Artikel

Pengajaran Tim (Team Teaching)

411 views
1 Komentar

***

Alone we can do so little. Together we can do so much.

(Helen Keller) 

Individually, we are one drop. Together we are an ocean.

(Ryunosuke Satoro) 

*** 

Pembelajaran tim (team teaching) bukan hal yang baru di Indonesia. Namun di negeri ini praktik pengajaran tim dapat dibilang memang masih sangat langka. Kerja sama guru dalam pelaksanaan pengajaran tim sangat diharapkan dapat dilaksanakan dalam penerapan  Kurikulum 2013. Sayangnya yang sering kita dengar dan saksikan di media massa adalah kerja sama untuk tujuan negatif, seperti kerja sama dalam tindak pidana korupsi. Lahirlah kemudian istilah “nyontek missal” di sekolah, dan “korupsi berjemaah” dalam kehidupan sosial. Audzubillah. Sejak awal Plato, seorang filosof, telah memberikan pelajaran kepada kita bahwa “as a school, so the state”. Demikian keadaan sekolah, begitulan negaranya. Kalau di sekolah telah terjadi kerja sama  menyontek dalam ujian nasional (UN) beberapa waktu yang lalu, maka demikianlah gambaran yang terjadi di negeri ini, karena sekolah adalah cermin keadaan negara dan masyarakatnya. Itulah sebabnya, kita harus merumuskan dan menentukan kebijakan tentang pembelajaran tim di sekolah, agar kebijakan itu nanti akan terbawa dan tercermin dalam kehidupan pribadi, lingkungan masyarakat, bangsa, dan negaranya. 

Di penghujung tahun 2013 ini, Kompas tanggal 23 Desember 2013  telah menulis tentang pentingnya kompetensi guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal ini, penerapan pengajaran tim merupakan salah satu kompetensi guru, khususnya dalam proses pembelajaran tematik integratif (PTI). Sementara itu, berdasarkan hasil sensus penerapan Kurikulum 2013, pemahaman guru tentang pembelajaran tematik integratif masih rendah (Kompas, 12 November 2013). Tulisan singkat ini mencoba untuk menjelaskan tentang apa dan bagaimana penerapan pembelajaran tim dalam kegiatan belajar mengajar di dalam maupun di luar sekolah. 

Apakah pengajaran tim (team teaching) itu?

Karin Goetz untuk Dr. Michele Jacobsen dalam http://people.ucalgary.ca telah membuat definisi operasional tentang pengajaran tim sebagai “as a group of two or more teachers working together to plan, conduct and evaluate the learning activities for the sama group of learners”. Pengajaran tim adalah pembelajaran yang dilaksanakan satu kelompok guru. Dalam pembelajaran ini sekelompok guru melakukan kerja sama dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai hasil pembelajara terhadap kelompok peserta didik yang sama. Sementara itu, Quin dam Kamter (1984) mendefinisikan pengajaran tim sebagai “simply team works between two qualitied instructors who together make prensentarions to an audience”. Pengajaran tim sebagai kerja tim sederhana antara dua orang pengajar yang berkualifikasi yang membuat presentasi untuk peserta didik. Berdasarkan dua definisi tersebut, pengajaran tim dapat dibedakan dalam dua kategori sebagai berikut: 1) kategori A, yakni dua guru atau lebih mengajar siswa yang sama pada waktu dan kelas yang sama, 2) kategori B, yakni beberapa guru yang bekerja sama tetapi tidak perlu mengajar pada kelasa yang sama dan pada waktu yang sama.

Ketika pengajaran tim kategori A berlangsung, maka terdapatlah sejumpah peran guru yang dapat dilakukan oleh guru-guru itu. Untuk ini Maroney (1995), Robinson dan Schaible (1995) telah mengidentifikasi kategori A berdasarkan personalitas dan kekuatan guru dan peserta didiknya, sebagai berikut. Pertama, pengajaran tim tradisional, yakni jika kedua guru bekerja sama dalam menyampaikan pengetahuan dan keterampilan kepada peserta didik. Seorang menyampaikan pembelajaran kepada siswa, sedang guru yang lain menyusun peta konsep pada slide untuk OHP (overhead projector) atau power point tentang materi yang telah disampaikan pemateri sebelumnya. Kedua, pembelajaran tim kolaboratif, yakni pengajaran tim tradisional ditambah dengan menggunakan metode mengajar lain, misalnya diskusi kelompok, baik diskusi kelaa atau diskusi kelompok, serta menjawab tes yang disediakan. Ketiga, pembelajaran komplementer/dukungan, jika: guru yang pertama menyampaikan materi pelajaran sebagaimana biasa, kemudian guru yang lainnya bertanggung jawab untuk melanjutkan kegiatan berikutnya, misalnya melatih keterampilan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Ketempat, pengajaran paralel, adalah jika dalam seting ini, kelas dibagi dua kelompok dengan tugas untuk mempelajari materi pelajaran yang sama, dengan dua guru yang mempunyai tanggung jawab yang berbeda. Satu kelompok melakukan pembelajaran individual di dalam kelompoknya, sementara kelompok yang lain melaksanakan kegiatan misalnya pembelajaran berbasis problem-based leanring (pembelajaran berbasis problem solving). Kelima, pengajaran tim dengan kelas yang terpisah. Kelas dibedakan menjadi dua kelompok yang berbeda sesuai dengan keinginan siswanya. Misalnya satu kelas lebih menginginkan untuk belajara tentang penjumlahan dalam matematika, sedang kelompok lain lebih menginginkan untuk belajar tentang perkalian. Keenam, memonitor guru, yakni jika satu guru mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan pembelajaran kepada seluruh siswa di satu kelas, sementara guru yang lain memonitor pemahaman siswa dan perubahan tingkah lakunya.  

Berdasarkan 6 (enam) kategori pengajaran tim tersebut, maka proses pengajaan tim (team teaching) mempunyai beberapa kemungkinan pilihan sebagai berikut. Pertama, dua guru atau lebih mengajar kelompok yang sama dalam waktu yang bersamaan pula; Kedua, tim guru melakukan pertemuan untuk berbagi gagasan dan sumber belajar tetapi melaksanakan fungsi secara independen dalam melaksanakan pembelajaran. Ketiga, tim guru saling berbagi satu sumber belajaran secara bersama. Keempat, tim guru berbagi satu kelompo siswa yang sama, berbagi dalam merencanakan untuk proses pembelajaran, tetapi melaksanakan sub-kelompok yang berbeda dalam kelompok besar secara keseluruhan. Kelima, kegiatan instruksional tertentu direncanakan oleh seorang guru untuk dilaksanakan oleh tim guru. Keenam, perencanaan dilaksanakan bersama, tetapi masing-masing guru mengajarkan sesuai dengan spesialisasi atau kemampuannya untuk seluruh siswa di kelas tersebut. Ketujuh, tim guru merencanakan dan mengembangkan materi pembelajaran untuk kelas atau kelompok besar kelas, tetapi masing-masingg guru dapat melaksanakanya sendri-sendiri dalam situasi ruang kelas .

Berdasarkan ulasan tentang pengertian dan beberapa kategori kemungkinan pengajaran tim tersebut, maka penerapan pengajaran tim di Indonesia sudah barang tentu harus memperhatikan kondisi aktual guru di Indonesia, seperti: 1) kualifikasi dan kompetensi guru di satuan pendidikan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu, 2) jumlah dan keter-sediaan guru di satuan pendidikan sekolah pada jenjang pendidikan tertentu; 3) kondisi pemerataan guru suatu daerah yang satu dengan daerah yang lain, 4) kesesuaian latar belakang pendidikan atau program studi dengan mata pelajaran atau kompetensi lulusan yang diharapkan. Sebagai contoh kongkrit, daerah atau sekolah yang mengalami masalah kekurangan guru sudah dapat dipastikan tidak akan mampu melaksanakan pengajaran tim di sekolahnya.

Akhir Kata

Benar sekali pernyataan Ho Chi Mienh, bapak pendidikan Vietnam yang menegaskan bahwa “No teacher, no education; No education, no social economic development”. Tidak ada guru,  tidak ada pendidikan; tidak ada pendidikan, tidak ada pembangunan sosial-eco-nomi”. Benar sekali juga pernyataan yang ditulis oleh Digumarti Bhaskara Rao pakar pendidikan dalam bukunya bertajul “Teachers in a Changing Worlld” bahwa “Good educationrequires good teachers”. Benar sekali juga pesan Mr. Moh. Yamin bahwa untuk meningkatkan kualitas pendidikan, langkah awal yang harus dilakukan adalah meningkat-kan kualitas gurunya. Guru adalah “air bening yang menjernihkan (kehidupan)”.  Demikian Mendikbud Mohammad Nuh berharap kepada para guru di Indonesia (Kompas, 23 De-sember 2013).

*) Dosen FKIP Universitas Tama Jagakarsa, Jakarta Selatan.

                                                                                                Depok, 23 Desember 2013.

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

1 Komentar. Leave new

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Artikel

Kultum 28 Maja Labu Daho

1. Pada hari Jum’at tanggal 26 September 2014, alhamdulillah saya dapat memenuhi undangan dari Dewan Pendidikan Provinsi Nusa…
Buku, Pendidikan

Alkisah

Buku? Adik ipar saya, Bayu Indrajati, menertawai saya karena punya banyak buku yang saya simpan rapi di rak…