***
Quality is everyone’s responsibility
(W. Edwards Deming)
Jika kegagalan ibarat hujan, dan keberhasilan ibarat matahari, kita memerlukan keduanya untuk melihat indahnya pelangi
(Anoname)
Quality is never an accident; it is always the result of high intention, sincere effort, intelligent and skillful execution; it represents the wise choice of many alternatives (William A. Foster)
***
Dalam tulisan singkat ini saya sengaja akan sedikit menjelaskan tentang intisari isi tiga buku saya yang diterbitkan pada tahun 2013. Mudah-mudahan buku itu sudah masuk di pasaran dan berterima oleh pembaca. Ketiga buku tersebut saya persiapkan dengan sedikit gaya “cowboy” sebelum saya berangkat haji pada tahun 1434 H ini. Saya sebut dengan gaya “cowboy’ karena ditulis dengan cara cepat mengejar target waktu. Alhamdulillah, naskah itu itu akhirnya dapat terkirim secara online ke tangan penerbit. Begitu tiba kembali di tanah air pada tanggal 28 Oktober 2013 ini, saya lihat sepintas ada tiga bungkusan di atas rak almari saya. Saya memang tidak segera membuka bungkusan itu, karena masih sibuk mengemasi dua kopor berat masing-masing seberat 30-an kg itu. Setelah selesai membuka dua kopor itu dan menata isinya, barulah saya tertarik untuk membuka tiga bungkusan itu. Ternyata isinya adalah masing-masing 5 (lima) eksemplar buku baru yang dikirimkan oleh penerbit sebagai bukti penerbitan buku-buku tersebut. Sekali lagi alhamdulillah, pengerjaan cover dan desain isi buku itu secara sepintas lumayan bagus, dan bahkan saya menilai sangat bagus.
Bungkusan buku yang pertama yang saya buka berjudul Manajemen Berbasis Sekolah, dari Teori Sampai dengan Praktik. Naskah buku itu memang saya persiapkan sudah agak lama. Tetapi karena proses editingnya memerlukan perbaikan melalui e-mail, jadi akhirnya buku itu baru dapat dipertimbangkan oleh penerbit untuk diterbitkan pada awal tahun 2013. Buku ini diterbitkan oleh PT Bumi Aksara, Jakarta Timur. Penerbit inilah yang telah menerbitkan naskah buku teks untuk FKIP berjudul “Tanya Jawab Pengembangan Kurikulum dan Materi Pembelajaran”. Hanya karena kepercayaan antara saya dan penerbitlah buku ini dapat diterbitkan. Saya mengirimkan naskah buku itu dengan mengisi borang untuk penilaian dari penerbit. Terus terang, saya sendiri belum pernah menginjakkan kaki di halaman kantor penerbit ini, dan belum pernah pula bertemu dengan orang yang bertanggung jawab untuk menerbitkan naskah buku itu, apalagi dengan manajernya. Namun berkat kepercayaan itulah akhirnya buku teks untuk FKIP Universitas Tama Jagakarsa itu dapat diterbitkan, bahkan telah dua kali terbit, pada tahun 2011 dan 2012. Buku teks itu telah mempermudah saya sebagai dosen untuk menggunakannya dan bagi mahasiswa untuk memahami isinya, karena disusun dengan model tanya jawab. Lebih dari itu, sudah dua kali pula penerbit mengirimkan royaltinya, yang memang tidak terlalu banyak, ke rekening saya. Alhamdulillah. Oh, ini kok saya berceloteh tentang buku yang terbih sebelumnya. OK-lah, saya akan meneruskan untuk menjelaskan buku yang baru terbit itu. Sekali lagi, buku itu berjudul Manajemen Berbasis Sekolah, dari Teori sampai dengan Praktik, terbit 2013.
Memang, dari segi substansi, materi buku itu bukanlah hal yang baru, karena manajemen berbasis sekolah sebenarnya telah lama diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Nasional. Bahkan, Dirktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan Nasional telah menerbitkan 6 (enam) seri buku manajemen untuk lembaga pendidikan sekolah. Namun, buku saya yang baru terbit itu memiliki nilai praktik tersendiri, karena saya susun berdasarkan pengalaman saya menjadi Kepala Sekolah Indonesia Kuala Lumpur selama lima tahun. Intisarinya, kepemimpinan kepala sekolah yang demokratis merupakan kunci bagi keberhasilan penerapan manajemen berbasis sekolah. Keteladanan pimpinan diperlukan (Tri Sutrisno, Kompas 2 Oktober 2013). Keteladan pimpinan bukan hanya diperlukan, tetapi diharuskan.
Buku kedua dan ketiga diterbitkan oleh penerbit dari Kota Gudeg Yogyakarta, yakni penerbit yang pertama kali menebitkan buku saya pada tahun 2004. Penerbit itu adalah Hikayat Publishing. Naskah buku saya pertama yang diterbitkan oleh penerbit, dengan direktur Bapak Asep Ruhiyat ini, adalah mengenai kecerdasan majemuk. Naskah buku ini bertajuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa, dari Konsepsi Sampai dengan Implementasi, yang merupakan inspirasi dari empat tujuan negara yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Naskah buku yang diterbitkan pada tahun 2013 ini adalah 1) Praktik-Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter, 2) Kegiatan Belajar Mengajar. Naskah buku Praktik-Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter itu saya tulis merupakan ‘gayung bersambut’ dari peluncuran gagasan pendidikan karakter oleh Mendikbud pada hari Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2010. Naskah buku ini diawali dengan penulisan beberapa artikel tentang pilar-pilar karakter yang diterapkan di negara lain, termasuk 18 pilar karakter dari Pusat Kurikulum Balitbang Kemdikbud yang saya ungguh dalam laman www.suparlan.com. Dengan embrio artikel itulah akhirnya naskah buku itu selesai saya tulis dan kemudian saya kirimkan secara online kepada penerbit Hikayat Publishing Yogyakarta. Praktik-praktik terbait yang dimaksudkan dalam buku itu adalah beberapa praktik yang dilaksanakan dalam penerapan pendidikan karakter melalui 4 (empat) ranah pendidikan karakter, yakni melalui 1) kegiatan belajar mengajar, 2) pembanguan budaya sekolah, 3) kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler, dan 4) kegiatan keseharian di rumah dan masyarakat. Melalui empat ranah tersebut, dalam buku ini disebutkan beberapa contoh praktik-praktik terbaik yang telah dilaksanakan oleh guru, sekolah, dan masyarakat. Sebagai contoh, melalui kegiatan belajar mengajar, guru telah melaksanakan pendidikan karakter dengan 1) membuka pelajaran dengan appersepsi tentang karakter, 2) memajang hasil karya siswa, 3) menerapkan reward dan award system, 4) mata pelajaran muatan lokal, 5) pendidikan karakter melalui pelajaran PPKn, 6) pendidikan karakter melalui pembelajaran sastra. Contoh-contoh penerapan pendidikan karakter juga diterapkan melalui ketiga ranah yang lain, yakni melalui pembanguan budaya sekolah, kokurikuler, dan keseharian dalam keluarga dan masyarakat. Dalam ranah pengembangan budaya sekolah, praktik-praktik terbaik pelaksanaan pendidikan karakter antara lain adalah 1) festival hari pertama masuk sekolah, 2) festival akhir tahun sekolah, 3) menyusun tata tertib sekolah/kelas, 4) upacara bendera, 5) kantin kejujuran, 6) hari keluarga, 7) bersalaman sebelum masuk kelas, 8) membentuk kelompok paduan suara, 9) menyanyikan lagu-lagu wajib pada awal pelajaran, 10) membangun taman sekolah, 11) penyerhan piala kejuaraan prestasi kepada sekolah, dan sebagainya. Selanjutnya, dalam ranah kegiatan kookurikuler dan ekstrakurikuler, praktik-praktik terbaik dalam pelaksanaan pendidikan karakter antara lain adalah 1) membuat kebun sekolah, 2) kegiatan pramuka, 3) kegiatan palang merah remaja, 4) kegiatan UKS, 5) kegiatan dokter kecil, 6) kelompok pecinta alam, 7) kelompok seni kriya, 8) kelompok membaca dan menulis, dan sebagainya. Sementara itu, dalam ranah kegiatan keseharian di keluarga dan masyarakat, beberapa praktik terbaik dalam pelaksanaan pendidikan karakter antara lain adalah 1) pelatihan etiket makan, 2) anak TK mendaki ke puncak Mahameru, 3) menyanyikan lagu kebangsaan sebelum acara pertandingan sepak bola, 4) gerakan Makassar Gemar Membaca (GMGM), 5) program Jum’at atau Ahad Sehat, 6) budaya antri masuk bus sekolah di Malaysia, 7) memupuk kerja sama tetapi pantang menyontek, 8) memilih gagal dan berhasil, 9) taman bacaan masyarakat (TBM), dan sebagainya. Inilah intisari buku bertajuk Praktik-Praktik Terbaik Pelaksanaan Pendidikan Karakter.
Naskah buku yang paling akhir saya persiapkan adalah Kegiatan Belajar Mengajar. Dalam buku itu saya jelaskan bahwa naskah buku itu saya persiapan dalam waktu tiga bulan. Awal penulisan naskah itu sebenarnya terjadi secara kebetulan karena saya menemukan dokumen lama tentang kegiatan saya menjadi pelatih nasional (national trainer) dalam program Usaid dan Ausaid. Dokumen tentang membuka pelajaran atau pelatihan berupa appersepsi atau yang sering dikenal dengan ice breaking itu telah memberikan inspirasi untuk menulis naskah buku telah proses belajar mengajar. Bahan ini menjadi embrio penulisan naskah buku ini setelah dilengkapi dengan dokumen Pemendikbud tentang standar proses belajar mengajar. Intisari buku ini menjelaskan tentang tiga langkah proses belajar mengajar, mulai dari 1) kegiatan pendahuluan berupa appersepsi atau pun ice breaking, 2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup berupa kesimpulan atau yang dikenal dengan refleksi. Dalam buku ini, pembaca akan menemukan 4 (empat) SKG (standar kompetensi guru) dan beberapa metode mengajar dan langkah-langkahnya, baik yang konvensional mupun yang menggunakan pendekatan proses belajar mengajar yang berpusat kepada peserta didik (students’ centered learning), dan bukan yang proses belajar mengajar yang berpusat kepada guru (teachers’ centered learning).
Akhir Kata
Demikianlah intisari isi ketiga buku saya yang baru saja terbit pada tahun 2013. Tiga bungkus buku itu baru saja saya buka sesaat setelah kedatangan saya dari tanah suci menunaikan ibadah haji selama 43 hari. Ketiga buku itu merupakan satu keberkahan tersendiri yang aur, ibadah sa’iku sebagai ibadah yang disyukuri, segala dosa dan kesalahanku diampuni, dan perdagangan hidupku sebagai plhamdulillah telah saya petik dari ibadah haji tahun ini. Ya Allah, jadikanlah ibadah hajiku sebagai haji yang mabrerdagangan yang tidak merugi. Amin, ya robbal alamin.
*) Laman: www.suparlan.com; E-mail: me@suparlan.com.
Depok, 1 November 2013.