ArtikelBudayaBukuPendidikan

Hipno-Learning-Teaching

177 views
1 Komentar

Semampang masih hangat karena datangnya tahun akademis baru 2016, saya akan coba dengan cara baru untuk memulai mengajar pada tahun akademik 2016 itu. Insya Allah. Dengan cara memanfaatkan sesuatu yang sudah saya miliki, yakni kumpulan kata-kata bijak yang ada dalam naskah buku saya. Sebagaimana informasi, saya biasa menulis kata-kata bijak pada awal bab dalam setiap naskah buku saya. Kadang juga pada awal artikel. Kata-kata bijak, atau pepatah, atau kata-kata mutiara, atau kata-kata hikmah, dan sejenisnya. Gagasan ini muncul tadi pagi, saat membuka jadwal kuliah yang kemarin saya terima dari kaprodi pada hari Jumat minggu lalu. Digunakan untuk apa kata-kata bijak tersebut? Dan bagaimana cara menggunakannya? Inilah penjelasan singkat yang perlu diingat.

Bikin kartu kata-kata bijak

Semua kata-kata bijak tersebut saya tulis dalam kartu. Karena itu saya namakan KARTU KATA BIJAK. Inilah contoh sebagian kecil kartu kata-kata bijak tersebut. Tentu saja kartu itu akan diprint dan digunting-gunting karena nanti akan dibagi-bagikan kepada mahasiswa. Inilah contoh kartu-kartu tersebut.

 ALL THAT IS NOT GIVEN IS LOST (INDIAN PROVERB)
SETIAP TEMPAT ADALAH SEKOLAH, SETIAP ORANG ADALAH GURU, DAN SETIAP BUKU ADALAH ILMU
(ROEM TOPATIMASANG)
JANGAN PERNAH MERAGUKAN KEBERHASILAN SEKELOMPOK KECIL ORANG YANG BERTEKAD MENGUBAH DUNIA, BAHKAN HANYA KELOMPOK SEPERTI ITULAH YANG PERNAH BERHASIL MELAKUKANNYA

(MARGARET MEAD)

Kita bisa membuat sebanyak-banyaknya, karena itulah ilmu yang akan turunkan kepada peserta didik. Sebaiknya kartu tersebut diberi nomor urut, sehingga tidak ada kartu yang sama. Untuk tahap pertama berikan masing-masing peserta didik tiga kartu saja setiap peserta didik. Kocok kartu tersebut dalam berikan kepada peserta didik.

Langkah kedua, adalah DISKUSI. The Golden Card atau Kartu Emas tersebut, peserta didik mendiskusikan makna kata-kata bijak tersebut. Apa hebatannya, dari mana asalnya, dan seterusnya. Misalnya kartu pertama adalah pepatah orang India. Makna mendalam kata-kata bijak ini adalah jika kita tidak pernah memberikan sesuatu kepada orang lain, sesungguhnya kita tidak memiliki apa-apa, karena “semua yang tidak diberikan adalah hilang.” Biarkan peserta didik memberi makna secara bebas. Kemudian, berilah kesempatan kelompok kecil untuk menjelaskan makna kartu-kartu tersebut. Guru dapat memberikan contoh salah satu kartu tersebut. Misalnya kartu pertama. Semua yang tidak diberikan adalah hilang. Setiap manusia diberikan kewajiban memberikan sebagian dari milik kita kepada anak yatim, orang tidak mampu. Sesungguhnya yang telah kita berikan itulah yang telah menjadi milik kita. Sebaliknya yang tidak pernah kita berikan sesungguhnya telah hilang. Itulah makna kartu pertama ALL THAT IS NOT GIVEN IS LOST. Kata-kata mutiara itu diambil dari pepatah orang India. Bukankah makna kata-kata bijak tersebut sangat mulia.

Langkah Ketiga, diisi dengan materi inti, misalnya dengan tema Belajar itu Menyenangkan.   Langkah pertama tersebut sebenarnya masih sebagai APPERSEPSI atau pendahuluan. Berikutnya adalah intinya. Apa saja sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah didesain sebelum memulai pembelajaran. Tulisan ini tidak secara spesifik menjelaskan materi inti pelajaran ini. Oleh karena itu, merilah kita lanjutkan dengan langkah terpenting untuk menggunakan Kartu Emas dengan proses hipnosis, dengan memotivasi menggunakan kartu-kartu tersebut. Bagaimana menggunakan Kartu Emas tersebut? Lakukankan langkah terakhir menggunakan Kartu Emas tersebut.

Langkah keempat, SIMPAN KARTU DI BAWAH BANTAL. Peserta didik diberikan perhatian agar GC atau KE tersebut harus dipandang sebagai hal yang sangat penting dalam pelajaran ini, yakni BELAJAR ITU MENYENANGKAN. Oleh karena itu, jangan sekali-kali membuang kartu tersebut. Sebaliknya karti itu SIMPANLAH DI BAWAH BANTAL, saat peserta didik hendak tidur. Jangan lupa berdo’a sebelum berangkat tidur dengan empat fase:

(1) BETA (14 – 25 Hz). Ini fase terjaga penuh,

(2) ALPHA (8 – 13 Hz), yakni fase rileks, kondisi pura-pura tidur, meditasi (do’a) menuju fase pikiran ke bawah sadar,

(3) THETA (4-7 Hz), RME (rapid eye movement), sangat vital untuk proses pembelajaran dan ingatan, beroptensi terjadi perubahan sikap dan perilaku.

(4) DELTA (0,5 – 3 Hz),

Sebelum sampai ke fase DELTA, bukalah kartu yang disimpan di bawah bantal, dan usahakan untuk membaca kalimatnya berulang kali untuk memotivasi diri secara berulang kali dengan menggunakan Kartu Emas tersebut, dan insya Allah siswa atau peserta didik kemudian akan tidur setelah memasuki fase DELTA, setelah membaca beberapa kali Kartu Emas tersebut. Akhirnya siswa akan mencapai fase DELTA, dengan ciri mata terpejam dan dengan nafas yang teratur.

Apakah yang terjadi pada hari esoknya? Peserta didik akan bangun insya Allah dengan menyimpan dan membawa kata-kata motivasi yang tertulis dalam Kartu Emas tersebut. Apakah cukup dengan sekali langkah tersebut? Tentu saja tidak. Kebiasaan tersebut akan menjadi budaya membaca dan sekaligus mehamani maknanya. Insya Allah. Amin.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com; Catatan: Kritik dan masukan terhadap tulisan ini insya Allah akan saya simpan dalam guci emas, untuk penyempurnaan tulisan ini selanjutnya. Amin.

Depok, 4 Maret 2016

Tags: Gerakan Literasi Sekolah, Kata kata Bijak

Related Articles

1 Komentar. Leave new

  • dadang adnan dahlan
    Minggu, 21 Feb 2016 05:22:01

    SEJALAN dengan pola Pak Parlan di atas (gayung bersambut), saya pernah diminta membuat himne sebuah lembaga zakat nasional yang saya sambut dengan antusias, namun saya tetap mengajukan syarat. Syaratnya, pemesan harus memberikan beberapa ‘kata kunci’ (keywords) atau KATA-KATA BIJAK yang mungkin menjadi identitas atau kekhasan dari lembaga bersangkutan. Ya, setelah beberapa kali mengalami revisi (sendiri), jadilah lima bait puisi (lirik lagu), di mana masing-masing bait terdiri dari empat baris, dan masing-masing baris 11-13 suku kata.
    Pola demikian — yakni terlebih dahulu mengumpulkan kata-kata kunci/penting — tampaknya menjadi kebiasaan atau cara’ saya dalam membuat sebuah puisi (lirik lagu).
    Pada suatu kesempatan, saya pernah meminta kepada adik yang kini mengajar di sebuah madrasah ibtidaiyah (MI) di mana dahulu saya bersekolah (almamater), agar peserta didiknya membuat sebuah kalimat dengan salah satu kata kunci ‘KATA BIJAK’ yang diambil dari puisi tentang “guru panutan dambaan siswa” yang telah saya buatkan posternya berukuran lebih satu meter, misalnya kata cerdas, simpatik, budi luhur, rajin, talenta, dll. Tujuan utama mengarang sebuah kalimat dengan kata bijak, agar peserta didik termotivasi untuk berbuat baik. Bagaimanapun pemilihan kata/kalimat yang baik/bijak merupakan harapan dan doa. Rasulullah saw bersabda, “Berkatalah yang baik, atau diamlah!”

    GURU PANUTAN DAMBAAN SISWA*
    Karya Dadang Adnan Dahlan

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa teladan rajin belajar
    Belajar mengajar menyenangkan
    Menyenangkan talenta andalan

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa empati rukun harmonis
    Harmonis sinergis tulus bijak
    Bijak bestari berintegritas

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa simpatik berbudi baik
    Baik hati santun murah senyum
    Senyum sapa salam bahagia

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa semangat baca pustaka
    Pustaka cakrawala dunia
    Dunia ilmu cerdas trengginas

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa gemar kaji pertanyaan
    Pertanyaan jelajah pikiran
    Pikiran tenang gagasan datang

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa kreatif disiplin waktu
    Waktu selaras lugas humoris
    Humoris optimis mahardika

    Guru panutan dambaan siswa
    Siswa tangguh unggul motivasi
    Motivasi inspirasi mimpi
    Mimpi junjung prestasi negeri

    >> Guru dambaan Mendikbud Anies Baswedan pastikan
    >> Pertama, berintegritas memberi keteladanan
    >> Kedua, belajar mengajar ceria menyenangkan
    >> Ketiga, aneka ragam mimpi siswa terbangunkan

    Jatinangor, 30 Mei 2015/27 Juni 2015 (Rev.)
    *) Kata pada akhir baris pertama menjadi awal baris kedua. Akhir baris ketiga menjadi awal baris keempat, kecuali satu bait terakhir. Setiap baris terdiri dari sepuluh suku kata, kecuali pada bait terakhir enam belas suku kata.

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Artikel, Pendidikan

Kecerdasan

Ilmu itu dapat dikatakan baik apabila dapat diamalkan dan berguna bagi kesejahteraan masyarakat (John Dewey) Tuhan menciptakan otak…