Oleh Suparlan *)
Salah satu hal yang konstan terjadi dalam kehidupan adalah perubahan
(Franqois de la Rochefoucauld, 1613 – 1680, penulis klasik Perancis)Only power that springs from the weakness of the oppressed will be sufficiently strong to free both (the oppressed and the oppressor)
(Paulo Freirie)Kemerdekaan tidak diberikan begitu saja oleh pihak penindas, karena itu sang tertindaslah yang harus memperjuangkannya
(Martin Luther Kin Jr (1629 – 1968, aktivis hak-hak sipil, peraih hadiah nobel perdamaian 1964)
Penulis telah memperoleh kesempatan lagi dari Pak Mongan (Provincial Coordinator) Provinsi Sulawesi Utara untuk meninjau SMP Negeri Tamposo Saru dan SMP Negeri Modoinding Satap. Keduanya ada di Kabupaten. Pada tanggal 7 November 2008 penulis dan Pak Waryadi dari Punsdiklat Depag Jakarta berangkat dari Hotel TaSik Ria Manado ke Kabupaten Minsel, satu akronim yang segera akrab di telinga penulis untuk Minahasa Selatan. Seorang sopir dan dua orang ibu dari Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Ibu Moniung dan Ibu Mentu, sangat baik hati mengantarkan kami berdua ke lokasi SMP Satu Atap tersebut.
Kelok Seribu Menuju Minsel
Penulis mengenal jalan terjal yang terkenal adalah “Kelok Ampek-ampek” atau kelok empat puluh empat di Sumatera Barat. Jalan kelok empat puluh empat di Sumatera Barat memang lebih terjal sedikit dibandingkan dengan jalan dari Manado ke Kabupaten Minsel. Tapi yang luar biasa adalah jumlah keloknya. Selama hampir tiga jam perjalanan, kami harus melalui jalan dengan beribu kelok. Itulah sebabnya maka dalam perjalanan dengan panorama pemandangan yang indah itu penulis menyebutnya dengan nama “kelok seribu”. Dua ibu dan seorang sopir dari Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Utara tertawa senang mendengarkan celoteh penulis selama perjalanan. Sangat tepat kiranya kalau jalan dari Manado ke Minsel kita sebut saja sebagai Kelok Seribu.
Kami berangkat tepat pukul 10.00 WITA dari Hotel Tasik Ria Manado. Dengan mobil Avanza yang relatif baru kami berangkat menuju Minsel dengan tujuan meninjau SMP Satap di Kabupaten Minsel. Setelah melalui jalan Kelok Seribut tersebut, barulah kami tiba di SMP Negeri Modoinding Satap baru pukul 13.00 WITA. Dengan demikian, selama tiga jam kami digoyang tidak habis-habisnya melalui kelok seribu itu. Dalam satu kelok perjalanan itu, mobil kami yang berasal dari arah atas hampir saja mencium sebuah mobil besar dari arah bawah. Akibatkan dua ibu sampai terkejut dan berteriak keras ketika itu. Spontan penulis mengucapkan astaghfirullah. Untung, sopir yang menyetir mobil kami ini kelihatannya memang seorang sopir yang sudah profesional dan sudah seringkali melalui jalan berkelok ini. Kami selamat sampai di tujuan, SMP Negeri Tamposo Satap.
SMP Negeri Tamposo Satu Atap, Tata Aran, Kabupaten Minsel
SMP Negeri Tamposo Satap terletak di Kecamatan Tata Aran, Kabupaten Minsel. Sekolah ini dibangun pada tahun 2006 dengan dana grant dari Pemerintah Australi melalui AIBEP (Australia Indonesia Basic Education Program). Pada tahun ketiga ini, jumlah siswa kelas 7 sebanyak 21 orang, kelas 8 berjumlah 18 orang, dan kelas 9 berjumlah 14 orang. Dengan demikian jumlah siswanya seluruhnya adalah 53 orang, yang berasal dari lulusan SD di daerah itu, terutama lulusan SD GMIM (Gereja Masehi Injili Minahasa). Jumlah guru PNS di sini hanya dua orang, yaitu kepala sekolah dan guru kelas. Oleh karena itu, untuk membantu proses pembelajaran di sekolah ini, kepala sekolah merekrut 3 (tiga) orang guru honorer.
Dari segin infrastruktur, 4 (empat) ruang kelas di sekolah ini digunakan untuk ruang kelas dan ruang kepala sekolah dan ruang guru sekaligus ruang adminstrasi. Sayang gedung sekolah yang kokoh ini tidak dilengkapi dengan ruang penunjang lain (RPL), terutama ruang laboratorium dan ruang perpustakaan. Selain itu, masalah yang sebenarnya kecil yang cukup mengganggu kita semua adalah akses jalan yang masih rusak untuk menuju sekolah itu.
Pada saat peninjauan itu, kepala sekolah minta para siswa menunggu kedatangan kami. Setelah kami memperoleh informasi singkat tentang sekolah, kami pun minta agar dapat bertatap muka dengan para siswa. Penulis menyampaikan sedikit arahan kepada mereka agar dapat memanfaatkan kesempatan belajar di sekolah ini dengan sebaik-baiknya. Penulis tegaskan bahwa sesungguhnya tidak ada anak yang bodoh. Yang ada adalah anak yang memiliki kecerdasan atau potensi yang berbeda-beda. Peran utama pendidikan adalah menemukan kecerdasan atau potensi masing-masing peserta didik. Lebih dari itu, maka peserta didik harus mampu mengembangkan kecerdasan atau potensinya itu secara otimal. Penulis mengingatkan agar daerah ini dapat menghasilkan Angelina-Angelina Sondah yang lain.
Dalam kesempatan itu, Pak Waryadi menyampaikan pesan bahwa sesungguhnya faktor utama penentu keberhasilan siswa adalah dirinya sendiri. Bukan keluarga, bukan sekolah, dan juga bukan yang lainnya. Faktor penentu keberhasilan itu terletak pada dirinya sendiri. Setelah itu, kami segera melanjutkan perjalanan ke SMP Satap berikutnya, yaitu SMP Negeri Modoinding Satap.
SMP Negeri Modoinding Satap, Kabupaten Minsel
Sekolah ini dibangun pada tahun 2006 dengan dana grant dari Pemerintah Australi melalui AIBEP (Australia Indonesia Basic Education Program). Karena adanya keterlambatan dalam pembangunan gedungnya, sekolah ini baru menerima murid baru satu tahun berikutnya (tahun 2007). Dalam waktu dua tahun, sekolah ini memiliki jumlah siswa untuk kelas 7 sebanyak 25 orang dan kelas 8 sebanyak 15 orang. Dengan demikian jumlah siswanya seluruhnya adalah 40 orang, yang kebanyakan berasal dari lulusan SD Negeri Modoinding yang berada dalam satu kompleks yang sama, dengan alamat terletak di Jalan Lrg. Tendean, Desa Kakenturan, Kecamatan Modoinding, Kabupaten Minsel.
Masalah jumlah pendidik dan tenaga kependidikan di SMP Negeri Modoinding ini pada umumnya sama dengan SMP Satap yang lain. Selain kepala sekolah, baru ada satu orang guru PNS. Oleh karena itu kepala sekolah menambah guru honorer untuk melaksanakan proses pembelajaran. Meskipun baru berumur dua tahun, siswa sekolah ini telah dapat ikut serta dalam beberapa perlombaan antar kecamatan, serta telah dapat memperoleh beberapa kejuaraan di tingkat kabupaten.
Masalah umum
Berdasarkan hasil observasi dari kunjungan ke dua SMP Satap tersebut, dapatlah diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, lokasi SMP Satap memang di daerah terpencil, terpencar, dan tertinggal. Sarana transportasi ke lokasi SMP pada umumnya kurang baik. Bahkan ada lokasi yang jalannya berlubang-lubang dan jika hujan pun menjadi becek. Oleh karena itu, disarankan agar kepala sekolah dapat menggerakkan warga sekolah dan orangtua siswa untuk mengadakan kerja baktu atau gotong royong membangun jalan secara swadaya. Akan lebih baik lagi jika pemerintah daerah dapat memberikan bantuan atau mengaspal jalan menuju lokasi SMP Satap.
Kedua, tenaga pendidik dan kependidikan PNS di SMP Satap pada umumnya masih kurang. Bari ada dua atau tiga PNS yang bertugas di SMP Satap ini. Oleh karena itu, pemerintah daerah, dalam hal ini Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dapat mengangkat tenaga pendidik dan tenaga kependidikan PNS di SMP Satap ini.
Ketiga, kepala SMP Satap pada umumnya mengeluh karena belum mempunyai sarana penunjang lain, seperti ruang laboratorium dan ruang perpustakaan, termasuk fasilitasnya.
Tentu saja, banyak mengeluh bukan cara terbaik untuk menyelesaikan masalah itu semua. Jalan terbaik, selain melaporkan secara rutin kondisi sekolahnya kepada institusi yang terkait, maka sebaiknya kepala sekolah dapat bekerja sama dengan komite sekolah untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Untuk ini lihat tulisan-tulisan yang berkenaan tentang kiprah sekolah yang berhasil dalam website http://www.suparlan.com.
Akhir kata
SMP Negeri Tamposo Saru dan SMP Negeri Modoinding Satap memang baru berumur tiga tahun. Tetapi keberadaannya telah membuka senyum anak-anak usia sekolah yang kini sedang belajar di sekolah ini, juga senyum anak-anak Indonesia secara keseluruhan. Dengan program sekolah satu atap ini, mudah-mudahan program Wajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di daerah ini dapat segera dituntaskan. Amin.
*) Website: www.suparlan.com; E-mail: me [at] suparlan [dot] com.
Manado, November 2008.