Artikel

Shafika Adira Danuparta, Cucu Ke Tujuh

387 views
1 Komentar

Oleh: Suparlan *)

Pada tanggal 22 April 2017, ibunda tercinta telah menghadap Allah Swt. Yang Maha Kuasa. Insya Allah, beliau telah menghadap Allah secara khusnul khotimah. Alhamdulillah. Prosesnya seperti menunggu berkumpulnya semua putra-putrinya yang berjumlah sepuluh orang, Penulis ini adalah anak pertama. Sebagai penulis, untuk menunjukkan sebagai bukti bakti kepada beliau, perkenankanlah saya tulislah kebanggaan penulis ini kepada ibundaku.

Ibunda adalah seorang yang sangat penyabar. Kalau tidak sabar, mana mungkin beliau mengurus sepuluh anak-anaknya yang dikandungnya di rahim Ibunda? Satu orang anak saja bukan main susahnya membesarkannya. Tulisan singkat ini diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi siapa pun yang membaca tulisan ini. Karena penulis percaya bahwa “semua tempat adalah sekolah. Semua orang adalah guru, dan semua buku atau tulisan adalah ilmu.”

Anak pertama adalah Suparlan, penulis yang alhamdulillah tidak disangka telah diatur oleh Yang Mahamengatur tiba dari Depak yang sering dikatakan Jakarta. Datang karena rencananya akan reuni Geografi 69. Semua adil yang datang dari Malang, dari Blitar, semuanya datang, aslhamdulillah ternyata tidak disangka dan tidak dikira dapat berkumpul untuk mendengarkkan wasiat Ibunda. Sekali lagi, Allah Swt yang telah mengaturnya. Secara kebetulan saya yang dari Jakarta secara kebetulan ketemu di warung soto di depan rumah Pak Dimyati, yang nota bene adalah suami adik Maryani yang tinggal di Malang. Kebetulan dijemput di Bandara Abdurahman Saleh. Mampir rumah makan soto karena adik yang menjemput merasa lapar, dan akhirnya bertemu saudara di rumah makan itu. Maka terjadilah dialok “yo ke Trenggalek. Akhirnya jadilah adik-adik ikut ke Trenggalek. Malah kami dapat mampir ke rumah adik Sumardi di Blitar. Akhirnya saya sampai di Puskesmas Munjungan.

Singkat kata, semua anak-anak dan keluarga menangis. Di tengah tangis yang sesenggukan tersebut, insya Allah semua mendengarkan wasiat Ibunda, yakni:

“Wis titi mangsane. Yen Gusti Allah mundutku. — dengan selalu mengucapkan Allah, Allah, dan Allahu Akbar, ibund kemudian mengatakan, semua saudara pun menumpahkan air matanya, ibunda pun mengucapkan wasiatnya — Sing paling penting sing rukun karo sedulur,” demikian wasiat terakhir sebelum menghembuskan nafas terakhir beliau. Alhamdulilllah.

Ibunda Menghadap Allah dan Kelahiran Cucu Ke Tujuh

Kepergian ibunda menghadap Allah Swt. tersebut, ternyata keluarga besar telah memperoleh nikmat yang sangat besar, karena cucuku ke tujuh telah lahir. Allahu Akbar. Allah memang Maha Besar. Allah Maha Adil. Memang Maha Adil. Allah Swt. telah menggantikan Ibunda dengan kelahiran. Cukuku ke tujuh. Lebih dari itu, cucuku ke tujuh ini adalah “cewek” karena ke enam cucuku semuanya “cowok.” Yang tidak lain adalah buyut-buyut Ibunda. Demikianlah Allah Swt. telah mengaturnya. Sekali lagi, Allah Mahamengatur kehidupan manusia. Dua cucu yang lahir sebelumnya telah meninggal adalah bayi lak-laki. Alhamdulillah Allah Swt. telah menggantinya kelahiran cucu ke tujuh ini dengan bayi perempuan. Ya demikianlah kehidupan. Kematian dan kehidupan adalah kodrat Illahi. Kita sama sekali tidak mengetahui kapan kita lahir dan meninggal dunia, karena apa, di mana, dan seterusnya. Rukun Iman ke enam adalah qada dan qadar. Tidak mempercayai rukun ini kita menafikan adanya Allah. Itulah yang kita kenal sebagai KAFIR kepada-Nya. Kafir adalah dosa yang tak terampunkan oleh Allah Swt. Audzubillah. Alhamdulillah.

Insya Allah, Ibunda menghadap Allah secara khusnul khatimah. Ini rukun Iman tentang adanya kematian dan kelahiran termasuk keimanan tentang qada dan qadar. Sungguh keimanan tentang Ibunda telah menghadap Allah Swt. adalah keimanan kepada-Nya. Alhadulillah Ibunda telah menghadapnya secara khusnul khatimah. Saat dipanggil-Nya insya Allah Ibuda mengucapkan Allah, Allah, dan bahkan mengangkat tangannya dengan mengucapkan Allahu Akbar. Ucapan-ucapan Ibunda tersebut memang dituntun oleh anak-anaknya, dan ucapan tersebut didengarkan oleh keluarga dan anak-anaknya. Insya Allah, Allahu Akbar.

Kelahiran Cucu adalah Amanah dan Hidayah, Mendidiknya adalah tanggung jawab

Kelahiran cucuku ke tujuh ini membuat semua keluarga besar demikian bahagia, dengan tanggung jawab besar untuk membesarkannya menjadi anak yang salih dan salihah. Keluarga besar tentu saja akan berdo’a dan berusaha mengemban amanah Allah tersebut. Karena Anak adalah amanah dan hidayah-Nya, sedang mendidiknya dan menjadikannya salih atau salihah adalah tanggug jawab yang harus dipikul seluruh keluarga. Baik secara pribadi maupun oleh seluruh keluaga Insya Allah. Amin. Ingat, mendidik seorang manusia sama dengan mendidiknya sendiri, tapi seorang anak wanita adalah sama dengan mendidik umat manusia. Mengapa ini berbeda? Karena yang kelak akan melahirkan manusia adalah wanita. Insya Allah. Nama yang SHAFIKA ADIRA DANUPARTA. Selamat berpulang Ibunda, dan Selamat datang Cucuku tersayang. Kita menjadi keluarga besar ABDULBASIR dan DANUPARTA. Amin. (sup).

Related Articles

Tak ditemukan hasil apapun.

1 Komentar. Leave new

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Fill out this field
Fill out this field
Mohon masukan alamat email yang sah.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Popular Posts

Other Posts

Puisi

Sebuah Interupsi

Oleh: Winaria Lubis, Dosen FKIP Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Tama Jagakarsa Jakarta Selatan.   Pada…