ArtikelPendidikan

Yang Menarik dari Acara Kunjungan Peserta TOT WDD dan WSD ke Empat Sekolah di Kota Surabaya

397 views
Tidak ada komentar

Oleh Suparlan *)

All innovation begins with creative ideas …. We define innovation as the successful implementation of creative ideas within an organization. In this view, creativity by individuals and teams is a starting point for innovation; the first is necessary but not sufficient condition for the second.
(Amabile).

Australia-Indonesia Basic Education Program (AIBEP) telah mengadakan satu kegiatan Training of Trainer (TOT) Seri C Program Pengembangan Kabupaten Terpadu ( Whole District Development – WDD) dan Program Pengembangan Sekolah Terpadu ( Whole School Develompent – WSD) di Surabaya. Kegiatan pertama diadakan pada tanggal 11 – 15 Februari 2008, dan tahap kedua dilaksanakan pada tanggal 18 – 22 di Surabaya. Peserta kegiatan TOT tersebut adalah koordinator provinsi ( provincial coordinator atau PC) dan koordinator kabupaten ( district coordinator atau DC) yang masing-masing berasal dari dinas pendidikan provinsi dan dinas pendidikan kabupaten. Selain itu pesertanya adalah national trainer (NT) yang berasal dari Departemen Pendidikan Nasional dan Departemen Agama.

Kegiatan TOT tersebut menjadi lebih menarik, karena pada akhir kegiatan diadakan kegiatan observasi, wawancara, dan praktik pembelajaran dengan pendekatan CTL (contextual teaching and learning) di empat satuan pendidikan, yakni tiga SMP dan satu MTs di Surabaya. Empat satuan pendidikan tersebut adalah: (1) MTs Unggulan Amanatul Ummah, (2) SMP Negeri 2, (3) SMP Negeri 1, dan (4) SMP Negeri 6. Semua terletak di Surabaya.

Tulisan singkat ini direkam dari laporan peserta TOT untuk menjelaskan tentang beberapa hal yang menarik dari kegiatan peninjauan di 4 (empat) sekolah tersebut, terutama dalam tiga aspek penting, yakni (1) proses belajar mengajar dengan pendekatan CTL, (2) manajemen berbasis sekolah (MBS), dan (3) peran serta masyarakat (PSM). Tulisan ini disusun agar dapat menjadi bahan pengalaman bagi peserta TOT berikutnya yang akan melakukan kunjungan.

MTs Amanatul Ummah

MTs Amanatul Ummah sebenarnya tidak menyebut dirinya sebagai unggulan. Tetapi hasil belajar siswanyalah yang telah menjadi indikator sekolah itu memang pantas menyandang sebutan itu. Bayangkan! Rata-rata nilai UN-nya 9,2. Dan bayangkan lagi! Untuk menjadi siswa di sekolah ini tidak dites. First come, first serve, demikian jelas kepala sekolahnya.

CTL

Proses pembiasaan dan kedisiplinan kelihatannya digunakan sebagai pilar keberhasilan proses pembelajaran di MTs Amanatul Ummah. Para siswa santri memang hidup dalam asrama. Setiap pagi mereka harus apel pagi, dilanjutkan dengan membaca Surat Yassin, dan mendengarkan kultum dari kepala sekolah. Mereka tidak masak sendiri, dan bahkan tidak mencuci pakaiannya sendiri. Tebaran baju di atas genting asrama merupakan baju peserta didik yang dijemur setelah masuk mesin cuci. Oleh karena itu, para siswa santri difokuskan untuk berlomba-lomba untuk mencapai prestasi yang tinggi.

Mereka dilatih untuk bangun pagi untuk shalat tahajud, apel pagi, tausiah dari Kyai, membaca Surat Yasin setiap apel pagi, merupakan kegiatan yang dicoba untuk menjadi budaya dan filosofi sekolah. Oleh karena itu, sudah barang tentu ada kelemahan dalam sistem ini. Budaya kerja dan kemandirian menjadi kurang menjadi perhatian. Dengan kata lain, hasil belajar lebih diutamakan dibandingkatan dengan prosesnya. Indikasinya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, beberapa guru MTs Amanatul Ummat, yang berhasil diobservasi, ternyata masih menggunakan paradigma pembelajaran konvensional, misalnya: (1) contoh-contoh hanya diberikan oleh guru dan ditulis di papan tulis, lalu dicatat oleh siswa, (2) SK (standar kompetensi) tidak dijelaskan kepada siswa sebelum inti pelajaran diberikan, (3) kurang menggunakan media dan alat peraga, dan (4) tidak ada refleksi untuk menutup pelajaran.

Kedua, yang lebih menarik lagi, dan sekaligus membuat national trainer (NT) bertanya-tanya dalam hati, adalah kebijakan sekolah yang meniadakan kegiatan pembelajaran pada semester VI. Dalam semester ini, peserta didik diisi penuh dengan kegiatan try out. Ada 40-an try out yang dilaksanakan dalam semester ini. Lebih dari itu, try out ini ternyata dilaksanakan dengan menggandeng lembaga bimbingan belajar Primagama. Apakah ini dapat disebut sebagai inovasi yang dilakukan oleh Pak Kyai? Atau justru merendahkan kompetensi guru di sekolahnya? Hanya hasil studilah yang dapat membuktikan kebenaran inovasi tersebut. Yang jelas, hasilnya sangat mengagumkan. Tetapi, apakah sistem drill ini juga dapat menguatkan pemahaman konsep siswa? Hasil yang mengagumkan inikah yang dimaksud sebagai indikator utama sekolah unggulan? Ini menjadi obyek penelitian yang pantas untuk

MBS

Kepala sekolah kelihatan sangat dominan dalam proses perumusan kebijakan sekolah. Dalam acara apel pagi itu, kepala sekolah langsung terjun ke lapangan menyiapkan para siswa baris berbaris, memimpin pembacaan Surat Yassin, dari awal sampai selesai, dan tidak lupa memberikan motivasi kepada semua siswa dan para guru. Keteladanan dalam  proses manajemen oleh kepala sekolah menjadi motor penggerak pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen pendidikan yang ada di satuan pendidikan. Dalam hal ini, kepala sekolah sekaligus juga melaksanakan peran pengurus yayasan. Selain itu, kepala sekolah juga ketua kelompok bimbingan haji (KBIH) yang juga menggunakan nama Amanatul Ummah, sehingga para alumni haji yang telah berangkat naik haji dengan menggunakan jasa KBIH Amanatul Ummah juga merasa memiliki rasa memiliki (selfbelonging) terhadap lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan. Ciri MBS yang ditandai ciri utama ketertibatan orang tua dan masyarakat dalam proses penyelenggaraan pendidikan dibangun melalui jaringan keterlibatan masyarakat dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh yayasan Amanatul Ummah. Komitmen para pemangku kepentingan terhadap pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan tumbuh terutama karena role model (keteladanan) dari kepala sekolah yang sekaligus menjadi pimpinan pondok pesantren, ketua KBIH, dan sekaligus menjadi pengurus yayasan. Manajemen sekolah seperti ini dalam kurun waktu tertentu mungkin akan dapat membawa kesuksesan yang besar. Tetapi, jika tidak bisa membangun proses regenerasi yang baik, pada suatu saat bisa saja akan mengalami proses stagnasi.

PSM

Dalam acara kunjungan tersebut, ketua Komite Sekolah tidak dapat hadir. Yang hadir adalah bendaharanya. Oleh karena itu, dalam acara yang singkat tersebut, tidak banyak diperoleh data dan informasi tentang komite sekolah.

Menurut penjelasan kepala sekolah, Komite Madrasah MTs Amanatul Ummah telah dibentuk lima tahun yang lalu. Yang menjadi ketua Komite Sekolah adalah salah orangtua siswa yang kebetulan juga menjadi jama’ah KBIH yang dipimpin oleh kepala sekolah. Oleh karena itu, ketua dan anggota pengurus Komite Sekolah memiliki kepercayaan yang sangat tinggi kepada pengurus yayasan yang sekaligus merangkap sebagai kepala sekolah tersebut. Komite sekolah juga memberikan saran dan masukan kepada sekolah. Namun, saran dan masukan Komite Sekolah tentu saja yang sejalan dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh sekolah.
SMP Negeri 2 Surabaya

SMP Negeri 2 Surabaya dapat disebut sebagai sekolah elit di kawasan Kota Surabaya. Nilai rata-rata matematika 9. Sementara nilai rata-rata mata pelajaran lainnya 8. Tentu saja, hasil belajar tersebut sangat membanggakan semua pemangku kepentingan. Beberapa hal yang menarik lain, baik dalam hal penerapan MBS, proses belajar mengajar dengan pendekatan CTL, dan peran serta masyaakat dapat dijelaskan sebagai berikut.

MBS

Menurut penjelasan kepala sekolah, pembangunan seluruh fasilitas pendidikan, baik ruang kelas baru maupun rumah laboratorium dan ruang-ruang lain dibiayai sepenuhnya oleh pemerintah. Oleh karena itu, sekolah dapat mengusahakan honor guru guru tidak tetap (GTT). Selain itu, 300 siswa tidak mampu dibiayai dengan konsep subsidi silang. Dari segi ini, kepedulian dan peran orangtua terhadap upaya peningkatan layanan pendidikan dinilai sudah tinggi.

CTL

Sebagaimana yang terjadi di MTs Amanatul Ummat, SMP Negeri 2 Surabaya juga melaksanakan try out untuk siswa yang akan menghadapi ujian. Namun, try out tersebut dilaksanakan setiap minggu sekali. Tidak dalam satu semester. Pemeriksaan hasil try out dilakukan dengan scanner, sehingga siswa dapat segera mengetahui kemajuan hasil belajar yang mereka peroleh.

Dalam pelaksanaan praktik belajar mengajar, peserta TOT telah mencoba menggunakan medium pembelajaran 97% berbahasa Inggris dan 23% dalam bahasa Indonesia. Hasil pembelajaran tersebut dapat dirasakan sangat memuaskan dan dalam proses interaksi edukatif yang cukup tinggi. Dengan demikian, proses pembelajaran telah dilaksanakan sesuai dengan teori psikologi belajar, yakni proses pembelajaran itu harus: (1) menarik perhatian siswa atau interesting, (2) memberikan motivasi atau motivating, dan (3) menyenangkan atau entertainment. Pada akhir proses pembelajaran kemudian dipajangkan di papan pajangan yang telah disiapkan. Dengan demikian, proses pembelajaran yang dilaksanakan di ruang belajar mengajar telah menggunakan pendekatan baru.

PSM

Ada hal yang aneh dalam hal peran Komite Sekolah di sekolah ini. Pertama, sekolah ternyata belum melibatkan peran Komite Sekolah dalam menyusun visi dan misi sekolah. Kedua, yang lebih aneh lagi, Komite Sekolah juga tidak dilibatkan dalam proses penyusunan RAPBS. Program kerja Komite Sekolah juga tidak dibuat, dan keterkaitan antara Komite Sekolah dengan DUDI pun juga belum ada. Apakah fasilitas pendidikan dari pemerintah memang benar-benar dapat mematikan peran Komite Sekolah? Siswa pertanyaan yang perlu dijawab.

SMP Negeri 1 Surabaya

Kepala sekkolah di SMP Negeri 1 ternyata pindahan dari SMP Negeri 2 Surabaya yang memang hebat tersebut. Kepemimpinan kepala sekolah kuat. Sense responsibility, sense of participation-nya dinilai sangat kuat. Sekolah ini begitu menekankan pentingnya guru menguasai teknologi informasi. Oleh karena itu, setiap guru memiliki laptop.

MBS

Sekolah telah menjalin kemitraan yang positif dengan pers dan DPRD. Pers dipandang sebagai mercu suar kebijakan sekolah. Pandangan seperti ini dapat dinilai sebagai satu model akuntabilitas sekolah terhadap publik. Peserta TOT tidak melaporkan apakah Komite Sekolah telah benar-benar dapat mewadahi peran serta masyarakat dalam setiap perumusan kebijakan sekolah.

CTL

Jumlah siswa di kelas VII sebanyak 40 orang. Dengan demikian, jumlah siswa sebenarnya masih besar. Hal ini berbeda dengan MTs Amanatul Ummah, yang jumlah siswa per kelas sudah sangat ideal, yakni 20 siswa.

Proses pembelajaran diutamakan untuk peningkatan partisipasi 70% siswa. Berdasarkan hasil observasi terhadap pelaksanaan CTL di sekolah ini, diperoleh data bahwa guru memiliki dua versi KTSP, yakni KTSP buatan sendiri dan KTSP buatan guru lain. Sebagian besar guru ternyata tidak membawa alat peraga, dan hanya membawa buku pelajaran. Proses pembelajaran masih menggunakan pendekatan klasikal, dengan metode mengajar yang biasa-biasa saja, masih konvensional. Mengapa hasil belajar di sekolah ini tergolong sangat baik? Jawabannya sangat mudah ditebak. Karena inputnya memang sudah bagus. Satu hal yang sangat mengarik di sekolah ini adalah adanya Buku Panduan Sekolah yang dicetak cukup bagus.

PSM

Dalam peninjauan itu peserta TOT diterima oleh wakil ketua Komite Sekolah. Ketika ditanya tentang siapa yang mengukuhkan Komite Sekolah, ternyata ketentuan tersebut tidak ada dalam AD/ART. Sayang peserta TOT tidak mengejar lebih jauh tentang apa saja yang diatur dalam AD/ART tersebut. Bahkan kalau perlu membaca kopi AD/ART-nya sehingga peserta TOT dapat memperoleh bahan pelajaran yang berharga tentang TOT itu. AD/ART dapat diibaratkan sebagai konstitusi sebuah negara, atau statuta bagi sebuah perguruan tinggi.

SMP Negeri 6 Surabaya

Sekolah ini merupakan Sekolah Berwawasan Internasional (SBI). Ada beberapa hal yang cukup menarik untuk dijelaskan dalam tulisan ini.

MBS

Kepala sekolah menjelaskan bahwa sebelum ada BOS, sekolah telah menarik iuran sebesar Rp75.000,00 per bulan. Setelah ada BOS tinggal Rp29.000,00 per bulan. Untuk ini Pemerintah Kota telah memberikan sumbangan sebesar Rp20.000,00 per bulan. Peserta TOT tidak banyak melaporkan hasil-hasil temuannya tentang MBS.

CTL

Semua dokumen administrasi pembelajaran dibuat dalam Bahasa Inggris. Ini satu hal yang dinilai pantas, karena sekolah ini termasuk SBI. Tetapi, lagi-lagi sekolah ini juga masih menerapkan pendekatan klasikal dalam pembelajaran. Ketika ditanyakan apakah sekolah ini telah menerapkan konsep resposif gender, diperoleh informasi bahwa proses tanya jawab di dalam kelas harus diberikan kepada teman lain yang berlainnan gender. Tentu saja hal ini masih terlihat sebagai pendekatan yang masinal (seperti dipaksanakan seperti mesin). Pelaksanaan ulangan di sekolah ini berjalan lancar. Guru juga melakukan teknik penguatan. Sayangnya tidak terlihat guru memajang hasil karya siswanya. Ketika praktik belajar mengajar, peserta TOT telah mencoba menggunakan pendekatan CTL. Mata pelajaran yang diajarkan adalah Bahasa Indonsia. Topiknya pos dan telekomunikasi. Menggunakan medium Bahasa Inggris sebesar 50%. Siswa kelihatan tertarik. Dan pada akhir pembelajaran hasil karya siswa dipajang. Sama dengan praktik mengajar yang dilaksanakan di MTs Amanatul Ummah, ketika siswa akan mengambil pajangan tersebut untuk dirapikan, peserta TOT melarangnya, dengan tujuan agar guru di sekolah itu dapat belajar dari bahan pajangan tersebut.

PSM

Beberapa orang pengurus Komite Sekolah sebenarnya datang pada saat acara kunjungan. Oleh karena kedatangannya terlambat, tidak banyak informasi yang dapat diperoleh tentang Komite Sekolah itu. Ketua  Komite Sekolah sempat mengeluh karena ternyata hanya 30% pengurus Komite Sekolah yang aktif. Sayang peserta TOT tidak menanyakan lebih lanjut apakah hal itu ada kaitannya dengan proses pembentukan Komite Sekolah. Ketua Komite Sekolah menjelaskan bahwa sekolah ini mengandalkan kegiatan Paguyuban Kelas (PK), yang antara lain bertugas mencatat semua kebutuhan, masalah, yang terkait dengan dengan proses belajar mengajar. Dalam hal penyusunan program sekolah, Komite Sekolah terlibat bersama kepala sekolah dan para guru. Banyak yang diprogramkan, tetapi menurutnya masalah utama adalah kekurangan dana. Sekolah ini telah mengembangkan satu bentuk iuran sekolah yang dikenal sebagai INFAQ. Sayang ternyata ada juga orangtua siswa tidak mau menyumbang lantaran adanya konsep sekolah gratis. Miskonsepsi tentang sekolah gratis ini menurutnya telah menurunkan semangat orangtua dan masyarakat dalam berperan serta untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah. Jalan lainnya, ada INFAQ sukarela dari para siswa.

Refleksi

Ternyata, banyak hal yang menarik yang dapat dijelaskan dalam tulisan ini, baik yang terkait dengan MBS dan CTL, maupun PSM-nya. Sudah barang tentu, masih lebih banyak lagi yang belum dapat direkam. Mudah-mudahan hal-hal yang positif dapat digunakan untuk memperbaiki mutu pendidikan di daerah masing-masing. Hal-hal yang negatif memang tidak untuk ditiru, tetapi masih tetap memiliki nilai yang mudah-mudahan bermanfaat sebagai bahan pembelajaran kita semua. Kegagalan demi kegagalan dapat menjadi jembatan untuk mencapai keberhasilan. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Itulah hikmah yang dapat kita petik dalam acara kunjungan tersebut.

*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.

Hotel JW Marriott, Surabaya, 18 Februari 2008

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts