Artikel

Hardiknas 2015: Acara yang (Ter) Dilupakan?

115 views
4 Komentar

Oleh Suparlan *)

***
Education is the most powerful weapon which you can use to change the world. ‘Pendidikan adalah senjata yang terkuat yang dapat Anda gunakan untuk mengubah dunia’
(Nelson Mandela)
***

Hardiknas sama dengan hari ulang tahun. Bukan hanya ulang tahun Kementerian Pendidikan, tetapi ulang tahun pendidikan nasional secara keseluruhan. Namanya ulang tahun, sudah tentu berlangsung sekali dalam setahun. Sebagai hari ulang tahun, maka momentum itu harus menjadi momentum kebahagiaan bagi semua orang yang peduli tentang pendidikan, termasuk anak-anak. Oleh karena pendidikan itu sama dengan kehidupan, maka karena itu, dalam peringatan hari ulang tahun seperti ini, kita harus mengadakan berbagai macam kegiatan sebagai bentuk rasa syukur dan sekaligus merancang masa depan yang lebih baik.

Kegiatan pihak dalam versus kegiatan pihak luar

Kenyataannya, kita sering melalui hari ulang tahun ini dengan biasa-biasa saja, Karena itu, ulang tahun itu menjadi momentum yang terlewatkan dengan percuma. Buktinya apa? Program-program untuk memperingati hari ulang tahun itu ternyata kalah cepat bersaing dibandingkan dengan program-program yang dirancang oleh pihak luar (out sider), yakni mereka yang sengaja atau tidak sengaja mau menghancurkan pendidikan dan kehidupan itu sendiri. Dengan kata lain program yang mau menghancurkan kehidupan. Contohnya jelas ada di depan mata. Rencana pesta bikini, meski tidak jadi, yang dirancang untuk para lulusan SMA usai UN adalah program yang jauh lebih cepat ketimbang program yang dirancang oleh sekolah, oleh Dinas Pendidikan, dan tentu saja oleh Pemerintah. Program-program kegiatan dalam rangka Hardiknas sebenarnya harus lebih menarik. Berbagai macam lomba, seperti Menulis Surat Remaja 2015, menulis artikel dan features, English Speech Contest for Junior High School, mewarnai gambar untuk PAUD, lomba karnaval, baca Pembukaan UUD 1945, MTQ, atau tilawah dan terjemah Al- Qur’an, drum band, olah vokal, story telling, membaca puisi, membaca syair, sajak Gurindam, baca dongeng atau cerita rakyat, dan berbagai macam lomba yang lain. Rupanya, kegiatan tersebut ternyata tidak cukup menarik dibandingkan dengan rencana pesta bikini yang gaungnya begitu menggema. Gaung kegiatan dari pihak dalam seperti sekolah, dinas pendidikan, sampai dengan Pemerintah seperti tertimbun oleh kegiatan yang dirancang oleh pihak luar.

Kita yang bergerak dalam dunia pendidikan, seharusnya dapat bersaing dengan program-program semacam pesta bikini tersebut. Di sekolah-sekolah yang sudah maju, pada hari pertama masuk sekolah, Kepala Sekolah dan semua pemangku kepentingan sekolah dapat menggelar The First Day Festival, yang tidak kalah meriahnya dengan pesta bikini yang dirancang itu. Orang tua siswa bersama dengan anak-anaknya yang akan masuk sekolah saling bergembira dalam pesta hari pertama masuk sekolah itu, tentu dengan pelbagai kegiatan yang tidak kalah menariknya. Anak-anak menyanyi bersama, naik perahu bersama, mendayung bersama, karena kegiatannya misalnya dilaksanakan semacam di kawasan Ancol Jakarta. Padalah, sesungguhnya kita memiliki kreativitas yang tinggi, meski pada akhirnya kegiatan tersebut pasti akan berhadapan dengan program-program yang tidak kalah kreatifnya dengan program dari pihak luar. Hanya waktulah yang akan menilai, apakah program semacam pesta bikini yang digagas oleh hotel dan EO-nya tersebut akan dapat mengalahkan program dari dalam seperti pesta awal tahun pelajaran yang digagas oleh Kepala Sekolah, dinas-dinas pendidikan dan olah raga, beserta program-program lomba yang disusun oleh Pemerintah setempat.

Hotel-hotel dan EO (Event Organizer) yang tersebar di sekitarnya jauh lebih peka dalam merencanakan program semacam itu, karena untuk “do it.” Yang ada di depan mata mereka adalah mengalirnya rupiah dari peserta dan mengalirnya calon mangsa yang berasal dari lulusan kegiatan seperti itu. Memang benar, kegidupan ini sesungguhnya ibarat menjadi ajang lari cepat antara kebaikan dan kebatilan. Yang sering kita lihat hasilnya adalah kebatilan seringkali menjadi pemenangnya. Walaupun, jangan lupa akhirnya kita harus yakin bahwa kita harus mempertang-gungjawabkan kepada semuanya, termasuk Allah Swt. Demikianlah seharusnya. Namun, mengapa tidak terjadi dengan apa yang kita harapkan bersama? Salah satu yang terpenting adalah karena lemahnya sinergi, bahkan tidak adanya sinergi antara Pemerintah dan Masyarakat Pendidikan. Pemerintah seakan merasa kesepian, berjalan sendirian, dalam proses merancang rencana dan program pendidikan, karena tidak melibatkan masyarakat.

Pemerintah dan Masyarakat’

Mengingat pendidikan tidak lain adalah kehidupan, maka Pemerintah yang dalam konsep Trias Politika mengemban tugas sebagai eksekutif (atau pelaksana urusan pendidikan), maka urusan tersebut tidak akan dapat dilaksanakan sendiri, tetapi harus dilaksanakan dengan menjalin kemitraan bersama dengan masyarakat. Kaidah umum diketahui bahwa apabila masyarakat tidak dilibatkan dalam proses pelaksanaan pendidikan, maka hasil pendidikan menunjukkan negatif. Sebaliknya, jika pelaksanaan pendidikan melibatkan masyarakat secara sinergis, maka hasil pendidikan menunjukkan yang sebaliknya, yakni sangat positif.

Demikianlah yang seharusnya terjadi. Pemerintah dan masyarakat adalah dua sejoli suami istri yang harus menjalin kerja sama untuk meningkatkan proses dan tujuan tujuan pendidikan. Dengan demikian, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dengan Dewan Pendidikan harus menjalin kerja sama, mulai dari merancang program dan kegiatan yang telah disebutkan, melaksanakan, dan mengevaluasi pelaksanaan program pendidikan tersebut.

Sehubungan dengan hasil analisis di atas, maka masalah pendidikan yang kita hadapi adalah ketiadaan “istri” pendamping yang dapat diajak untuk bekerja sama. Ungkapan ini bukan hanya basa-basi. Bagaimana pun kehidupan di dunia, seorang suami pasti memerlukan kehadiran pendamping yang akan diajak untuk saling berbagi, bekerja sama dalam memecahkan semua masalah yang dihadapi. Dengan demikian, Kementerian Pendidikan memerlukan kehadiran Dewan Pendidikan, untuk memberikan pertimbangan, dukungan, dan bahkan pengawasan sosial dari masyarakat, termasuk dalam memanfaatkan momentum ulang tahun seperti pada hari ini. Insyaallah. Amin.

*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com.
Jakarta, 29 April 2015

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

4 Komentar. Leave new

  • popon nurhayati'S.Pd
    Kamis, 21 Mei 2015 06:31:15

    saya bangga sama adinda haji dadang adnan,atas kemampuannya dalam menciptakan syair2 ttg sekolahnya,smoga saya khususnya dan guru2 seluruh indonesia bisa mencipta dan berkarya.saya harap haji adnan mengirimkan CD lagunya agar kami bisa mendengarkan syair2nya..untuk pa mendiknas,kami juga turut prihati atas adanya kegiatan pesta bikini yg telah mencoreng duniapendidikan,smoga hal ini jangan terulang lagi..pendidikan klw hanya dititik beratkan kepada pihak sekolah berat adanya dan tak kan berhasil,smoga hari2mendatang para istri(masyarakat)berperan lebih aktif adanya.salam pembelajaran.TUT WURI HANDAYANI…

    Balas
  • share juga lagunya di youtube heeeee. hebat pak Adnan

    Balas
  • Terima kasih Pak Adnan. Semoga semakin giat menciptakan lagu bukan hanya untuk sekolah, tetapi untuk kehidupan. Musik adalah salah satu tipe kecerdasan dari delapan tipe kecerdasan lainnya. Salam.

    Balas
  • dadang adnan dahlan
    Rabu, 13 Mei 2015 08:09:56

    Alternatif saat tepat untuk mendekatkan sekolah dan masyarakat adalah pada akhir tahun ajaran dan pesta agustusan. di SDN Cibeusi biasa adakan pesta samen/panggung hiburan. Meriah! karena diselenggarakan atas iuran babarengan, partisipasi orangtua/wali, sukarela. Pada saat itu, orangtua/wali hadir ke sekolah untuk mengambil rapor sekaligus berkonsultasi dengan ibu/bapak guru. Juga dapat membawa putra-putri yang akan memasuki usia sekolah, diperkenalkan dengan “sekolah baru”nya yang rutin tahunan menyelenggarakan panggung hiburan. Berkesan.
    Peristiwa itu diabadikan dalam lagu “PESTA SAMEN di SDN CIBEUSI” dan “PESTA AGUSTUSAN DI SDN CIBEUSI.”

    23. Pesta Samen di SDN Cibeusi

    Lyrik : Dadang Adnan Dahlan
    Lagu : Supriatna
    Arr. : Budi Yanto

    Pesta samen akhir tahun ajaran
    Unjuk kemampuan berkesenian
    Gembira-ria di panggung hiburan
    Guru, siswa, orang tua berdampingan

    Pesta samen, pentas seni tahunan
    SDN Cibeusi tak terlewatkan
    Kenaikan kelas disemarakkan
    Kelas enam wisuda kelulusan

    Reff.
    Pesta samen SD Negeri Cibeusi
    Gegap-gempita, penuh canda-tawa
    Sorak-sorai, menggema, membahana
    Riuh-rendahkan Jatinangor Sumedang

    Pesta samen SD Negeri Cibeusi
    Enak ditonton, hadirkan hiburan
    Kalau tak nonton pasti penasaran
    Tahun depan jangan sampai ketinggalan !

    37. Pesta “Agustusan” di SDN Cibeusi

    Lyrik : Dadang Adnan Dahlan
    Lagu : Supriatna
    Arr. : Budi Yanto

    Siswa SD Cibeusi tampilkan
    Peringatan hari kemerdekaan
    Detik-detik Sang Saka dinaikkan
    Pentas seni, pesta “Agustusan”

    Drumband, dan marchingband semarakkan
    Karnaval dan festival tahunan
    Warna-warni baliho meramaikan
    Olah raga, lomba ket(e)rampilan

    Reff.
    Cerdas-cermat ilmu pengetahuan
    Mengerahkan segala kemampuan
    Tawa-canda hiburan permainan
    Gelar juara dipersembahkan …

    Balas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Artikel

Penumbuhan Budi Pekerti

Oleh: Suparlan *)   Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi…