Oleh: Suparlan *)
Relawan Turun Tangan mengajak saya untuk mengawal Pilkada di dapil masing-masing. Ajakan inilah yang ikut mengajak saya menulis judul tulisan singkat ini. Dengan prerequisite knowledge seadanya, saya coba menulisnya. Hanya dengan pengalaman, dan karena umurku yang tidak muda lagi. Tak mungkinlah saya kepingin jadi bupati atau walikota. Yang masih muda dan memiliki kompetensi yang pantas untu menjalonkan diri. Kalau tidak, kasihan negeri ini, atau daerah provinsi dan kabupaten/kota ini. Pemimpin sejati sangat kita perlukan untuk membangun negeri ini. Seperti Bung Karno dan Bung Hatta dulu. Bahkan seperti Muhammad Saw, yang memiliki empat karakter berikut:
1. Siddiq artinya jujur, benar, berintegritas tinggi dan terjaga dari kesalahan;
2. Fathonah artinya cerdas, memiliki intelektualitas tinggi dan professional;
3. Amanah artinya dapat dipercaya, memiliki legitimasi yang tinggi dan akuntabel;
4. Tabligh artinya menyampaikan informasi dengan benar, tidak pernah menyembunyikan apa yang harus disampaikan, dan komunikatif.
Untuk memudahkan kita untuk mengingat, keempat ciri pemimpin menurut Islam tersebut dapat kita buatkan akronim SiFAT.
Secara alami, pemimpin terbentuk oleh sekelompok orang yang berkehendak memilihnya. Jika ada lebih dari satu orang, seorang pasti akan dipilih untuk menjadi pemimpinnya. Apa lagi jika lebih banyak lagi. Tentu ada sejumlah karakter pemimpin yang akan dipilihnya. Jika empat SiFAT karakter menjadi karakter kunci bagi seorang Nabi, maka pemimpin apa pun akan memerlukan karakter tertentu. Berbagai sumber referensi dan informasi dari internet kita dapat belajar untuk menentukan karakter seorang pemimpin. Para ahli dapat kita mintai pendapatnya. Ilmu kauniyah dapat kita korek di “alam takambang” ini, selain dari ayat-ayat kauliyah seperti empat SiFAT yang telah dikemukakan tersebut yang dapat kita peroleh dari firman-Nya.
Sebagai Leader
Pemimpin disebut sebagai leader dalam Bahasa Inggris. Sama sekali bukan bos yang hanya main tunjuk dan perintah. Dalam hal ini, Kartini Kartono (1994: 181) menjelaskan bahwa “Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan – khususnya kecakapan-kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk tujuan yang telah ditetapkan. Sebagai leader, seorang pemimpin harus memiliki empat karakter:
• Loyality, seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
• Educate, seorang pemimpin mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan
tacit knowledge kepada rekan-rekannya.
• Advice, memberikan saran dan nasihat untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.
• Discipline, menjadi teladan dalam disiplin dan menegakkannya dalam setiap aktivitas.
Pemimpin Sejati
Untuk menjadi pemimpin sejati, seperti layaknya empat SiFAT tersebut:
1. Visioner: mempunyai tujuan pasti dan mengetahu kemana akan membawa para pengikutnya. Tujuan Hidup Anda adalah proses hidup Anda. Andy Stanley dalam bukunya Visioneering, melihat pemimpin yang punya visi dan arah yang jelas, kemungkinan berhasil/sukses lebih besar daripada mereka yang hanya menjalankan sebuah kepemimpinan.
2. Sukses Bersama: membawa sebanyak mungkin pengikut untuk mencapai sukses bersamanya.
Pemimpin sejati bukanlah mencari sukses atau keuntungan hanya untuk dirinya sendiri saja, tetapi bersama-sama dirinya meraih kesuksesan bersama.
3. Mau Terus Menerus Belajar dan Diajar (Teachable and Learn Continuous): Banyak hal yang harus dipelajari oleh seorang pemimpin jika ia mau terus survive sebagai pemimpin dan dihargai oleh para pengikutnya. Punya hati yang mau diajar baik oleh pemimpin lain ataupun bawahan dan belajar dari pengalaman-diri dan orang-orang lain adalah penting bagi seorang Pemimpin. Memperlengkapi diri dengan buku-buku bermutu dan bacaan/bahan yang positif juga bergaul akrab dengan para pemimpin akan mendorong skills kepemimpinan akan meningkat.
4. Mempersiapkan Calon-calon Pemimpin Masa Depan: Pemimpin Sejati bukanlah orang yang hanya menikmati dan melaksanakan kepemimpinannya seorang diri bagi generasi atau saat dia memimpin saja. Namun, dia adalah seorang yang visioner yang mempersiapkan pemimpin berikutnya untuk regenerasi di masa depan. Pemimpin yang mempersiapkan pemimpin berikutnya barulah dapat disebut seorang pemimpin sejati. Di bidang apapun dalam berbagai aspek kehidupan ini, seorang pemimpin sejati dikatakan sukses jika ia mampu menelorkan para pemimpin muda berikutnya.
Di penghujung tahun 2015 ini, Indonesia akan memilih para pemimpin daerah, sebagai bentuk pengalaman amanat kedaulatan rakyat. Berdasarkan kelima sila Pancasila, khususnya sila kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan (sumber: http://www.hipwee.com).
Penutup Kalam
Sebagai para calon pemimpin sejati di negeri ini, kiranya perlu mewaspadai dan menyelesaikan masalah akibat beberapa tragedi di negeri ini. Tragedi ini menjadi virus yang menggerogoti jiwa raga negeri tercinta, yakni: (1) nol buku, (2) korupsi, (3) narkoba, (4) penelantaran, kekerasan, dan pembunuhan anak, (5) perpecahan dan pertentangan antarsiswa, antarmahasiswa, antarwarga, antarsuku, dan yang lain-lain. Apa itu tragedi? Adalah kejadian yang berakibat malapetaka dan kegagalan dalam mencapai cinta-cita bangsa. Mudah-mudahan rakyat dan warga negara di negeri ini dapat memilih pemimpin sejati, yakni pemimpin yang jujur dan cerdas. Amin.
*) Laman: www.suparlan.com; Surel: me@suparlan.com.
Jakarta, 4 September 2015.