Ilmu Pendidikan yang pernah saya berikan. Ya, sudahlah, kalau pun bukan berasal dari FKIP, pastilah mahasiswa itu berasal dari fakultas lain yang berasal dari Universitas Tama Jagakarsa.
Banyak respon, dari siapa, dan apa dan bagaimana?
Kalau ada penelitian, seharusnya dari LPPM (Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat), tentang acara Cerita Hati tersebut. Pastilah responnya sangat heboh dan menarik. Mestinya akan banyak responnya, terutama dari kalangan akademisi dan warga Universitas Tama Jagakarsa, serta dari semua mahasiswanya. Perencanaan, pelaksanaan, dan laporan hasilnya pastilah dapat ditulis dan kemudian dilaporkan dalam acara diskusi dengan para dosen dan mahasiswa. Bahkan hasilnya pastilah akan ditulis dan dicetak dengan tinta emas oleh Universitas. Wallahu alam. Itulah yang baru dapat saya bayangkan di angan-angan. Sama sekali belum dalam kenyataan. Hanya tulisan inilah yang dapat saya lakukan. Mudah-mudahan menjadi inspirasi terutama bagi semua anak-anak muda yang akan masuk universitas. Jangan lupa masuk Universitas Tama Jagakarsa. Salah satu universitas swasta yang ingin membangun perguruan tinggi dengan visi menjadi the world class university. Ada beberapa fakultas di universitas tersebut. Salah satu fakultasnya adalah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), dengan program studi Pendidikan Bahasa Inggris dan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Mungkin juga akan mengajukan program studi studi lain. Insya Allah.
Pertanyaan cerdas memerlukan jawaban cerdas.
Setelah acara inti dengan wawancara tentang perjalanan hidup Pepeng dan Istrinya yang sungguh sangat memberikan inspirasi bagi para penonton us i, maka acara dilanjutkan dengan tanya jawab antara nara sumber dengan audien. Yang menarik, audien acara ini adalah mahasiswa Tama Jagakarsa, lengkap dengan jaket birunya yang gagah-gagah dan cantik-cantik itu. Saya ikut bangga dengan mereka. Mahasiswa mengajukan pertanyaan kepada istri Pepeng. Yang saya tidak tahu adalah apakah pertanyaan itu sudah diatur sedemian rupa oleh host (Desy Ratnasari) atau bahkan oleh narasumber. Wallahu alam. Kalau diatur pun ya tidak mengapa. Yang penting penanya memhami apa yang ditanyakan, dan nanti juga memahami apa jawaban yang diberikan oleh narasumber.
Pertanyaannya begini. Kata-kata apakah yang disampaikan pada detik-detik terakhir sebelum Pepeng meninggalkan dunia ini kepada istrinya? Sudah barang tentu, pada waktu itu kata-kata Pepeng memang hanya untuk sang istri. Tetapi kata-kata itu dapat menjadi inspirasi bagi kita semua, karena mantan istrinya sudah menyampaikan kepada kita semua juga, termasuk penonton di rumah seperti saya. Ada empat kata-kata Pepeng yang sampai saat ini masih melekat di hati saya sampai kapan pun. Saya bangga dengan para mahasiswa Tama. Apa pun asal fakultasnya.
Pertama, acceptance. Penerimaan. Hidup ini anugerah dari Allah. Oleh karena itu kita harus menerimanya. Ingat lagu “terimalah apa yang ada, dan oleh karena itu kita wajib bersyukur kepada-Nya.”
Kedua, adaptation. Penyesuaian. Kita hidup ini dilahirkan dengan segala perbedaan. Perbedaan adalah sunatullah. Anak kembar sekali pun tidak pernah akan sama. Pasti memiliki perbedaan-perbedaan. Oleh karena itu kita harus memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan orang lain. Mungkin kita berbeda warna kulit, keyakinan, dan perbedaan pendapat, dan banyak lagi yang lain. Kita harus mampu beradaptasi.
Ketiga, interrelation. Saling terkait. Saling komunikasi. Mahluk manusia diciptakan bersama orang lain. Oleh karena itu buatlah tim yang saling dapat berkomunikasi, bentuk tim yang solid.
Keempat, working hard. Kerja keras. Hidup artinya bergerak. Air mengalir karena harus bergerak. Air yang menggenang menimbulkan penyakit. Untuk dapat bergerak, kita harus bekerja.
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com. Kritik Anda terhadap tulisan ini akan saya simpan di guci emas untuk menyempurnakan tulisan ini.
Depok, 5 Januari 2015.